Bab 4 ~ Lampu Temaram

1.1K 129 13
                                    

Satu minggu sudah Langit tinggal di kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Satu minggu sudah Langit tinggal di kota. Belum ada sesuatu yang spesial, hanya suara kendaraan berlalu-lalang terdengar samar mengiringi keheningan malam.

Waktu baru menunjukan pukul setengah delapan malam. Namun, Langit merasa sedikit bosan berada di kamar kosnya. Langit memutuskan jalan-jalan keluar, sambil mengisi perutnya yang mulai terasa perih sedikit lapar.

Langit sudah lengkap dengan celana jeans yang dipadukan dengan hoodie berwarna biru tua. Tidak lupa Langit meraih ponsel yang tergeletak di atas meja belajar, lalu mengantonginya.

Ini pertama kalinya Langit keluar saat malam hari, biasanya ia lebih memilih untuk pesan makanan secara online atau memasak sendiri, kebetulan disetiap kamar kos memiliki dapur mini. Namun, saat ini ia ingin menikmati suasana malam yang selalu menjadi favoritnya.

Langit telah sampai disebuah mini market yang tidak terlalu jauh dari kosan. Langit berniat untuk membeli beberapa bahan makanan dan cemilan untuk stok satu minggu ke depan.

Keranjang belanja Langit hampir penuh. Bagian terakhir yang Langit hampiri adalah jejeran lemari pendingin, mengambil susu Milo favoritnya. Kasta tertinggi makanan dan minuman bagi Langit adalah makanan dan minuman yang memiliki rasa coklat. Lihatlah isi cemilan yang ada dikeranjang belanjaan Langit, hampir semuanya dominan oleh coklat.

Saat membalikkan badannya, tubuh Langit sedikit terhuyung karena menabrak dada bidang pembeli lain. Langit tidak berani menatap orang yang baru saja ditabraknya, untung tinggi Langit hanya sebatas dagu orang tersebut.

"Maaf, Mas. Langit gak sengaja," ucap Langit sambil menundukkan kepala.

"Gak apa-apa," jawab orang itu.

Langit merasa tidak asing dengan suara laki-laki yang dihadapannya. Dengan sedikit keberanian, Langit mengangkat kepalanya menatap laki-laki itu.

"Bang Angkasa," seru Langit.

Angkasa tersenyum ramah pada Langit. Pembawaan Angkasa sangatlah berbeda menurut Langit. Laki-laki yang lebih tinggi dari Langit itu sangat tegas dan berwibawa jika berada di lingkungan sekolah. Namun, saat berada di luar, laki-laki tersebut ternyata sangat ramah dan hangat.

Tanpa Langit sadari, sebenarnya Angkasa tidak seramah itu, aslinya Angkasa sangat pemilih dalam berteman. Namun, tidak tau kenapa saat Angkasa melihat Langit, ia merasakan ada sosok yang selama ini ia rindukan.

"Abang sendirian?" tanya Langit sambil memperhatikan Angkasa yang sedang mengambil beberapa kaleng minuman soda.

Angkasa mengangguk. "Iya, sendirian."

Setelah memasukkan beberapa kaleng minuman soda ke dalam keranjang belanja. Angkasa berlalu pergi meninggalkan lemari pendingin, lalu berjalan menuju Kasir.

Langit juga sudah selesai dengan barang belanjaannya. Ia mengikuti Angkasa menuju kasir.

"Sekali sama punya dia, Mbak." Angkasa menunjuk ke arah Langit yang langsung terbengong mendengar ucapan Angkasa

AstrophileWhere stories live. Discover now