Bab 16 ~Kalung Itu?

830 94 6
                                    

Mari masuk konflik utama wkwkwk

☁️

~
~

Ketiga pemuda yang lebih tua sedang mendirikan tenda, mereka adalah Angkasa, Arfian dan Azriel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ketiga pemuda yang lebih tua sedang mendirikan tenda, mereka adalah Angkasa, Arfian dan Azriel. Sedangkan dua pemuda lain yaitu Rei dan Langit, mereka sedang berteduh di bawah pohon rindang menghindar dari teriknya matahari.

Padahal waktu baru menunjukan pukul  delapan pagi. Namun, matahari pagi ini sangat bersemangat menyinari bumi menggunakan cahaya hangatnya.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam, satu tenda besar sudah berdiri sempurna. Rei dan Langit langsung berjalan menghampiri Angkasa, Arfian dan Azriel.

"Masih terlalu pagi, kita mau ngapain?" tanya Arfian memecahkan keheningan.

"Gimana kalau kita mandi-mandi di sungai yang biasa." Azriel memberi usulan, sepertinya seru bermain air, apalagi tubuhnya sudah berkeringat akibat mendirikan tenda tadi.

"Di dekat sini ada sungai?" tanya Rei.

"Ada, di bawah sana." Azriel mengarahkan jari telunjuknya ke arah jurang yang tidak jauh dari berdirinya tenda mereka. Di bawah sana, terdapat sungai yang airnya jernih, dengan bebatuan yang besar.

Rei melirik khawatir ke arah Langit. Sungai yang dimaksud Azriel berada di bawa jurang. Jika berjalan kaki, tetap saja terasa lelah.

"Apa nggak kenapa-kenapa?" bisik Rei tepat di telinga Langit, membuat ketiga orang lainnya tidak dapat mendengar ucapan Rei.

Langit menggeleng kepalanya, menandakan ia baik-baik saja. Langit sudah meminum obat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Kenapa?" tanya Angkasa penasaran.

"Gak apa-apa, Bang. Bang Rei cuma khawatir, karena Langit punya asma. Katanya takut kecapekan kalau ikut ke sungai. Tapi tenang aja, Langit udah minum obat dan bawa inhaler kok, buat jaga-jaga." Langit mengeluarkan benda yang biasa membantu pernapasannya jika sedang sesak.

"Gak apa-apa, nih?" tanya Arfian memastikan.

"Nggak, tenang aja, Bang. Langit gak bakalan nyusahin, kok." Langit masih berusaha menghalau rasa khawatir mereka semua.

"Yakin?" tanya Rei dengan raut wajah yang tetap khawatir. Dibandingkan yang lain, Rei lebih paham dengan kondisi Langit.

Langit tersenyum manis menatap Rei, ia mengerti jika Rei sangat menghawatirkannya. "Gak apa-apa, Bang."

Mereka berlima mulai berjalan santai menuju sungai yang dimaksud. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di sebuah sungai kecil yang hanya memiliki lebar tiga meter. Sungai tersebut air yang sangat jernih, sepertinya belum terkontaminasi oleh sampah-sampah.

AstrophileWhere stories live. Discover now