Bab 8 ~ Lolos

879 113 5
                                    

Rei baru saja turun dari mobil yang mengantarkannya sekolah

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.


Rei baru saja turun dari mobil yang mengantarkannya sekolah. Rei menghirup udara segar di pagi hari. Dengan semangat yang membara, ia berlari menuju kelasnya.

Saat menelusuri koridor. Mata Rei mengamati seseorang yang tidak jauh dari hadapannya. Seseorang yang menggunakan tas berwarna biru muda dengan gantungan kunci berbentuk awan, siapa lagi kalau bukan sahabatnya satu-satunya, Langit.

"Langit!" Teriakkan Rei memenuhi penjuru koridor. Ia tidak perduli jika tingkahnya selalu saja menjadi pusat perhatian orang-orang.

Langit memutarkan tubuhnya menghadap ke belakang saat ada seseorang yang memanggil namanya. Langit dapat melihat Rei yang berlari ke arahnya sambil menampilkan senyum lebar.

Senyum lebar Rei mendadak pudar saat melihat wajah Langit yang babak belur. Matanya menelisik setiap inci wajah Langit, sudut bibir yang kebiruan dan terdapat luka, serta dagu yang lebam.

"Wajah lo kenapa?" tanya Rei seperti mengintrogasi.

Langit menyentuh luka yang ada di wajahnya. "Ini, gak kenapa-kenapa, kok."

"Apanya yang gak apa-apa. Lebam gini kok, masih sakit, nggak?" Rei menyentuh luka yang di dekat bibir Langit.

"Aww!" teriak Langit. Langit tidak bohong, lukanya masih terasa ngilu dan perih.

"Eh! Sorry." Rei langsung menarik tangannya kembali.

"Gara-gara apa dan siapa? Jangan bohong!" Rei lanjut mengintrogasi ketika mereka sudah duduk di kelas.

Langit terpaksa menceritakan kejadian yang menimpanya kemarin sore saat di kos. Kejadian dimana Langit dihajar secara tiba-tiba oleh laki-laki yang mengaku sebagai kekasihnya Amberley.

Rei manggut-manggut menandakan ia paham apa yang diceritakan oleh Langit. Tanpa Langit sadari, sebenarnya Rei sedang menahan emosi. Laki-laki yang baku hantam dengan alasan cemburu tidak jelas adalah hal yang paling memuakkan bagi Rei.

"Jadi lo gak kenal sama orang itu?" tanya Rei.

Langit menggeleng. "Nggak, Bang. Tapi seragam sekolahnya sama kayak kita."

"Kalau lo tiba-tiba lihat orang itu, kasih tau gue, ya. Gue penasaran sama orang yang udah buat muka lo bonyok kayak gini."

"Tapi Abang janji dulu, jangan nambah keributan dan masalah lagi, ya. Aku gak mau masalah ini jadi lebih besar." Langit memperingati Rei agar tidak membalas kejahatan dengan menjahatan, percuma saja, yang ada malah semakin memperburuk keadaan.

"Iya, tenang aja."

☁️☁️☁️


Lembar pengumuman ekstrakulikuler musik sudah ditempel pada mading sekolah. Para murid yang kemarin mengikuti seleksi berdiri di depan mading mencari nama masing-masing. Ada yang terlihat bahagia tersenyum bahagia karena berhasil lolos bergabung ditim inti, ada yang terlihat murung karena namanya tidak ada dilembar kertas yang ditempel.

AstrophileWhere stories live. Discover now