Bab 26~ Wajah Pucat

889 94 13
                                    

☁️
~
~
~

Sebuah bingkai foto usang berdiri tegak di atas meja kerja Bumantara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah bingkai foto usang berdiri tegak di atas meja kerja Bumantara. Laki-laki paruh baya itu menatap sendu ketika mengingat foto tersebut diambil kurang lebih 11 tahun yang lalu. Saat kedua anak laki-lakinya masih terlihat lucu dan menggemaskan.

Bumantara meraih bingkai foto tersebut. Matanya kini terfokus pada mendiang sang istri yang terlihat cantik saat menggunakan dress berwarna marun.

"Hai sayang." Mata Bumantara mulai berair, kenangan manis bersama sang istri tiba-tiba terlintas di pikirannya.

"Sudah sepuluh tahun lebih kamu ninggalin aku dan anak-anak." Bumantara menghembuskan napasnya kasar, agar sesuatu yang menyesakkan dadanya segera hilang.

"Gara-gara anak ini aku harus kehilangan kamu," ucap Bumantara dengan jari telunjuknya yang mengarah pada foto Langit kecil yang berada dipangkuan Mentari.

Bumantara mengingat jelas saat Mentari marah besar padanya, karena tidak mau mengakui Langit sebagai anak kandungnya. Bahkan Bumantara dengan tega mengusir keduanya hingga menyebabkan kecelakaan besar yang merenggut nyawa Mentari.

"Aku gak tahu kalau semuanya berakhir seperti ini, Tari."

Bumantara kembali meletakkan bingkai foto tersebut di atas meja. Laki-laki paruh baya itu menghela napas kasar. Rasa benci Bumantara terhadap Langit sudah melekat di hati dan pikirannya.

Ponsel Bumantara berbunyi menandakan ada pesan masuk. Bumantara sudah bisa menebak pesan tersebut dari siapa, sudah menjadi kebiasaan Langit mengingatkan Bumantara untuk makan siang. Walaupun tidak pernah mendapat balasan dari Bumantara, Langit tetap saja rajin mengirim pesan.

"Anak kamu manis banget, Tari. Dia selalu mengingatkanku untuk makan dan beristirahat. Katanya dia gak mau kalau aku jatuh sakit," kata Bumantara dengan mata yang masih menatap layar ponselnya.

Bumantara akui sifat manis dan senyum manis Mentari menurun pada Langit. Berbeda dengan Angkasa yang lebih mirip dengannya.

☁️☁️☁️

"Wah! Sendirian aja, lo." Guntur menyenggol lengan Langit yang berjalan di samping.

Langit hanya bisa diam dan menunduk, berusaha menghiraukan Guntur yang sedang mencari masalah padanya. Tubuh Guntur lebih tinggi dan besar dibandingkan Langit, jadi Langit lebih memilih untuk acuh karena tidak mampu melawan Guntur.

"Jangan diam aja, dong. Lo sekarang sombong banget gara-gara udah jadi anak pengusaha terkenal," ejek Guntur.

Guntur merasa geram karena Langit tidak kunjung meresponnya. Pemuda nakal itu berdiri di depan Langit, membuat Langit menghendaki langkahnya.

AstrophileWhere stories live. Discover now