Bab 19 ~ Rahasia Ayah

803 107 165
                                    

Happy reading guys...

☁️

~
~
~

Kamar bernuansa biru putih sudah berantakan seperti kapal pecah. Pelakunya adalah pemuda aneh yang bernama Reikana Xailendra. Pemuda rusuh itu beberapa kali mengamuk saat kalah dalam bermain game online.

Langit selaku pemilik kamar hanya bisa terdiam dan pasrah. Kelakuan Rei itu selalu saja diluar nalar, Langit dapat memaklumi hal tersebut.

Defeat

"Shibal!" Rei mengumpat menggunakan bahasa Korea yang biasa ia dengar.

"Kalah lagi, kalah lagi. Tim-nya kayak kampret!" Rei terlihat frustasi, sia-sia ia membeli skin terbaru yang harganya lumayan menguras kantong.

"Lang," panggil Rei pada Langit yang masih setia duduk di meja belajar.

Langit membalikkan badannya menghadap ke belakang. "Apa, Bang?"

"Ngapain?" tanya Rei.

"Melukis."

Langit mengangkat kanvas miliknya, lalu memperlihatkan hasil lukisannya pada Rei.

Mulut Rei menganga lebar, matanya menatap takjub hasil lukisan Langit yang begitu indah. Sebuah matahari terbenam yang menciptakan guratan jingga terpantul di lautan. Terlihat seperti nyata, padahal hanya sebuah lukisan.

"Gila! Bagus banget." Rei memuji dengan rasa takjub yang belum hilang.

"Masa iya, Bang?" Langit sedikit tidak percaya.

"Iya, beneran bagus." Rei mengacungkan kedua jempol tangannya.

Langit terlihat sangat senang saat Rei memuji hasil goresan tangannya. Langit kembali menatap kanvas yang ada ditangannya, bibirnya melengkung ke atas menampilkan senyum yang sangat manis.

"Lo bosan nggak?" Rei menatap jam dinding yang baru saja menunjukkan pukul setengah delapan malam. "Ke luar, yuk. Cari angin sekalian beli makanan di street food dekat mall."

"Ayo," ucap Langit dengan senang. Sudah lama ia tidak melihat kelap-kelip lampu jalanan yang menyala pada malam hari.

Bukan sebuah wacana saja. Kini Langit dan Rei sudah berada di lapak street food yang menjual berbagai macam makanan.

Mereka berdua kini sedang berdiri di depan stand martabak yang sangat terkenal dengan topingnya yang super melimpah. Mereka rela mengantri karena martabak tersebut adalah titipan sang mama.

Kini kedua tangan mereka sudah penuh menenteng plastik yang beraneka ragam makanan di dalamnya.

"Ada yang lo pengen lagi?" tanya Rei.

Langit menggeleng menandakan tidak ada yang diinginkannya lagi. "Nggak, Bang."

"Ya udah. Kita langsung pulang aja, mama dari tadi udah bolak-balik nelpon." Rei merogoh kantong celananya mengambil ponsel yang sudah terdapat banyak panggilan tak terjawab.

☁️☁️☁️

Malam Minggu adalah waktu yang tepat untuk para pelajar menghabiskan waktu bermainnya tanpa harus memikirkan besok akan bangun pagi untuk berselingkuh. Mereka bebas bermain, tetapi harus tetap patuh pada peraturan.

AstrophileDonde viven las historias. Descúbrelo ahora