Bab 18 ~ Nyatanya Sulit

755 99 4
                                    

Happy reading guys...

Apa ada yang nungguin Langit?

Komen dulu kalau ada wkwkwk

Apa harapan kalian setelah cerita ini direvisi?

☁️

~
~
~

Semilir angin menerpa kulit pemuda yang sedang termenung di atas rooftop sekolah, ditemani satu cup white coffee dingin favoritnya.

"Nyatanya ucapan dan nasehat lo malam itu sama sekali gak bisa mengurangi rasa benci gue ke dia, Selen." Angkasa tersenyum getir.

Tepat satu minggu setelah kejadian di bukit waktu itu. Angkasa selalu menghindar dari Langit dan Rei, bahkan Angkasa juga sedikit menjaga jarak dengan kedua sahabatnya yang mulai dekat dengan Langit.

"Semakin gue berusaha menerimanya, semakin besar juga rasa benci itu muncul."

Angkasa menghela napas kasar. Pusing, pikirannya benar-benar pusing dilanda kebingungan. Apakah ia harus memaafkan adiknya kembali? Entahlah, Angkasa saat ini tidak bisa berpikir jernih.

"Gimana gue mau memaafkan dia. Gara-gara dia, gue kehilangan bunda. Gue gak bisa!"

Gemuruh emosi kembali memuncak dikala Angkasa mengingat kembali mendiang sang ibu. Sepi, itulah yang Angkasa rasakan saat sepuluh tahun belakangan ini.

Angkasa menyambar cup yang isinya tinggal setengah, lalu meminumnya hingga tandas dan menyisakan bongkahan es batu yang belum mencair.

"Woi! Ternyata lo di sini," teriak Arfian saat berhasil menemukan keberadaan Angkasa.

"Katanya mau istirahat di UKS," timpal Azriel dengan wajah yang sedikit kesal.

Sejak jam pertama pelajaran, Angkasa meminta izin pada guru untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan alasan sakit dan ingin beristirahat di UKS. Nyatanya pemuda itu berbohong, Angkasa malah mendatangi rooftop sambil termenung memikirkan masalahnya.

"Ada apa?" tanya Angkasa sedikit malas saat melihat dua makhluk yang saat ini sudah berada di sampingnya.

"Gak ada. Cuma kangen aja," jawab Arfian usil menggoda kesabaran Angkasa yang setipis tisu.

"Najis!" Angkasa mengumpat dan menghadiahi tatapan tajam untuk Arfian.

"Lo udah makan?" tanya Azriel saat matanya tanpa sengaja melihat cup yang hanya berisi es batu yang belum mencair. Dapat Azriel tebak, pasti isinya tadi adalah white coffee.

Angkasa menggelengkan kepalanya. Sejak tadi malam, Angkasa sama sekali belum ada makan sedikit pun. Angkasa sama sekali tidak berselera makan, padahal perutnya saat ini sudah perih, mungkin saja asam lambungnya sedang naik.

"Belum makan, tapi udah minum kopi. Mau mati?" tanya Azriel frontal. Sahabat keras kepalanya ini sungguh membuat hatinya jengkel setengah mati.

"Lo kan tau sendiri, gue kalau banyak pikiran agak susah makan." Angkasa menjawab sekenanya.

"Tapi lo punya asam lambung, bego!" Arfian menjitak kepala Angkasa karena geram.

"Mikirin apa? Adek lo?" tanya Azriel. Sepertinya tebakan Azriel benar, bisa dilihat dari respon Angkasa saat menatapnya.

"Gue bingung." Angkasa menundukkan kepala menatap lantai rooftop.

"Om Tara udah tau?" tanya Arfian.

AstrophileOnde histórias criam vida. Descubra agora