chapter 4

153 31 16
                                    

~Author

Kampus^

Setelah kabar tragedi itu, kini ia tengah menyibukan diri dengan melanjutkan kuliahnya disebuah kampus yang cukup ternama, agar ia bisa dengan ikhlas malanjutkan langkah hidupnya.

Banyak sapaan yang ia dapat dari mahasiswi yang berada disana, tapi ia tak Mengubrisnya dan tetap melanjutkan jalanya menuju kelas, karna ia mendapat jadwal masuk siang ini.

Saat ia menaiki tangga, tak sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang sudah dilihat dari tatapan matanya kalau ia kurang bersahabat.

"Minggir gue mau lewat" Ucap dia berusaha lembut

Namun orang itu mengakat senyum smirk dan bertepuk tangan,

Pukk
Pukk
Pukk

"Gilang Dika,,, yang katanya anak populer dikampus ini, hmm padahal ngak ada yang menarik di diri lo" Ucap orang itu  memanggil namanya dan mendorong bahu gilang.

"Ck, minggir!! " Ucap gilang menghiraukan orang itu.

"Kalau gue ngak mau gimana? " Tantang orang itu dengan senyum smirknya.

"Gue,, ngak punya urusan sama lo, jadi minggir lo" Ucap gilang berusaha tidak mengeluarkan emosinya.

"Lo punya urusan sama gue,,, lo ngak tahu gue siapa" Ucap orang itu berdiri di hadapan gilang dengan tatapan tajam.

"Hmm,, apa untungnya gue ngetahuin lo" Balas gilang menaikan satu alisnya.

"Oke,, lo ingat baik-baik nama gue,,,. nama gue,,, DINAND, camkan itu" Ucap dinand lalu pergi melewati Gilang, tak lupa ia menyenggol bahu gilang cukup keras sehingga ia sedikit terdorong hingga menabrak dinding dibelakangnya.

"Punya urusan apa sih tu orang ma gue, masin adik leting aja dah sesongong itu tu bocah" monolog nya kemudian baru kembali berjalan menuju kelas nya.

*****

Di sekolah kini bel pertanda sudah waktunya pulang sekolah pun terlah berbunyi, mahasiswa maupun mahasiswi sudah siap keluar kelas masing masing untuk segera pulang ke rumahnya masing masing, namun berbeda dengan zweitson dan Fiki mereka justru masih di dalam kelas, berencana untuk mendekati dan mengenal orang yg mirip dengan sahabat nya itu.

"Eh Zidane sorry ya tadi gue asal peluk Lo aja, sorry juga kalau gue sempet nyangka kalau Lo itu sahabat kita, tapi sahabat kita udah meninggal jadi gak mungkin hidup lagi" ucap zweitson sambil menghadang jalan Zidane agar ia bisa berhadapan dengan Zidane, Karna Zidane terlihat ingin keluar dari kelasnya.

"Iya Zidane maaf banget ya, habisnya muka Lo mirip banget sama aji sahabat kita, ya kita shock sekaligus seneng kalau masih bisa di pertemukan sama dia lagi" sambung Fiki, pasalnya ia melihat tidak ada respon apa pun dari Zidane setelah zweitson berucap seperti itu.

"Emang nya seberapa mirip sih sahabat kalian sama gue, sampe sampe kalian nyangka nya gue sahabat kalian, gue aja baru kenal kalian ya kali dah akrab banget, kenal aja kagak" ucap Zidane sedikit cuek namun ia juga penasaran dengan muka Fajri.

"Gue punya kok foto Fajri, Lo mau lihat" tawar Fiki, namun tiba tiba handphone milik Zidane berbunyi dan ia langsung mengangkat telpon tersebut tanpa menghiraukan tawaran Fiki kepadanya.

"Gue cabut dulu" ucap Zidane dan sedikit menyenggol bahu zweitson yg masih menghadang jalan nya, setelah selesai bicara dengan orang yg menelpon nya.

"Yaah dah cabut, gak jadi dong dia lihat foto Fajri" ucap Fiki

"Iya Fik, padahal pengen banget nengok reaksi dia setelah lihat foto Fajri" ucap zweitson pasrah.

" ya udah lah masih bisa besok besoknya lagi, gimana kalau kita habis ini mampir ke bengkel nya bg Han dulu sebelum pulang, di sana kan ada bg sen nah sekalian kita kasih tau soal Zidane, gimana?"

Dream || UN1TY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang