chapter 9

145 26 8
                                    

~Author

Dirumah Maulana setelah selang sehari sehabis kejadian tersebut kini kondisinya sudah berangsur membaik, dan mereka semua sudah berkumpul disini.

"Huwa,,,, Fajri,,, lo beneran Ajiiii" Sambut Fiki yang baru datang dan langsung memeluknya.

"Shh,, sakit woyy,, biasa aja dong" Tegur nya merasa risih

"Fiki gantian donggg,, gue juga mau nii" Kesal zweitson terhadap temannya

"Ya,, sini dong sonnn" Ucap Fiki masih di posisinya.

Tanpa menunggu perizinan, zweitson pun bergabung dengan temanya ini.

"Astaga sesak woyyy" Gerutu pemuda yang ternistakan

"Kalian berdua mau minggir sendiri atau gue pinggirin" Pungkas Fenly dan menjauhkan mereka berdua dari adiknya ini

"Fenly mode gas on guyyss" Seru Ricky

"Biasa aja dong bang fen,, merinding ni gue" Protes Fiki yang tergeser kan

Tiba-tiba Gilang duduk disamping zidane dan menggeser posisi Zweitson dengan paksa, memandang dengan lekat orang yang sangat mirip dengan seseorang yang sudah ia anggap seperti adiknya.

"Ni,, apalagi mahkluk satu ini,, lo masih normalkan" Ucap Zidane merinding melihat tatapan Gilang

"Lo ngak ingat gua ji" Tanya Gilang sedikit kecewa dengan orang ini

"Emang gue beneran aji" Tanya balik dan memandang orang-orang yang mengitari nya, dan mereka semua mengangguk.

"Hmm,,, lo boleh ragu, tapi gue ngak akan ragu lagi,,, ji, lo itu adik gue,, Ahmad Maulana Fajri" Ucap Shandy penuh penekanan

"Kalau gue Aji,, trus zidane mana? " Tanyanya yang linglung

"Sekarang gue tanya sama lo,,, emang lo pernah merasa masa kecil lo,, hidup seperti zidane yang katanya punya abang laki-laki" Tanya Farhan yang membantu menyakini

"Hufh,, gimana ya? Gue pernah ada bayangan sih, kalau gue bareng saudara laki-laki, tapi,, ada satu lagi dan mungkin aja satunya itu teman masa kecil gue" Ucap zidane yang masih ragu

"Gini deh ji, kayaknya lo harus traktir gue empek-empek,, buat lo ingat,, kalau lo emang teman gue" Tawar Fiki menaik turunkan alisnya.

"Dihh,,, itu mah maunya elooo" Kesal zweitson

Di sela obrolan itu tiba-tiba Handphone Zidane berbunyi yang menandakan bahwa ada notif pesan masuk, ia dengan berat hati mencoba membuka dan melihat isi pesan itu, sambil agak sedikit menyembunyikan handphone nya, guna Fiki maupun zweitson tidak melihat pesan itu.

Dinand
Pulang gak Lo sekarang
Gue tau Lo kabur ke rumah Maulana
Jangan sampai gue dan yang lain ke sana buat bikin ke rusuhan dulu baru Lo pulang

Setelah ia membaca pesan itu kemudian ia langsung kembali menyimpan handphone nya dan hendak berdiri

"Eh Lo mau kemana ji?" Tanya Fiki yang menahan tangan nya

"Gue mau pulang" jawab nya singkat, sedang kan yang lain langsung tercengang mendengar ucapannya yang tidak masuk akal itu

"Mau pulang ke mana? Ini kan rumah Lo" ucap shandy tak terima

"Ji, kak fen tau mungkin aji memang belum mengingat tentang kita atau kenangan rumah ini, tapi kak fen mohon ji, tetap di sini ya dan tinggal bareng gue dan kak Shan lagi, kita yakin bahwa suatu saat nanti ingatan Lo pasti bakalan balik lagi seperti dulu kala" ucap fenly

Namun sekarang Handphone nya kembali berbunyi, bukan sebuah pesan yang masuk, melainkan sebuah panggilan dari orang yang mengirim nya pesan sebelumnya

"Gue harus pulang" ucapnya tanpa menghiraukan ucapan yang terlontar dari mulut fenly

"Gak gue gak akan ngizinin Lo balik lagi ke rumah itu, Lo gak sadar apa gara gara mereka muka Lo jadi lebam lebam gitu, pokok nya gue gak akan izinin Lo balik ke sana" ucap Shandy entah dengan cara seperti apa lagi untuk ia memulihkan ingatan adik nya itu

"Lebih baik kalian tinggal di rumah gue aja deh, gue takutnya orang yang ngaku ngaku sebagai sodara nya aji bakalan ke sini dan bawa paksa pulang aji, setidaknya di rumah gue masih bisa di bilang aman Karna masih ada security yang jaga" saut Gilang memberi ide namun dapat penolakan dari Zidane

"Enggak gue gak mau, gue mau pulang ke rumah gue, bagi gue kalian itu hanyalah orang asing tau gak, udah deh biarin gue pergi sekarang, jangan tahan gue di sini apalagi coba bawa kabur gue ke rumah si black itu" ucap nya menentang ide yang di beri Gilang

"Astaghfirullah fajriiii, kayak nya Lo harus di ruqyah deh biar ingatan Lo pulih lagi" ucap zweitson tak percaya dengan apa yang di lontarkan oleh salah satu sahabat nya itu

"Ayok kalau gitu, kita bawa dia ke pak ustadz aja biar langsung di ruqyah dan jin yang merasukinya bisa keluar" ucap Fiki meng iyakan ide zweitson

"Apaan sih, gue gak lagi kesurupan kali, kalau kalian tetep menahan gue pergi, nanti sodara gue dan temen-temen gue bakalan ke sini dan bakalan bikin rusuh, kalian mau itu terjadi?" Ucap Zidane memberi alasan mengapa ia harus segera pulang

"Gak papa kali, gue juga lagi pengen berantem nih, ayok cepetan telpon yang ngaku ngaku sodara lo itu, paling dengan satu tonjokan tangan gue meluncur di pipi mereka, mereka pasti bakalan KaO" ucap Ricky meremehkan omongan Zidane

Kring,,,,, Kring,,,, kring,,,,,

Telpon milik Zidane kembali berbunyi dan kini ia memutuskan untuk mengangkat telpon itu di depan mereka sambil menyalakan lospiker agar yang lain dapat mendengar

"Zidan cepetan pulang sekarang, mereka itu berniatan jahat sama Lo dan ingin mempengaruhi Lo, Lo gak sayang sama almarhum bokap dan nyokap apa" ucap dinand di sebrang sana

"Gimana cara nya gue pulang coba
Orang gue di tahan di sini, mana gue pengen di ruqyah lagi sama mereka" ucap Zidane namun zweitson dan Fiki Ter cengir mendenger apa yang di laporkan Zidane ke sodara nya itu

Shandy mendekati pemuda yang lagi asik ber telponan itu, kemudian menarik handphone nya dan setelah ia yang memegang kendali terhadap handphone itu, kini ia pun berucap kepada orang yang sedang menelepon adik nya

"Mau sampai kapan Lo mainin drama ini hah?, Jangan belaga sok jadi sodara dia ya, Karna kenyataan nya Lo tidak lebih dari seorang pengecut yang brani brani nya memerintahkan anak buah Lo buat ngeroyok adik gue" ucap Shandy kemudian mematikan sambungan telpon itu

Setelah berucap seperti itu, Shandy pun segera mengembalikan handphone itu kepada sang pemilik.

"Sekarang Lo bebas, mau pilih tinggal sama kita atau malah justru milih tinggal sama orang yang tega memperlakukan Lo seperti binatang" ucap Shandy pasrah kemudian ia berusaha menjauh dari Zidane

*****

Di rumah dinand kini ia tengah di serang emosi, gimana tidak rencana yang sudah lama ia susun rapi sebentar lagi akan musnah, banyak rencana yang bakalan gagak total jika Zidane terus terusan dekat dengan keluarga nya apalagi sampai terpengaruh dan percaya akan omongan sodara sodara nya.

"Arghh, ini tidak bisa di biarkan, gue harus susun rencana baru dan mempersingkat waktu agar hari itu cepat terjadi, hm,,,, kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa keluarga Maulana, hahahaha" monolog nya sendiri

"Noel, Lukas, ghatfaan,cepetan kesini" panggilnya

"Ada apa boss" tanya Noel

"Cepet jemput Zidane di rumah Maulana sekarang juga" perintah nya

"Ouw jadi bener dia di bawa kabur oleh sodara nya, lumanyan nekat juga mereka" ucap ghatfaan

"Antara mereka yang nekat atau kitanya aja yang ceroboh sih ini" ucap Lukas

"Udah cepetan berangkat sekarang jangan buat gue buang buang waktu untuk mendengar ocehan kalian yang tidak berbobot itu" ucap Dinand kemudian mereka semua langsung pergi ke kediaman keluarga Maulana dengan mengendarai mobil kijang.


🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa vote dan komen ya
Supaya saya bisa makin semangat buat ngelanjutin cerita ini
Thanks for reading

Collab: ShopieOktapiani

Dream || UN1TY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang