chapter 14

108 21 8
                                    

~Author

Tepat sehari semalam Shandy belum juga pulang ke rumahnya, dan Fenly pun tidak dapat kabar apa pun dari Zidane, alhasil membuat batin nya merasa tidak tenang dan trus memikirkan sang kakak.

Namun sekarang ia memutuskan untuk melaporkan ke pihak yang berwajib untuk dapat di tindak lanjuti, perihal kehilangan sang kakak nya.

Fenly pun kini telah keluar dari kantor polisi setelah ia melaporkan berita kehilangan itu, ia tidak sendiri tentunya di temani Gilang dan Farhan yang tau betul tentang kronologi sebelum kejadian itu terjadi.

Dengan adanya kesaksian yang di ajukan oleh Gilang beserta Farhan membuat polisi pun segera bertindak lebih cepat di karenakan kesaksian mereka sungguh menjadi sebuah titik terang yang nyata bagi penyelidik.

"Thanks ya bang Han, Gilang, gue gak tau lagi kalau gak ada kalian" ucap Fenly berterima kasih Karna telah membantunya memberikan kesaksian terhadap kehilangan kakak nya.

"Ya itu udah jadi kewajiban kita Fen, Lo gak usah merasa canggung sama kita apalagi merasa gak enakan, kita ini udah jadi keluarga, gue dan Shandy berteman sudah cukup lama juga jadi sewajarnya kita saling membantu kalau satu di antara kita ada yang lagi bermasalah" ucap Farhan sambil merangkul pundak Fenly

"Iya betul kata bang Han, kita ini udah layaknya seperti keluarga, jadi udah gak usah canggung lagi kalau mau meminta bantuan, gue dengan senang hati akan membantu Lo Fen. semoga setelah ini polisi dapat menemukan jejak preman-preman yang membawa Kakak Lo itu" ucap Gilang sambil ikut merangkul pundak Fenly juga

"Udah ya kita balik sekarang, Lo gak usah mikir macam macam lagi tentang Shandy, doain yang baik baik nya aja, Shandy pasti baik baik aja kok percaya sama gue" ucap Farhan berusaha menenangkan Fenly dan Fenly pun mengangguk kan kepalanya sambil mengukir senyum manis di bibirnya dan merekapun pulang ke rumah.

*****
Di dalam sebuah ruangan gelap kini nampak seorang pemuda yang terlihat sangat lemah, dengan kondisi tangannya yang terantai dan juga kakinya yang sudah terikat cukup erat.

"To,,long" lirih nya sekuat tenaga

Tiba tiba masuklah seorang pemuda yang memakai penutup muka, pemuda itu membawa sepiring makanan dan satu botol minuman, lalu kemudian di letakan di dekat pemuda yang terlihat cukup lemah itu.

"Makan" bentak orang itu dengan posisi memegang sendok untuk menyuapkan pemuda itu

"Buka mulut Lo" lanjut nya, namun pemuda itu cuman menggeleng kan kepalanya, pertanda ia tidak mau memakan makanan yang di suapi oleh orang ini, gimana bisa ia memakan makanan yang tentu tidak layak untuk di makan lagi, seperti makanan kucing.

"Mau mati Lo ha! Masih baik juga gue kasih makan, buka mulut Lo sekarang atau gak gue bawa lagi ni makanan dan biarin Lo mati kelaparan" ancam orang itu

Kemudian dengan mata sedikit berkaca-kaca pemuda ini menatap makanan yang hendak di suapin ke mulut nya, lalu menutup matanya erat dan perlahan membuka mulut nya agar orang itu bisa memasuki makanan itu kemulutnya tanpa harus membentak nya lagi.

"Nah gini kek dari tadi, jadi kan gue gak capek jadinya" ucap orang itu setelah berhasil membuat pemuda itu memakan makanan yang ia bawa.

"Lo siapa? Tujuan kalian apa ngebawa gue ke sini?" Ucap Shandy dengan sedikit mengurangi rasa takutnya

"Lo mau tau kita siapa?, Yang pasti bukan orang asing lagi bagi lo" ucap orang itu sambil mengukir senyum licik nya, lalu kemudian berdiri membelakangi Shandy.

"Shandy..Shandy, Lo lupa ya kalau bokap Lo itu pernah menewaskan orang? Atau Lo cuman sekedar pura pura lupa dan beranggapan bahwa semua itu layaknya tidak terjadi apa-apa. BOKAP LO ITU PEMBUNUH asal Lo tau itu" ucap orang itu namun di akhir kalimat ia meninggikan suara nya.

"Jadi Lo anak dari bapak Bima Narendra yang meninggal akibat kebakaran kantor papa gue?" Tanya Shandy mencurigai pemuda yang menyekap nya itu beneran anak dari sahabat almarhum papanya atau bukan.

"Ya, gue anak dari Bima Narendra korban kebakaran kantor bokap Lo, dan bokap Lo penyebab kematian bokap gue"

"Tapi itu cuman musibah dan papa gue juga jadi salah satu korban dalam kebakaran itu, kenapa Lo jadi tiba tiba nyalahin papa gue?" Tanya Shandy sambil sedikit menahan emosinya, Karna ia juga butuh info lebih lanjut untuk mengetahui alasan mereka yang menyekap nya.

"Asal Lo tau, Bokap gue gak akan meningal kalau bukan karna papa Lo yang tega menepis balok kayu yang jatuh tepat di posisi papa Lo berdiri. papa Lo tega menepis nya dan sampai mengenai almarhum Bokap gue, dan gue menyaksikan nya dengan mata kepala gue sendiri dan gue berjanji akan menghabisi semua keturunan Maulana, termasuk Lo dan kedua adik Lo itu, CAMKAN ITU PEMBUNUH" ucap nya di akhir kalimat ia menggebrak kan bangku Karna terlalu sudah tersulut emosi, kemudia ia keluar dari gudang itu.

"Jangan pernah sakitin adek gue" teriak Shandy namun di hiraukan oleh pemuda itu

"Fenly, gimana ini? Gue gak bisa ngelindungin adik gue, gue gak akan bisa memaafkan diri gue sendiri kalau sampai hal buruk terjadi pada Fenly, oh tuhan,,,,, lindungi adik gue" ucap nya pasrah tak ada harapan untuk ia bisa bebas, namun ia berharap bahwa adik nya dalam keadaan baik-baik saja.

****
Zidane selepas pulang sekolah ia dapat perintah dari Dinand untuk pergi ke sebuah gedung tua, entah apa maksud mereka untuk menyuruh nya ke sana yang jelas ia merasa gelisah saat akan tiba di sebuah gedung tua itu.

Dengan berat hati ia langsung masuk ke gedung itu, saat tiba di halaman utama ia terbayang bayang akan hal di mana ia pernah menyekap Fenly juga di gedung ini, ia menggelengkan kepalanya kemudian lanjut melangkah ke sebuah ruangan yang udah di bilang Dinand.

Setelah sampai di ruangan itu ia langsung membuka pintu ruangan itu, terlihat di sana sudah ada Dinand, Noel, Lucas dan juga ghatfaan, ia pun langsung gabung dengan mereka semua.

"Gimana hari ini sekolah nya, lancar?" Tanyak Dinand yang tak biasanya ia menanyakan hal-hal seperti ini

"Iya lancar, tumben banget Lo nanya kek gitu" ucap Zidane

"Iya emang gak boleh? Lo kan adik gue jadi dah jadi tanggung jawab gue kalau Lo sampai kenapa-napa" ucap Dinand lagi, dan membuat Zidane semakin bingung, entah gak biasanya Dinand bersikap seperti ini.

"Lo kenapa sih Nand? Aneh banget, kenapa nih si Dinand? Kerasukan apa dia?" Tanyak Zidane ke pada Noel, Lucas dan juga ghatfaan, namun hanya dapat gelengan kepala saja dari mereka bertiga.

"Zidane, Lo beneran kan sayang sama gue dan juga Bokap nyokap kita?" Tanya Dinand bangkit dari duduknya lalu kedua tangannya memegang pundak Zidane.

"Ya sayang lah, pakek di tanya lagi" ucap Zidane sambil cengengesan

"Lo mau kan ngelakuin apapun itu demi keluarga kita?" Sambung Dinand

"Ngelakuin apa sih? Aneh banget Lo Nand"

"Dengerin gue baik baik"Ucap Dinand sambil sedikit mengguncang kan tubuh Zidane "bokap nyokap kita meninggal dengan cara tragis, dannnn orang yang bunuh Bokap nyokap kita itu harus mati secepatnya, supaya bokap nyokap kita bisa tenang di sana, dan gue sudah sekap salah satu dari keturunan si pembunuh itu, gue mau Lo yang habisin nyawanya, Lo bersedia kan?"

Zidane seketika langsung shock mendengar hal itu dan terdiam mematung, apa orang yang di maksud Dinand itu bang Sen? Kalau ia apakah ia akan sanggup menghabisi nyawa sodaranya sendiri? Tapi kalau tidak apa yang akan terjadi setelahnya? Sungguh ia sangat merasa bingung berada di posisi dan kondisi seperti ini.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa vote dan komen
Supaya saya bisa makin semangat
Buat ngelanjutin cerita ini.
Thanks for reading 💜💙









Dream || UN1TY Where stories live. Discover now