chapter 18

122 24 12
                                    

~Author

Hidupnya kini bener-bener seperti orang yang sedang kebingungan dan kehilangan arah, ya bagaimana tidak setelah kakaknya mengusir nya dari rumah sakit tadi, sekarang ia masih lontang-lantung di jalanan tanpa tujuan, ia tak tau harus pulang kemana untuk saat ini, sementara itu Noel, Dinand, Lukas dan juga Ghatfaan sudah berada di kantor polisi, ia masih beruntung karena Fenly tidak menyuruh polisi untuk menahan dirinya, ia berfikir sekarang tidak lagi mungkin untuk balik lagi ke rumah yang ia tempati beberapa bulan belakangan ini, lalu ia akan kemana untuk saat ini? Entah lah yang pasti ia terus melajukan motor nya.

Ia terus menyusuri sepanjang jalan yang sunyi dan sedikit gelap yang terang hanya dengan sorot lampu jalanan, sampai tak sadar ia berhenti tepat di area kompleks perumahan yang penuh kenangan manis baginya dan juga di dalamnya masih menyimpan luka yang cukup membekas dalam ingatan nya, ia memandang perumahan itu sekilas sambil sedikit mengukir senyum manisnya, kemudian kembali melajukan motornya menyusuri sepanjang jalan.

******
Di lain tempat kini Fenly telah terbalut dengan seragam khas ruang ICU, ya ia sedang menjenguk kakaknya yang masih betah berbaring di atas kasur rumah sakit, entah sampai kapan ia bisa sanggup melihat tubuh kakak nya yang terbaring lemah tak berdaya tubuh yang terpenuhi dengan selang-selang alat bantu untuk menopang hidup dan mulut pun sudah terpasang ventilator, ia mencoba menggenggam tangan kakak nya yang terbebas dari infus lalu mencium tangan itu dan berucap.

"Kak Shan, Fen berharap tidak pernah sekalipun terbesit di pikiran kak Shan untuk pergi ninggalin Fen kak, Fen gak bisa hidup tanpa kak Shan, cukup Fen merasakan kehilangan Mama Papa, kak Shan jangan.
Ini semua memang salah Aji kak, dia jahat sama kakak dia udah ngebuat kakak harus berbaring di disini, Fen gak terima Aaaaaa" ucapnya sambil mengelus-ngelus tangan kakaknya, meskipun kakaknya tidak memberi respon apapun tapi ia tau kakaknya pasti bisa mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Fen keluar dulu ya kak, kak Shan jangan lupa bangun" kali ini ia berbisik di telinga kakaknya, setelah berucap seperti itu ia mencium kening kakaknya sebelum memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

Di luar ada Gilang yang menemani nya untuk menginap di rumah sakit, sedangkan Farhan dan juga Ricky sudah berpamitan untuk pulang dan beristirahat di rumah, besok siang baru akan ke sini lagi.

"Fen" tegur Gilang setelah melihat Fenly yang keluar dari ruangan kakaknya dengan mata sembab bisa di pastikan habis menangis.

Fenly setelah keluar dari ruangan kakaknya langsung duduk di kursi ruang tunggu, ia sedikit memijit kening nya, sudah pasti ia sedang banyak pikiran untuk saat ini.

"Lang, apa keputusan gue untuk ngebiarin Aji bebas berkeliaran di luar sana itu dah bener? Apa gak sebaiknya dia menekam saja di penjara barengan sama teman-teman dia yang lainnya itu?, Gue benci banget nengok muka dia yang merasa tak berdosa sama sekali, bisa-bisanya dia merasa tak bersalah dan coba ngeles dengan bilang kalau itu bukan ulah dia, padahal jelas-jelas pistol itu ada di tangan dia, siap lagi kalau bukan dia pelakunya?"

"Fen, gue tau Lo lagi tersulut emosi untuk saat ini, tapi Fen menurut gue kita gak bisa ngambil kesimpulan begitu saja sebelum Shandy bangun dari koma nya, gue yakin Shandy tau siapa pelaku yang menembaknya, kalau soal omongan Aji itu sih wajar saja karna kita gak tau kejadian yang sebenarnya, bisa saja yang dia bilang itu bener dan bisa juga salah, tapi kalau emang yang dia bilang itu bener ada kemungkinan juga dia di jebak, Lo tau kan Dinand itu seperti apa? Dia itu bisa menghalalkan banyak cara agar keinginannya terpenuhi"

"Gue tau Lang, tapi masak Aji mau-mau aja di suruh nembak sodaranya sendiri, gak masuk akal tau gak?" Ucap Fenly lalu menenggelamkan wajahnya kedalam telapak tangannya.

"Fen, gue tau ini semua sulit bagi Lo untuk menerima nya, tapi apa Lo lupa sebelumnya Aji juga ngasih tau Lo tempat di mana Shandy di sekap, kalau pun beneran dia yang nembak, gue yakin pasti Aji dalam keadaan yang tersudut hingga dia gak ada pilihan lain dan terpaksa harus melepaskan peluru itu" ucap Gilang berusaha berfikir positif.

"Lo belain aja tuh anak terus ahh" ucap Fenly Lalu bangkit dari duduknya dan langsung pergi begitu saja.

Gilang tidak berusaha untuk mengejar nya, ia tau pasti berat berada di posisi Fenly untuk saat ini, tidak ada pilihan lain untuk nya selain membiarkan Fenly menenangkan pikirannya sendiri.

Di sisi lain ternyata Fenly berhenti di taman belakang rumah sakit, ia duduk di salah satu kursi yang ada di sana matanya memandang ke arah langit yang di penuhi dengan keindahan bintang-bintang, ia mencoba untuk meluapkan emosi nya yang terpendam sedari tadi.

"Ji Lo tega jii, tega banget gue gak percaya Lo bisa lakuin hal ini, mana Aji yang dulu yang terkesan lugu dan polos itu, kenapa Lo berubah sekarang apa Lo mau ngehukum gue Karna dulu gue sering jahatin Lo? Tapi gak gini Ji, gak giniii hiks hiks" ia ingin meluapkan semua unek-unek yang bersarang di pikiran nya.

"Kak Shan,,, Aji jahat kak dia tega ngehukum gue dengan cara kek beginii, gue gak sanggup kak hiks hiks, Mama Papa Fen harus apa? Fen gak kuat, Fen gak bisa jadi adik yang baik buat Kak Shan, Fen juga gak becus jadi kakak yang baik buat Aji, maafin Fen Ma Pa, hiks hiks hiks" deraian air mata tak henti keluar dari kelopak mata nya, ia terus meratapi nasib nya, seakan-akan dunia sangat kejam baginya.

Di salah satu tempat ternyata ada sosok pemuda yang memantau nya sedari tadi, ia ikut menangis mendengar unek-unek yang di keluarkan oleh Fenly, tetapi ia tidak tau harus berbuat apa untuk saat ini, hannya kata maaf lah yang sanggup ia lontarkan.

Pemuda ini berjalan mendekati Fenly dari belakang, kemudian ia langsung memeluk bahu Fenly. Ya pemuda ini adalah Fajri ia sedari tadi tidak tau lagi harus mondar-mandir kemana, maka dari itu ia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit lagi.

Fenly yang merasakan pelukan itupun langsung terdiam dan heran, siapa yang coba untuk memeluknya.

"Kak Fen, maafin Aji kak" ia bersuara entah setelah ini ia akan mendapatkan sebuah pukulan lagi dari Fenly atau enggak, ia berusaha pasrah saja, Karna tidak mungkin kalau ia harus menghindari dari Fenly terus-terusan, ia harus menyelesaikan semua ini saat ini juga.

Fenly menoleh kearah belakang dan melihat wajah adiknya itu dengan tatapan tajam kemudian ia berdiri dan berusaha menyangkal agar ia terlepas dari pelukan adiknya itu.

"Ngapain Lo kesini? Gue kan udah bilang gak usah nemuin gue lagi, gue benci sama Lo, Lo bukan Aji yang gue kenal dulu, sekarang Lo gak ada bedanya sama sodara angkat Lo itu, sama sama gak punya hati" emosi Fenly yang meledak-ledak.

"Kak Fen, Aji minta maaf kak, Aji gak bermaksud bikin bang Sen kek begini"

"Ah cukup, sampai kapan Lo mau coba menyangkal tuduhan ini hah! Buktinya udah kuatt pistol itu jelas-jelas ada di tangan lo kan waktu itu hah!"

"Gue bisa jelasin kak, ini semua gak seperti yang Lo pikirkan, gue udah berusaha nyelamatin bang sen_" belum selesai ia jelaskan namun di potong lagi sama Fenly

"NYELAMATIN? NYELAMATIN apaan hah? Lo bikin kak Shan terbaring di ICU, apa itu yang di sebut nyelamatin?" Ucap Fenly yang sudah muak denger penjelasan yang di lontarkan oleh Fajri.

"Kak, posisi gue saat itu bener-bener tersudut dan gue masih yakin kalau peluru yang menancap di tubuh bang Sen itu bukan berasal dari pistol yang gue pegang" ucap Fajri berusaha menjelaskan semua nya agar permasalahan ini cepat dapat jalan tengahnya, dan hubungan ia dengan Fenly kembali membaik.

Namun Fenly tetap lah Fenly ia tetap teguh pada pendirian dan tak akan pernah percaya dengan suatu hal tanpa bukti yang nyata.

"Omong kosong" ucap Fenly lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Fajri sendiri begitu saja.

"Kak Fen kak" ia berusaha menghentikan langkah Fenly dengan cara memanggil nya namun panggilan nya tak di hiraukan oleh sang pemilik nama.

Fajri bersimpuh di tanah sambil menangis, ia tak percaya semua ini bakalan terjadi, padahal ia sangat menantikan momen ia kembali lagi ke keluarga nya ini tanpa bayang-bayang Dinand and the geng, namun apa yang terjadi sekarang seolah semesta tak lagi berpihak kepada dirinya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Jangan lupa vote dan komen guys
Supaya Author bisa makin semangat buat ngelanjutin cerita ini, thanks for reading 💙💜

Dream || UN1TY Where stories live. Discover now