chapter 15

129 26 13
                                    

~Author

Lewat tengah malam Fenly terbangun dari tidurnya, ia mendapat telpon dari kepolisian yang mengabarkan bahwasanya mereka sudah berhasil menemukan letak dimana markas penculik yang membawa Shandy, dan kepolisian pun telah mengirim lokasinya ke Fenly. Namun di karenakan suasana sudah larut malam, maka kepolisian pun memutuskan untuk besok saja melanjutkan rencana untuk melabrak markas tersebut.

Fenly yang mengecek lokasi yang di Sherlock oleh kepolisian pun langsung seketika kaget, bagaimana tidak, pasalnya markasnya sepertinya sama dengan markas di mana dirinya juga pernah di sekap dulu.

"Tapi kalau memang bener markas para penculikan itu sama, berarti Zidane tau dong soal ini? Tapi dia kenapa bersikap seolah tidak tau apa-apa ya?"

"Gue harus mastiin sendiri" ucapnya lalu bangkit dari kasurnya, kemudian mengambil jaket yang tergantung dan memakai nya, lalu keluar kamar.

Pas sesampai nya di ruang tamu ia berpapasan dengan Farhan yang hendak ke dapur untuk mengambil minum, ya Farhan dan Gilang memutuskan untuk menginap di rumah nya sembari menjaga-jaga saja, takut ada hal-hal buruk yang terjadi kalau ia dibiarkan sendirian di rumah.

"Fen Lo mau kemana? Udah larut malam gini" tanya Farhan yang menghentikan langkahnya

"Gue udah tau bang di mana markas para penculikan kak Shan" jawabnya berterus-terang

"Alhamdulillah, btw Lo tau dari mana Fen?, Lo gak asal nebak kan ya?"

"Polisi tadi ngabarin gue bang, makannya gue sekarang mau ngecek ke sana, Karna polisi akan melabraknya besok, gue takut kak Shan kenapa-napa kalau harus di tunggu besok, gue harus nyelamatin kak Shan sendiri"

"Astaga Fen, Lo sadar gak kalau hal itu akan ngebahayain diri Lo sendiri? Lo tau gak konsekuensinya apa kalau Lo nekat ke sana sendiri? Plis Fen gue tau Lo gak mau terjadi apa-apa sama Shandy, tapi Lo juga harus bisa mikirin keselamatan diri Lo sendiri, Lo jangan nekat gini Fen"

"Lalu gue harus apa bang? Gue harus ngebiarin kakak gue di sekap sampai berhari-hari gini? Gue gak bisa bang hidup gue gak tenang sebelum Gue mastiin sendiri keadaan kak Shan"

"Fen gue tau Lo khawatir sama keadaan Shandy, tapi Lo juga harus bisa berfikir konsekuensinya juga, bagus kalau Lo berhasil bawa pulang kakak Lo, tapi kalau enggak gimana? Yang ada Lo juga bakalan jadi Sandra mereka. Udah ya mending besok aja kita kesana bareng polisi biar kita aman dan Shandy pulang dengan selamat" ucap Farhan ia tak ingin Fenly melakukan hal bodoh yang bisa ngebahayain dirinya sendiri.

"Tapi gue gak tenang bang Hicks,,,, Hicks,,,,"ucap Fenly berbarengan dengan tangisannya

"Yaudah gue temenin Lo di kamar ya, biar Lo bisa istirahat dengan tenang biar besok kita punya energi full buat nyelamatin Shandy" ucap Farhan sambil menenangkan Fenly, merekapun kini langsung balik ke kamar Fenly dan Farhan pun tidak jadi ke dapur untuk mengambil minum Karna di dalam kamar Fenly pasti masih ada air cadangan.

*****

Zidane merasa gelisah dan tak kunjung bisa tidur, ia kepikiran terus menerus dengan perintah Dinand untuk menghabisi orang yang sedari kecil slalu dekat dengan nya itu, tentu mana sanggup ia menghabisi nyawa orang yang berperan penting dalam hidupnya, bahkan semenjak papa Maulana membenci dirinya dan saat itu lah ia sama sekali tidak mendapat peran papa lagi dalam hidupnya, bang Sen lah pengganti peran itu buat nya, di saat bumi berasa mau runtuh pun lagi lagi bang Sen lah sosok orang yang membuat ia bisa bertahan hidup sampai saat ini, lalu apakah ia sanggup melihat jasad Abang nya itu besok?, Sungguh kalau bisa kabur dari sini ia pastinya bakalan kabur saja, tapi apalah daya ia juga merasa terperangkap dalam situasi yang sama sekali ia tidak dapat hindari.

Ia memikirkan memory-memory yang telah terekam jelas di otaknya, memory tentang kebersamaan ia dengan kedua sodara nya itu. Ya memang kini ingatan nya telah pulih total dan bahkan ia sudah dapat mengingat tentang Peristiwa yang membuat ia bisa berada di rumah ini.

"Kak Fen, maafin Aji kak, Aji gak bisa berbuat apa-apa saat ini, maaf Aji gak bisa bawa Bang Sen keluar dari gedung itu, seperti hal nya Aji bawa kabur kak Fen dulu, keadaannya kali ini beda, Aji harap kak Fen gak bakalan marah dan gue berusaha keras untuk tidak melakukan permintaan Dinand" monolog nya

Setelah itu ia beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan kemudian melakukan Sholat agar hatinya kembali tenang dan ia berdoa agar hal buruk tidak akan pernah terjadi di esok hari.

Setelah berdoa ia pun baru merasa ngantuk, sebelum ia tertidur ia mengirim sebuah pesan ke nomor milik Fenly, setelah itu ia pun telah terlelap dalam tidur di atas sajadah, wajar saja pasalnya sedari tadi ia tidak bisa tidur dan setelah perasaan nya mulai sedikit tenang baru lah ia bisa tidur, meskipun jam telah menunjukkan pukul 2:30 dini hari setidaknya ia bisa tidur sebentar saja.

🌸

~Author

Pagi hari, hari yang di takuti telah tiba, terukir raut wajah yang mulai cemas dan sedikit memucat, bagaimana mana tidak ternyata Dinand sama sekali tidak kasih ia cela sedikit saja untuk bisa menghindari kejadian hari ini.

Seperti sekarang ini ia di bangunkan di suruh untuk bersiap-siap, sepertinya mereka tau akan rencananya, maka dari itu ia ke kamar mandi pun di awasi, ia sama sekali tidak memiliki cela untuk kabur, terpaksa ia mengikuti kemauan mereka dengan harapan Fenly dan yang lain bisa menemui di mana tempat berjalannya eksekusi ini.

"Udah siap" tanya Noel yang melihat Zidane keluar dari kamar mandi

"Noel, gue kayak nya lagi gak enak badan deh, kepala gue pusing banget nih, badan gue juga agak sedikit hanget" ucap nya biar bisa mengulur ngulur waktu.

"Udah deh jangan beralasan, Dinand udah nungguin Lo di sana, Lo mau dia marah? Lo tau sendiri kalau dia marah gimana, yang ada Lo bakalan di kasih hukuman lagi nanti, udah ayok kita berangkat aja" ucap Noel sambil menarik pergelangan tangan Zidane, ia tidak mau menggagalkan rencana yang udah tersusun rapih, hanya Karna mendengar sebuah alasan.

Tak perlu berlama-lama mereka kini sudah sampai di gedung tua, tempat di mana ia harus mengeksekusi pemuda berambut gondrong itu, ia tidak tau harus beralasan apa lagi supaya ia bisa mengulur-ngulur waktu dan Fenly bisa langsung ke tempat ini dan sekarang handphone miliknya pun di sita oleh Dinand, ia tidak dapat memastikan kedatangan Fenly untuk saat ini.

"Ayok Zidane kita masuk ke dalam, Dinand dan yang lain udah mempersiapkan semuanya dan Lo hanya tinggal melakukan apa yang udah di perintahkan oleh Dinand"

"Gak bisa, gue gak bisa ngelakuin itu" ucap Zidane

"Kenapa? Karna Shandy sodara Lo?" Tanya Noel sambil menatap mata Zidane dan menaikkan alisnya

Zidane sedikit kaget mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Noel itu, apa bener mereka semua sudah tau tentang ia yang selama ini berpura-pura Amnesia? Dan kalau iya, mereka tau dari mana? Dan apa yang harus ia jawab sekarang, apa harus jujur saja? Kalau ia jujur, apa yang akan terjadi setelah ini? Sungguh ia harus berhati-hati untuk mengambil keputusan, agar semuanya tetap baik-baik saja.


🌸🌸🌸

Jangan lupa vote dan komen ya
Biar Author bisa makin semangat
Buat ngelanjutin cerita ini
Thanks for reading N1T💜💙

Dream || UN1TY Where stories live. Discover now