18

102 24 8
                                    

Gerai lantai dasar Plaza Senayan di dominasi dengan berbagai pakaian yang Nawasena yakin, tidak akan pernah dijual di dunia Sudra.

Sebuah gerai menampilkan tunik segala ukuran dengan berbagai keunggulan sihir. Beberapa jubah bertudung dengan sihir  juga dijual dengan harga tinggi.

Namun, dari semua pakaian yang dijual. Rata-ratanya bahan berkombinasi emas adalah yang paling mahal. Desain yang ditampilkan juga lebih kompleks. Salah satunya sebuah jubah sepinggang berwarna hitam yang dapat menyembunyikan aura si pemilik.

Nawasena menatap jubah itu cukup lama, lalu tersadar saat melihat label harga yang tertera. Alis Nawasena pun bertaut bingung.  "10 kristal?"

"Apa?" celutuk Magma yang sebelumnya sedang menatap di tempat lain. Lalu mulai paham, saat Nawasena menunjuk label harga.

"10 kristal," jelas Nawasena. "Maksudnya, kita membayarnya dengan kristal?"

"Ya, selain uang gobok, kemaharajaan menggunakan kristal sebagai mata uang tertinggi."

Magma pun mengajak Nawasena ke gerai lain. Entah, apa yang sedang di cari si Bocah dan lagi-lagi. Pandangan Nawasena tertuju pada sebuah setelan jas di salah satu patung manekin di sudut toko. Menelisik dari  label harganya. Pakaian tersebut di hargai 2 kristal.

Tidak ada keterangan mengenai identitas sihir yang dimiliki si benda. Nyatanya, itu membuat Nawasena sangat penasaran.

"Kakak suka pakaian itu?" tanya Magma yang datang bersama satu staf wanita.

"Tertarik, iya," sahut Nawasena.

Magma pun mendekat, mencoba melihat keunggulan sihir pakaian tersebut. Seperti ekspresi Nawasena sebelumnya. Bocah itu tampak terkejut tidak menemukan identitas sihirnya.

"Ahh, pakaian itu." Seruan karyawan toko mengalihkan perhatian Nawasena dan Magma.

"Setelan tersebut sudah berada lama di sini. Bahannya dirancang khusus agar tidak mudah sobek dan kotor di berbagai situasi. Dijual 2 kristal karena benang yang digunakan dari benang kain tenun dari berbagai wilayah di Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang spesial. Hanya saja, karena pengerjaanya yang lama. 2 kristal adalah harga yang ditawarkan."

"Dan satu kristal, berapa rupiah?" tanya Nawasena. Setelan tersebut, entah mengapa sangat menarik minatnya.

"Eh, itu." Si Karyawan tampak tergagap. Lalu segera menjawab. "1 kristal setara 50 juta. Namun, jika Tuan punya 100.000 koin gobok. Itu setara 1 kristal."

Mahal sekali, batin Nawasena. Tampaknya, dia tidak akan pernah bisa memiliki uang sebanyak itu seumur hidup.

"Kami beli setelan itu. Bagaimana kalau langsung dikenakan?"

Pernyataan Magma, sekonyong-konyong membuat mata Nawasena terbelalak.

"Hey! Jangan gila! Gue enggak punya uang sebanyak itu."

"Enggak usah khawatir. Magma yang akan bayar."

Dan benar saja, bocah itu mengeluarkan dua buah kristal berwarna biru berbentuk oval dari dalam ransel kuningnya. Lalu meminta si Karyawan melepas setelan tersebut dari patung manekin dan memberikannya pada Nawasena.

"Kakak silakan ganti baju. Magma tunggu di kasir."

Nawasena masih menganga. Dia berdiri mematung sambil menatap setelan yang berada di tangannya. Akan tetapi, kalau dipikir lebih seksama. Nawasena pikir, tidak baik menolak rezeki. Maka, ia pun berjalan menuju kamar pas dan berganti.

Dari depan kasir. Magma tersenyum lebar menatap Nawasena. Penampilan pemuda itu tampak jauh lebih berkarisma. Apalagi penutup mata kirinya dan rambut merah sebelah membuat Nawasena jauh lebih terlihat gagah.

The Heroes Bhayangkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang