HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.
"Haduh, capek banget gue!"
Keluhan itu keluar dari mulut seorang Regan Bagaskara. Ia baru saja selesai mengepel mini market tempatnya bekerja. Regan meletakkan alat bersih nya itu di tempat semula.
Kemudian, ia duduk di meja kasir sambil menghitung uang atau rekapan. Rutinitas hariannya.
Saat sedang asik berkutat dengan laporannya, telfonnya berbunyi. Ada yang menelfon. Melihat nama si penelepon itu, Regan mengangkatnya.
"Halo?"
"Regan! Ini gue, Arka"
"Gue tau ya, anjir. Gue udah save nomor lu," balas Regan.
"O"
"Ck! Ada apaan? Gue mau pulang kerja, mau tidur," tanya Regan.
"Gue di arena balap"
"Gue gak nanya lu dimana ya," ujar Regan.
"Elah anjir. Aduh bentar Kevin hp gue--- halo gue Kevin."
"Terus aja perkenalan diri, gak usah ngomong," kesal Regan.
"Sabar ngab. Tipis banget kesabaran lu kayak tisu di bagi dua nyemplung ke got."
"Gue tutup nih."
"Aduh info ngab. Sergan mau balapan,"
"Hah?! Serius lu?"
"Dua rius. Dia penantangnya dan taruhannya motor mereka. Kece banget kan? Temen siapa sih? Temen gue dong."
"Ck! Terus urusannya sama gue apa?"
"Lu gak mau liat, ngab? Siapa tau kan kita juga di kasih duitnya,"
"Mata duitan lu"
"Heleh. Mau kesini ga? Arzan, Arka, Dandi, David, Travis, sama gue lagi ada disini,"
"Ngapain?"
"Main Drama sambil pargoy,"
"Oh"
"Stupid, mau nonton Sergan balapan lah anjir!"
"Kalo mau nyusul silahkan, lu tau kan tempatnya. Gue mau liat yang lain, bayy"
Piip!
Sambungan telpon terputus. Regan meletakkan hp nya di sebelahnya. Kedua matanya melihat ke arah jam dinding. Jam 10 malam kurang 5 menit. Ia bimbang, nonton atau tidak. Tapi, ia ingin tau alasan apa Sergan sampai ikut balapan itu. Bukannya Sergan dari keluarga yang ekonominya terbilang sangat cukup?
Tak ingin melamun dan berfikir lebih lama, Regan segera beberes. Ia akan menonton balapan Sergan setelah izin ke bundanya.
****
"Menurut lu, Sergan menang gak?" Tanya Arka ke Arzan.
"Ya pasti bakal menang dong," jawab Arzan.
