21. Luka (2)

1.9K 222 76
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.


"Lama banget, Arka."

Arzan terus melihat antara jam di tangannya dengan jalan gang. Arzan menunggu Arka yang tidak keluar-keluar dari gang tersebut. Posisi Arzan sekarang berada di gang masuk. Karena memang disini tempat dia selalu menunggu Arka.

"Dah hampir bel masuk soalnya," gumam Arzan.

Arzan mengeluarkan handphonenya dan menelepon Arka. Tapi hasilnya sama seperti sebelumnya, nomornya tidak aktif.

"Gak biasanya dia kayak gini. Perasaan gue gak enak."

Arzan ingin melangkah masuk ke gang tapi ucapan Arka pada saat itu membuat Arzan terhenti.

'gue udah cukup merasa gak pantes temenan sama lu karena lu selalu baik sama gue. Kalau pas waktu jemput gue, jangan sampai ke rumah gue ya? Tunggu aja di gang ini, gue bakal dateng nyamperin lu. Jadi, lu gak usah repot-repot untuk sampe masuk ke dalam gang. Gue gak mau ngerepotin lu, Arzan.'

Arzan sudah berjanji waktu itu. Dan tidak mungkin ia akan mengingkarinya kan? Tapi, ia benar-benar khawatir dengan Arka. Apalagi, Arka hidup bersama Abangnya yang temperamental.

"Arka maaf. Ini juga buat lu."

Persetan dengan janjinya dulu, Arzan berlari memasuki gang itu. Motornya ia tinggal, padahal akan lebih cepat jika memakai motor tapi pikirannya sudah kalut duluan.

Arzan sampai di depan rumah sederhana itu. Dilihatnya sebentar, sepi, seperti tidak orang. Di sekelilingnya juga tidak banyak orang yang berlalu lalang. Arzan mulai memasuki halaman rumah Arka. Di ketuknya pintu itu tapi tidak ada sahutan dari dalam.

"Arka!"

Arzan menempelkan telinganya di pintu itu. Samar-samar, ia mendengar suara teriakan di sertai dengan beberapa pukulan. Ada suara rintihan juga. Menyadari Arka dalam bahaya, Arzan langsung mendobrak pintu yang ternyata tidak terkunci rapat.

Di depannya, Arzan melihat Arka dipukuli dengan brutal oleh kakaknya sendiri. Arka mencoba melawan tapi tenaganya tak cukup besar. Arzan reflek melempar tasnya dan meninju Alaric dari samping, sehingga membuat Alaric oleng.

"Brengsek!" Teriak Arzan saat ia berada di hadapan Alaric. Ia menyembunyikan Arka di balik punggungnya.

"Kurang ajar! Mau jadi jagoan lu?" Teriak Alaric tak terima.

"Bacot lu, anjing!"

Bugh!

Secara tiba-tiba, Alaric memukul pipi Arzan membuatnya tertoleh ke samping. Pipinya panas. Arzan bisa merasakan perih di sudut bibirnya.

"ABANG APA-APAAN SIH!" Arka berteriak kencang begitu suara pukulan itu menggema di ruangan.

"Arzan," lirih Arka.

Arka berpindah di depan Arzan. Arzan masih memegangi pipinya. Kedua mata mereka bertemu. Arzan menatap sendu Arka yang wajahnya terdapat lebam sana-sini. Luka di dahi sebelah kanannya dan di sudut bibirnya.

"Maafin gue, Zan," kata Arka pelan.

Arka berdiri dan menatap tajam ke arah abangnya.

"Kalau mau pukul, pukul Arka, Bang. Jangan temen Arka!"

Alaric tersenyum remeh, "heh! Jelas-jelas temen lu yang teriak ke gue pake ngatain gue segala lagi. Gak di ajarin sopan santun apa sama orangtuanya."

"Bacot lu, tai! Gak usah bawa-bawa orangtua!" Kata Arzan tak terima.

12 WARRIORSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt