36. Renggang

1.2K 166 100
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

"Abang?"

Regan menoleh ke arah pintu begitu kepala adiknya menyembul lucu. "Masuk aja, princess."

Rachel masuk ke dalam kamar Abangnya dan duduk di kasur. "Rachel udah tau kabarnya Salsa, bang."

Regan terdiam. "Kamu udah tau?"

Rachel mengangguk. "Salsa sakit kan sampe di rawat di RS?"

Kali ini, Regan yang mengangguk. "Iya."

"Abang besok temenin Rachel ya buat jenguk Salsa," kata Rachel.

"Gak sama temen-temennya?"

Rachel menggeleng. "Wali kelas minta 2 hari lagi kesana. Tapi Rachel udah penasaran sama Salsa. Rachel mau semangatin dia."

Bisa apa Regan selain menuruti adik kesayangannya ini. "Oke oke. Besok sepulang sekolah, Abang jemput. Kita kesana. Abang juga mau kesana nemenin Kak Sergan."

Rachel bertepuk tangan. "Pas banget. Rachel nemenin Salsa. Abang nemenin Kak Sergan."

Regan mengelus kepala Rachel. "Iya iya. Tidur sana, udah malem. Besok Abang anterin."

"Aye aye, kapten. Selamat malam, Abang."

"Selamat malam juga, princess."

****

"Mama besok mulai sidang pertama."

Arzan diam. Ia tak mau membalas. Semuanya terlanjur sakit.

Tadi saat memasuki rumah, Arzan melihat Mamanya yang masih menonton Tv. Katanya sekalian nungguin Arzan pulang. Lalu, Mamanya meminta untuk duduk bersama di sofa itu.

"Kamu mau ikut?" Tanya Mamanya.

"Mama beneran mau pisah sama Papa?" Tanya Arzan balik.

Mamanya tak langsung menjawab. Ia meraih tangan Arzan dan menggenggamnya. "Sebenarnya bukan keputusan yang mudah untuk hal ini, sayang. Tapi ini jalan satu-satunya supaya Mama dan kamu gak menderita."

"Apa gak bisa diperbaiki, Ma?"

Bukan ini yang Arzan mau. Bukan perceraian yang Arzan inginkan. Arzan hanya mau orangtuanya tak bertengkar setiap malam. Arzan mau ketika ia pulang ke rumah, Arzan melihat kedua orangtuanya yang akur, saling menyayangi. Impian Arzan itu makan malam bersama setiap malam. Bukannya mendengar mereka saling berteriak satu sama lain.

Mamanya menggeleng. "Mau diperbaiki kayak gimana lagi hm? Semuanya udah hancur. Mau diperbaiki pun pasti bakal ada bekasnya, sayang."

"Dibicarakan baik-baik? Apa juga gak bisa, Ma?" Suara Arzan tercekat. Ia menahan tangis. Arzan berusaha keras agar air matanya tak tumpah.

"Sayang, keputusan udah bulat. Gak bisa dicegah lagi. Ini yang terbaik."

Tak bisa. Air mata Arzan tumpah. Ia menundukkan kepalanya dan mulai terisak. Keluarga bahagia yang ia impi-impikan semuanya hanya akan menjadi angan-angan semata.

12 WARRIORSWhere stories live. Discover now