43. Come Back, Please

1.1K 152 103
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

Taman Belakang Kafe

Arzan terdiam di bangku panjang taman. Jejak air matanya belum juga ia hapus, bahkan sesekali air matanya mengalir dengan cepat. Ia masih marah terhadap Papanya itu. Ia masih kurang menghajar Papanya.

Tadi yang ia dengar, Ari menyuruh Papanya agar segera ke Klinik untuk membersihkan luka-lukanya. Arzan juga mendengar mobil Papanya yang keluar dari parkiran kafe itu 10 menit yang lalu.

Tak lama, sebotol air dingin berada tepat di depan wajahnya. Arzan menoleh, ternyata itu Arka. Arzan menerima air itu lalu Arka duduk di sampingnya.

"Abis ini uangnya gue ganti," kata Arzan dengan suara serak. Arzan langsung meminum airnya.

Sedangkan Arka sudah meneguk air dinginnya duluan. "Dibeliin Kak Ari, bukan uang gue."

Arzan mengangguk. "Uangnya langsung Gue kasih ke Kak Ari."

"Ga usah, Arzan. Itu dibeliin Kak Ari," Arka menggeleng.

Arzan mengalah. Ia diam dan sesekali meminum airnya. Keduanya terdiam. Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sakit banget ya, Zan?"

Arzan menoleh ke Arka yang menunduk. "Maksudnya?"

Arka mendongak, ternyata kedua matanya berkaca-kaca. "Orangtua lu masih belum ada kata cerai tapi tiba-tiba Papa lu ngenalin perempuan tadi."

Arzan menghela nafas lalu tersenyum tipis. "Sakit sih. Tapi lebih sakit Mama gue kalau dia tahu hal barusan."

"Mama gue selalu nurut apa kata Papa. Tapi emang Papanya gue aja yang ga bisa bersyukur," Arzan meremat botol air yang sudah habis itu dengan kuat sehingga remuk.

Arzan berdiri dan membuang botol itu ke tempat sampah. "Gue pulang dulu. Bilang ke Kak Ari makasih minumnya."

Arzan berjalan menuju pintu keluar.

"Arzan!" Arka berdiri.

Arzan menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Maaf kalau gue gak paham sama kondisi lu. Maaf kalau gue jauhin lu tanpa sebab yang jelas. Maaf untuk semua sikap gue yang terlalu kekanak-kanakan," ucap Arka masih di posisinya.

"Iya, gue paham. Gue juga minta maaf," kata Arzan.

"Jadi, kita ga usah jauhan lagi kan?"

Arzan menyunggingkan senyumnya. "Ya ga tau. Lu masih mau jauhin gue apa nggak?"

Arka tampak berfikir dengan tangan yang mengusap tengkuknya. "Nggak sih."

"Ya udah. Gue pulang dulu. Semangat!"

"Hati-hati."

****

Keesokan harinya, SMA PRAMUDYA...

"Gue udah hubungin Regan," kata Sergan. Ia duduk di meja Arzan dan David.

"Apa katanya?"

"Bundanya udah stabil dan udah bisa dijenguk."

Arzan mengangguk begitu mendengar perkataan Sergan.

"Gimana keadaan Juna kemarin?" Tanya David.

"Dia belum sadar," jawab Arzan.

12 WARRIORSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora