29. About Us

1.3K 184 21
                                    

HAPPY READING AND ENJOY
.
.
.
.

Rumah Sakit Bhayangkara

"Jun! Juna lu udah sadar?"

Juna menatap sekelilingnya dengan lemah. Tangannya terangkat, ada sebuah infus di bagian tangannya. Pandangannya beralih ke Hendery yang sibuk dengan cairan infusnya.

"Gue kenapa, kak?" Tanya Juna.

Hendery beralih duduk di samping Juna, "lu tadi pingsan di dalem mobil waktu di perjalanan. Supir lu yang bawa lu kesini."

Mendengar penjelasan Hendery, Juna mencoba mengingat. Benar, tadi ia mengantuk sekali sepulang dari sekolah. Ia kira ia tertidur, ternyata pingsan.

"Ini udah jam berapa?" Tanya Juna lagi.

"Jam 7, lu pingsan lama banget, gue sampe takut," jawab Hendery.

Juna tersenyum singkat, "maaf, kak."

Hendery balas tersenyum, "gapapa. Yang penting lu udah sadar, Jun."

"Mama sama Papa tau?"

Hendery mengangguk, "mereka lagi di perjalanan."

Juna menghela nafas. Alasan apa yang harus ia katakan jika kedua orangtuanya bertanya nanti. Ia tak mau membuat orangtuanya khawatir.

Hendery menggenggam tangan Juna yang tidak diinfus. Berusaha menguatkan, "cepat atau lambat mereka bakal tau, Jun."

Juna menggeleng, "gue gak mau buat mereka khawatir, Kak."

"Jun, mau sampe kapan? Lambat laun mereka juga bakal tau dengan keadaan lu. Lu gak kasian?"

"Justru gue kasian kalau mereka harus tau kak," Juna menoleh ke Hendery yang masih menatapnya.

"Udah cukup gue bebanin mereka selama ini, gue gak mau buat beban mereka bertambah lagi."

"Hey, listen! Gak ada yang beban, Jun. Lu bukan beban orangtua lu," Hendery menatap Juna dalam. Tangannya semakin menggenggam erat tangan Juna.

"Mau gimanapun diri lu yang sekarang. Lu tetep lu, Jun. Lu tetep anak kesayangan Mama dan Papa lu. Lu bukan beban. Dan orangtua lu juga akan beranggapan kayak gitu."

Juna mendengarkan dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Kuat ya, gue di samping lu, Jun. Sabar oke? Lu pasti bisa lewatin ini semua dan lu pasti bisa sembuh."

"Kak.."

"Leukimia kronik itu bukan penyakit yang mudah," kata Juna.

Jantung Hendery langsung berdegup kencang. Ia tahu kemana arah Juna berbicara ini.

"Leukimia bisa sembuh kalau orang yang punya penyakit itu mati, Kak."

Air mata Juna mengalir dengan cepat. Tangannya yang digenggam oleh Hendery itu berkeringat. Ketakutannya tak bisa terelakkan.

"Gue gak mungkin sembuh," kata Juna diakhir. Lalu ia menunduk.

12 WARRIORSWhere stories live. Discover now