53. Bad Day

715 106 39
                                    

HAPPY READING AND ENJOY
.
.
.
.

Setelah urusan di rumah duka selesai, mereka langsung pamit untuk pulang kerumah masing-masing dengan perasaan yang masih sama. Mulai besok, mereka tidak akan bisa bertemu dengan David lagi.

Termasuk Dandi dan Mamanya. Keduanya berjalan pulang ke rumah yang hanya berjarak beberapa rumah itu.

Setelah membuka pintu Dandi berjalan lebih dulu meninggalkan Mamanya dibelakang.

"Nggak makan lagi?" Tanya Mamanya dengan tangan yang menutup pintu.

Dandi berhenti berjalan tanpa menoleh. Ia menghela nafas dan berbalik badan.

"Mama masakin ya? Kebetulan di kulkas ada cumi."

"Puas Mama?"

Hana, Mamanya Dandi itu terdiam.

"Puas Mama setelah ngeliat David pergi? MAMA PUAS?!"

Hana menunduk, ia terkejut mendengar bentakan anaknya itu.

"Mama tau kalau David itu sendirian, harusnya kita ngerangkul dia, Ma. Harusnya kita bisa lebih perhatian lagi ke dia. Kita ga tau kuat dan lemahnya seseorang. Tapi Mama? Mama malah nyuruh Dandi untuk jauhin dia."

Bibir Hana bergetar, ia juga menyesal telah menyuruh Dandi menjauhi David. Hana benar-benar tidak tau akan berakibat seperti ini.

"Maaf..."

Dandi mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, tangannya menghapus air matanya yang turun tanpa diminta. "Mama minta maaf sampe berkali-kali pun, David gak akan balik lagi, Ma."

Hana mendekati anaknya dan menggenggam erat tangan Dandi. "Maafin, Mama. Mama harus apa biar kamu maafin Mama, Dandi? Tolong, maafin Mama ya?"

Dandi menarik tangannya sehingga terlepas. "Ngapain minta maaf ke Dandi? Harusnya Mama minta maaf ke David."

Hana terpaku. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Dandi capek. Dandi mau istirahat."

Dandi pergi dari hadapan Mamanya. Sementara Hana, ia tak mengejar ataupun membujuk. Hana hanya melihat Dandi yang berjalan lemas menuju kamarnya.

Lalu, suara pintu yang ditutup kasar itu membuat Hana menjatuhkan dirinya ke lantai. Ia mulai terisak. Tangannya menutup mulutnya supaya Dandi tak mendengar.

Hana akui, Hana jahat. Bagaimana mungkin ia memisahkan antara David dan Dandi? Sebenarnya apa yang ia takutkan? David anak baik, ia tak mungkin mempengaruhi hal buruk ke Dandi. Tapi lihat, apa yang sudah Hana lakukan? Hana menyesal.

Sementara di dalam kamar, Dandi terdiam. Setelah membanting pintunya, Dandi menatap seisi kamarnya dengan kedua mata yang mulai berair.

"Mama lu serem juga keliatannya. Apa gak suka ya sama gue?"

"Gak mungkin lah. Mama emang kayak gitu mukanya."

"Beneran, Dan. Gak ada senyum-senyum nya ke gue."

Dandi mengingat pertama dan terakhir David mengunjungi rumahnya dan langsung ke kamar. Setelah itu, David tak mau lagi ke rumahnya. David lebih memilih Dandi yang kerumahnya daripada dia yang kerumah Dandi.

"Kenapa lu ga mau kerumah?"

"Gapapa. Mending lu aja yang main kerumah gue. Gue ga mau ngerepotin lu."

12 WARRIORSWhere stories live. Discover now