4. Party Pooper

258 37 0
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

☆○●♡●○☆












Calla mengumpat mengeluarkan segala kata mutiara yang pernah dia dengar. Dia langsung menghubungi Marcella dan Winda untuk segera menyusulnya ke rumah Nira. Dasar Tuan Putri super bocil, padahalkan Calla belum menyelesaikan kalimatnya, ish 🫥 .

Saat Calla membuka pintu unit apartemen Nira ternyata Winda sudah ada disana, mereka sedang ribut, saling adu high note. Ah, telinga guee…, keluh Calla. Langsung menyesal datang duluan. Rasanya dia mau balik kanan bubar jalan aja.

"TELPON YAMA SEKARANG!!" suara Winda menggelegar, membentak Nira yang mewek di kasurnya

"Nggak mau"

"YA LO HARUS MINTA KEJELASAN LAH!!"

Calla menendang pintu agar kehadirannya diketahui, masalahnya dia dari tadi ketok-ketok sopan nggak ada yang nyadar wooiii!!.

"Eh, La. Bagus lo udah dateng" Winda menarik Calla mendekat ke kasur Nira "ceritain yang jelas dari awal"

Calla bingung dong, kenapa jadi dia yang harus cerita dari awal bukannya Nira. Tapi Winda kayaknya udah kepalang sebel sama Nira yang nggak berenti nangis dan nggak mau dengerin saran dia.

"Nira salah paham" kata Calla kalem

Muka Winda langsung berubah cengo dan suara tangisan Nira langsung berenti kayak di pencet tombol pause.

"Heh??" Winda tersenyum miring, menerka apa yang terjadi lalu menatap nyalang si biang onar yang buat malam tenangnya rusak.

Nira menarik ingusnya "Gimannaa??" tanya gadis itu dengan suara sumbang

Calla meraih tangan Winda yang siap menampol Nira dan menuntunnya untuk duduk di sebelah kirinya, berjauhan dengan gadis yang hampir patah hati itu "Udah gue bilang, dengerin gue sampe selese nggak pake nyela, elu malah maen nyimpulin sendiri padahal baru denger setengah" Calla sedikit menoyor si bungsu dalam kelompok mereka itu

"Jadi ini maksudnya gimana? Yama jadi tunangan nggak?" tanya Nira, masih dengan suara srat srot srat srot yang terdengar jelas.

"Ih, bolot emang. Punya temen artis satu tapi begonya minta ampun" kata Winda nyolot

"Apa deh, Win. Lo mending diem dulu. Gue lagi serius nanya ini" Nira jadi agak nge gas

"Gii ligi siriis ninyi ini" ejek Winda

"Nggak lah. Yama mau tunangan sama siapa lagi kalau bukan sama lo"

"Terus yang tadi lo bilang…."

Calla menyentil jidat mulus Nira "Tunangan Ade nya"

"Loh? Kok??"

"Ya bisa, soalnya dia nolak dijodohin makanya turun ke adenya" jawab Calla yang sudah lebih tahu inside story prahara keluarga Mahmud yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Biasa, gosip emak-emak.

"Kok bisa adenya ditunangin dia nya nggak?" Nira dengan polos bertanya yang membuat Winda semakin gemas ingin menampolnya.

Bisa-bisanya si bocah malah nanya begitu seolah setengah jam lalu bukan dia yang bikin se-RT heboh padahal cuma salah paham doang.

"Ya bisa, soalnya Yama mati-matian perjuangin lo di depan bokapnya"

Sontak Nira jadi senyam-senyum nggak jelas, "Iihh, Mas Yama mah gituu"

"Jijik sumpah" Winda masih di mode julid "Kok lo bisa tau? Yama cerita?"

"Ya kalik, tadi siang gue pulang ke rumah, terus di rumah lagi ada kumpul geng arisan nyokap. Tante Riandra, nyokapnya Yama kan masuk sirkel Emak gue juga. Jadilah tadi pada ngegosip, gue dengerin aja dari kamar, lumayan info gratis" jelas Calla

"Ah, untung lo siang tadi pulang. Kalo nggak bisa beneran jadi stress ini anak orang" Winda menscroll twitter di ponselnya yang masih dipenuhi cuitan tentang hubungan Nira dan Yama. Mereka memang tidak mem private hubungan mereka, jadi wajar saat foto Yama dan seorang wanita di klub dengan cahaya remang itu keluar, publik langsung heboh. Apalagi Nira memang sedang naik daun kan belakangan ini.

Tapi beberapa detik kemudian suasana hati gadis itu berubah "Ah, gue seharusnya sekarang lagi maki-maki Yama karena bikin temen gue nangis dan salah paham, tapi nggak jadi karena lo malah 'spill the tea' nya duluan" Winda mengeluh

"Lo tau nggak sih, perasaan kayak lo tuh hampir meledak, fix banget mau meledak terus tiba-tiba tanpa aba2 dibikin kicep?"

"Kayak lo nyalain kembang api taun baru, pas mau nyala terang malah ada yang nyebor air seember"

"Pas lo lagi semanget banget nih mau niup lilin ulang tahun, malah ada monyet yang niup duluan"

"Kayak… euphoria nya ilang aja gitu" Winda berkeluh kesah

"The point is??" Calla menanti dengan sabar meskipun sempet dikatai monyet secara tidak langsung oleh sahabatnya itu

"Party pooper" Winda menunjuk Calla "Lo"

"Hah??!!"

"Gue baru aja nemu sasaran buat lampiasin amarah gue, tapi lo malah ngasi tau kebenarannya. Ih, anjir" gadis itu bersidekap dengan pipi menggembung.

Ok, lebih baik Calla pulang saja!.

Harusnya begitu,

Harusnya Calla menendang Winda ke Mars karena memakinya atas berita baik yang dibawanya, tapi Calla malah merengkuh Winda dalam pelukannya lalu mengelus surai pendek gadis itu.

"Ada yang mau diceritain?"

Nira yang sudah agak tenang ikut bergabung dan memeluk mereka berdua, "Windaaaa, waee??" tanya nya sok berbahasa korea

Winda diam saja, tapi badannya bergetar menahan amarah, suhu tubuhnya mulai naik dan mukanya memerah. Winda yang malang, pasti laki-laki brengsek itu menghubunginya lagi.

Matteo.

The Only Crush in Winda Prayoga Astuti's whole life

and of all people, she falls for the wrong one.

It may seem cliche and dull, 'till you have it on your shoes.






☆○●♡●○☆







Tbc







With Love,
300323

Because This Is Our First Life [ ✓ ]Where stories live. Discover now