31. Neverending Probs

87 18 0
                                    


⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

••☆••♡♡♡••☆••











"Ada apa? Bara dimana?" tanya Calla "kalian berantem?" Winda menggeleng lalu beringsut dari posisinya untuk memeluk Calla

"Al… Bara bakal bae-bae aja kan ya?" Calla bingung mendengar perkataan Winda yang lebih terdengar sebagai harapan daripada pertanyaan.

"He'll be alright, tapi emang dia maen kemana sama temen-temennya sampe lo khawatir gini?"

Winda menggeleng, "Tadi gue boong," akunya "dari pas gue bangun, Bara udah pergi dan nggak ada kabar sampe sekarang"

Calla menoleh pada Max yang langsung menangkap sinyal yang dimaksud gadis itu. Pria itu lalu mulai menelpon ketua Tim Bodyguard yang dia sewa.

"Oke, terus pantau dan jangan sampai lengah sedikitpun" Max memijit pangkal hidungnya sambil mondar-mandir "dan kita harus bicara serius setelah ini. Gue nggak suka kalian nyoba nutupin ini dari gue. Then."

Max menghadap Calla dan Winda yang tengah menanti penjelasan dari percakapannya barusan. "Bara, dia… " Max melirik Winda "diculik".

Winda langsung terkulai lemas di sofa, Calla mengelus kepala gadis itu untuk mencoba menenangkannya, "Coba ceritain yang jelas, bukannya ada bodyguard yang jagain dia?"

"Dengerin gue baik-baik, gue cuma nyampein apa yang gue denger" Max mewanti-wanti "menurut laporan tim yang jagain dia. Bara pagi-pagi pergi ke bandara dan mereka keilangan dia disana"

"Ma.. maksudnya?" Winda semakin pucat

"Dia nyamar jadi orang lain buat ngecoh tim yang jagain dia terus pergi entah kemana" Max meneruskan "setelah nunggu setengah jam dan Bara nggak kunjung keluar dari toilet, akhirnya mereka ngecek kesana dan Bara emang udah nggak ada."

"HE'S MAD IDIOT FOR THIS," Max mengeram, gagal menahan kekesalannya "padahal gue udah bilang kalau ada apa-apa harus rundingin bareng-bareng atau seenggaknya sama tim yang jaga dia, damn!!"

Calla membiarkan Max meluapkan kekesalannya sambil terus berusaha menenangkan dan menguatkan Winda.

"Si Ron, orang itu. Bener-bener psikopat" suara Max bergetar "kita terlalu lengah dan mengaggap remeh dendam dan mentalitas dia. Dia bener-bener harus masuk rsj dengan penjagaan ketat"

"Bara… Baraa…" Winda mulai menangis "Ala, tolong selametin Bara. Dia pasti bae-bae ajakan? Dia… hiks,"

"Jadi ini juga ulah Ronald?" tanya Calla memastikan

Max mengangguk, "Walaupun belum ada bukti pasti, tapi ini pasti ulah dia" katanya mantap "dari kejadian Sella, Yama sampe sekarang Bara. Mana bisa itu semua dianggap kebetulan. There's no perfect coincident in this world, it just a FUGGING smart ass plan"

Satu persatu orang di sekitarnya mendapat musibah, bagaimana dia bisa tenang. Calla memejamkan matanya untuk menenangkan pikiran tapi tiba-tiba terlintas satu bayangan di kepalanya. Gavin.

Calla pucat, dengan tangan bergetar dia mendial nomor pria yang sampai minggu lalu masih berstatus kekasihnya.

Tidak ada jawaban.

Because This Is Our First Life [ ✓ ]Where stories live. Discover now