Bab 3. Cari Kerja Sulit

568 23 1
                                    

Bersama laptop dan buku catatannya, Naya menaik-turunkan kursor untuk mencari lowongan pekerjaan yang dirasa nya sesuai. Naya adalah seorang sarjana pariwisata, dia tinggal di pulau Bali jadi sangat jelas jika mengambil jurusan pariwisata adalah cara terbaik untuknya mendapat pekerjaan yang bagus dan layak. Dulu juga Naya masuk sekolah kejuruan dan mengambil jurusan serupa. S2 di Melbourne dia mengambil jurusan manajemen namun belum segenap setahun dia terpaksa membatalkannya.

Naya masih berbaring diatas ranjang sambil men-check list lowongan mana saja yang belum dia kirim. Naya mengecek email nya berulang-ulang kali harap-harap mendapatkan balasan namun hasilnya nihil. Berhari-hari Naya melakukan rutinitas yang sama sampai menbuat dirinya selalu saja terlambat makan dan menyebabkan maag nya kambuh. Ayudia dan Adit dibuat cemas dengan keambisiusan Naya yang ingin cepat-cepat mendapatkan pekerjaan.

Dari pagi sampai pagi lagi, Naya hanya mengahabiskan waktu dengan menatap layar laptopnya. Membuat Naya kesal dan capek sendiri. Naya bangkit dari posisi rebahan nya kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari sudah hampir sore tapi gadis itu belum menyentuh air sejak pagi. Mungkin lalat juga mual sebab mencium aroma kamar Naya yang campur aduk tidak karuan.

Selang beberapa menit, gadis itu keluar sambil menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk. Kembali ia mengecek email tapi hasilnya masih sama saja. Dengan marah Naya menutup layar laptop kemudian meletakkannya diatas meja belajar untuk di-charge. Naya duduk diatas ranjang tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.

Notifikasi masuk ke ponselnya namun Naya tidak sadar akan hal itu karena suara pengering rambutnya yang begitu bising. Setelah selesai dengan kegiatannya, Naya melangkah keluar kamar untuk mengambil sepiring nasi. Sejak tadi cacing-cacing diperutnya sudah berontak minta diberikan asupan.

"Eh! Kak Naya masih hidup ternyata. Aku kira udah tewas karena stress nggak dapat-dapat kerja." Ucap Adit mengejek sang kakak.

Naya tidak menggubrisnya. Ia mengambil satu piring dan seperangkat alat makan kemudian bergerak menuju meja makan. Menggeser Adit yang juga memiliki niat yang sama yaitu mengambil nasi. Naya beralih ke ikan dan ayam yang ada diatas meja. Ia mengambilnya beberapa kemudian beranjak pergi kembali ke kamar. Sudah beberapa hari ini, Naya melakukan segala aktifitas nya didalam kamar.

Piringnya ia letakkan diujung ranjang sedangkan dirinya mengambil ponsel yang ada dimeja rias. Betapa terkejutnya Naya setelah membaca pesan masuk yang baru di terima nya.

Panggilan wawancara PT. Jayapura hari selasa tanggal 12 Juni 2022 pukul 08.00.
Jln. Buah Loka no. 117 c.
Ditunggu konfirmasinya.

Hampir saja Naya memekik sesaat setelah membaca pesan tersebut. Naya mencoba untuk mengontrol rasa senang nya dan hampir saja membuat piring yang sebelumnya sempat ia letakkan diatas ranjang terjatuh ke lantai. Naya mengetik jawaban konfimasi.

Kanaya Pratesha Putri bersedia untuk datang wawancara.

Naya mulai menyantap nasi nya dengan hati berbunga-bunga. Ia tidak dapat berhenti tersenyum setelah mendapat kabar bahwa dirinya akan menghadiri sesi wawancara. Naya harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat dipercaya untuk menempati posisi yang ia lamar.

***

Untuk kesekian kalinya Naya melirik jam tangan nya. Pukul 07.50. Artinya sepuluh menit lagi wawancara akan dimulai. Seorang pria menggiring Naya menuju ruang wawancara yang terletak di lantai bawah tanah yang tampak seperti entahlah Naya tidak bisa mendeskripsikan nya. Setibanya disana, Naya kaget karena melihat beberapa pria yang sedang menunggu didepan ruangan yang dimaksud. Mereka menatap Naya yang baru saja duduk dikursi paling ujung. Tidak tahu apa arti dari tatapan mereka semua. 

Tangannya gemetar saat berdiri dihadapan pria agak tua yang berkumis tebal. Perutnya buncit bahkan sampai membuat kancing-kancing kemejanya kewalahan menahan bobot yang tidak seharusnya mereka tanggung. Naya sedikit melirik ke sekeliling ruangan sebelum ia masuk. Tidak rapi dan tercium aroma aneh. Tempat itu sedikit mencurigakan.

"Selamat pagi mbak Naya." Ucapnya seraya mengulurkan tangan mengajak salaman.

"Pagi pak." Sahut Naya sambil menyalami tangan nya.

"Silahkan duduk."

Naya duduk setelah dipersilahkan. Kini bapak itu sedang membolak-balik kertas-kertas diatas meja yang Naya berikan. Dia manggut-manggut setelah membaca beberapa informasi tentang Naya.

"Mbak Naya masih single?" Tanya pria itu out of contex.

Naya mengernyitkan dahi. Dia bingung apakah harus menjawab pertanyaan yang tidak ada hubungan nya sama sekali itu atau tidak.

"Maaf pak tapi itu bersifat pribadi jadi saya tidak bisa menjawabnya." Kata Naya secara tersirat menolak untuk menjawab.

"Tapi saya membutuhkan informasi tersebut jika ingin mempertimbangkan untuk menerima mbak Naya dikantor ini." Jawab si bapak.

"Kalau boleh tahu untuk apa sampai bapak harus tahu informasi semacam itu?" Tanya Naya curiga.

"Karena--"

Ucapan bapak itu tercekat tepat setelah seorang wanita masuk kedalam ruangannya. Naya terkejut melihat wanita itu yang mengenakan pakaian yang begitu seksi dan terbuka. Si bapak menghampiri wanita tersebut kemudian mereka cepika-cepiki. Naya langsung merinding dibuatnya.

"Karena ini." Tunjuk bapak itu kepada sang wanita "Saya harus tahu mbak Naya masih single atau tidak sebab saya tidak mau jika suatu hari nanti pacar mbak Naya datang ke kami dan mengeluh atas apa yang mbak Naya lakukan."

Naya tiba-tiba jadi migrain mendadak mendengar penjelasan bapak itu.

"Seperti nya mbak Naya tidak membaca lowongan dengan benar. Kami membutuhkan tenaga sales dan sales kami harus mengenakan pakaian seperti ini."

Kembali Naya memandangi wanita dihadapan nya itu. Wanita yang mengenakan baju dan rok minim bahan itu tersenyum kepadanya.

"Memangnya mbak Naya tidak mencari terlebih dahulu perusahaan kami bergerak dibidang apa?" Tanya si bapak kemudian.

Naya menggeleng tidak tahu.

"Biar saya yang kasih tahu ya pak." Ujar wanita itu sambil menyolek dagu si bapak dengan genit.

Dia mendekat ke Naya dan mulai membisikkan sesuatu.

"Kami memang sales. Tapi bukan jual barang melainkan jual diri hihi."

"Hah?!" Pekik Naya histeris.

Wanita itu dan si bapak terkikik geli. Naya yang tahu kalau dia telah membuat kesalahan sebab datang ke tempat semacam itu pun langsung pergi tapi tidak lupa dia mengambil kembali berkasnya yang tertinggal dimeja. Naya cepat-cepat melangkah keluar namun yang dia temukan dibalik pintu keluar benar-benar mengejutkan nya. Ingat beberapa pria yang dia ajak menunggu? Mereka kini sedang memangku masing-masing satu wanita yang berpakaian serupa. Jadi pantas saja saat Naya datang, mereka semua menatapnya keheranan.

Buru-buru Naya melesat keluar gedung. Dia berbalik dan mengeja papan nama gedung tersebut. P-T. Ja-ya-pu-ra. Naya tidak salah alamat hanya saja tempat itu yang sejak awal bermasalah. Masih pagi tapi orang-orang itu sudah berbuat bejat dengan datang ketempat semacam ini.

Lainkali Naya akan lebih hati-hati untuk memilih lowongan mana yang harus ia kirim. Jangan sampai tertipu lagi seperti ini.

"Kenapa sih nyari kerja susah banget?!" Teriak Naya pada dirinya sendiri.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now