Bab 32. Hujan Menjadi Saksinya

1K 31 1
                                    

Naya berjalan keluar dengan gusar setelah mengetahui bahwa Arjuna sedang tidak ada dikantor. Dari informasi yang Naya dapatkan dari para pegawai, mereka mengatakan bahwa Arjuna sudah pergi beberapa jam yang lalu namun anehnya dia tidak memberi tahu siapa-siapa kemana tujuannya. Kini Naya hanya bisa pasrah dan menunggu Arjuna kembali.

Namun di sebuah restoran yang kebetulan terletak disebrang gedung kantor, Naya melihat ada dua sosok tidak asing yang sedang berbincang dan duduk dimeja yang sama. Naya langsung tahu bahwa mereka adalah Arjuna dan Riska. Naya memperhatikan gerak-gerik kedua orang itu dari tempatnya berada. Tetapi selang beberapa saat, Naya terkejut saat melihat mereka berpelukkan. Seketika hati Naya hancur berkeping-keping. Pupus sudah harapannya untuk jujur tentang perasaannya terhadap Arjuna.

Kali ini Naya merasa lebih sakit. Melihat orang yang ia cintai harus bersama dengan orang lain. Naya menangis menyadari bahwa dirinya sudah terlambat dan kini Arjuna sudah bersama dengan orang lain yang bukan dirinya. Bergegas Naya pergi untuk mengambil motornya yang terparkir kemudian beranjak pergi dari tempat yang membuat nafasnya sesak itu.

Diperjalanan, Naya tidak dapat mengendalikan diri nya agar tidak lanjut menangis. Rasanya sangat sulit untuk menghentikan ataupun mencegah  air matanya agar tidak jatuh. Seakan rasa pedih didalam hatinya memaksa Naya untuk terus menguras air matanya sampai habis. Naya menangis sejadinya. Tidak dapat dipungkiri kalau saat ini Naya benar-benar sedih karena harus kehilangan kesempatan untuk bersama dengan orang yang ia cintai.

"Mbak! Bawa motor yang bener!!" Tegur seorang bapak-bapak dari dalam mobil setelah Naya secara tidak sadar telah membuatnya mengerem mendadak.

Masih menangis, Naya meminta maaf kemudian pergi. Dia menepi disebuah taman kota dekat sana. Tidak mungkin Naya nekat membawa motor dengan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. Dia bisa saja tanpa sengaja mencelakai dirinya sendiri ataupun orang lain.

Naya berjalan menyusuri taman hanya sekedar untuk menikmati suasana. Setidaknya dapat membantu Naya untuk menghilangkan kesedihannya. Namun cahaya matahari tiba-tiba menyusut dan kini langit dipenuhi dengan awan hitam yang pekat. Naya mendongak, menatap langit gelap yang mulai meneteskan air. Seolah sedang menangis sepertinya. Sementara orang-orang berlari menjauh untuk menghindar dari hujan, Naya masih diam ditempat dan merasakan rintik-rintik air yang menyentuh wajahnya.

Lama kelamaan hujan semakin deras dan membuat tubuh Naya menggigil kedinginan tapi Naya masih berdiri dan membiarkan hujan menghapus air matanya yang terus mengalir. Sampai akhirnya seseorang datang kemudian menyelimuti tubuh Naya yang sudah basah kuyup dengan jaketnya. Sontak Naya menoleh dan melihat Arjuna berdiri sambil memeluknya.

"Kamu gila?! Ngapain hujan-hujanan?! Udah bosen hidup sehat, pengen sakit lagi?!" Katanya meninggikan suara.

Arjuna menuntun Naya untuk ikut dengannya menuju ke sebuah paviliun kayu yang berada tidak terlalu jauh. Disana mereka berteduh dan bersembunyi dari hujan yang semakin lama semakin deras. Arjuna melihat Naya yang tampak begitu kedinginan.

Disaat itu juga naluri Arjuna untuk melindungi Naya tersentil. Ia mendekat dan duduk disebelah Naya berniat memeluknya dan memberikan kehangatan namun niat baik Arjuna ditolak mentah-mentah oleh Naya yang tiba-tiba bangkit kemudian pergi menjauh darinya.

"Kamu sebenarnya kenapa sih?" Tanya Arjuna yang sudah lelah dengan sikap Naya yang tidak jelas.

"Nggak apa-apa. Saya cuma nggak nyaman kalau harus dekat-dekat sama bapak." Sahut Naya gemetar.

Arjuna berdecak, ia bangkit lalu menghampiri Naya "Tapi saya nggak bisa jauh-jauh dari kamu." Ujarnya.

Kembali Arjuna melangkah untuk mendekati Naya dan disaat yang sama Naya juga melangkah mundur.

"Bapak jangan kayak gini. Nanti ada yang tersakiti. Saya nggak mau jadi perusak hubungan orang." Kata Naya kemudian.

Arjuna mengernyitkan dahi. Awalnya dia tidak tahu maksud Naya namun setelah dipikir-pikir lagi orang yang Naya maksud akan tersakiti adalah sahabatnya.

"Sepertinya kamu udah salah paham. Saya dan Riska--"

"Iya, bapak dan Riska sekarang udah menjalin hubungan dan saya nggak mau jadi pengacau ataupun penggangu diantara kalian. Saya udah merelakan bapak bersama dengan Riska dan saya yakin kalau kalian berdua sekarang udah bahagia. Saya turut senang. Jad--"

Ucapan Naya terpotong saat Arjuna tiba-tiba saja menarik tengkuknya kemudian mendaratkan ciuman dibibirnya. Naya terbelalak sekaligus terkejut dengan tindakan Arjuna. Sesaat kemudian Arjuna melepaskan Naya dan membiarkan nya berpikir apa tujuan Arjuna menciumnya.

"Bapak kenapa cium saya? Nanti kalau Riska tau gimana? Dia pasti marah." Kata Naya panik.

Arjuna terkekeh melihat ekspresi kepanikkan Naya yang selama ini dia rindukan. Arjuna mengeratkan jaket yang ia berikan kepada Naya agar menghangatkan tubuhnya. Ia menatap lekat manik mata Naya yang tampak berbinar.

"Saya dan Riska nggak ada hubungan apa-apa dan nggak akan pernah ada. Saya udah dengar semuanya dari Riska tentang alasan kamu resign. Riska rela melepaskan saya untuk memilih kamu bahkan Riska juga minta maaf karena sempat menjadi orang yang menghalangi hubungan kita. Dia menghargai keputusan saya tentang kamu. Sekarang dia sudah ikhlas jadi kamu nggak perlu cemas." Jelas Arjuna panjang lebar.

Wajah Naya cengo "Terus pelukkan tadi?" Tanya nya kemudian.

Arjuna tertawa sesudah mendengar pertanyaan Naya. Ia tidak tahu bahwa Naya sudah cemburu bahkan sebelum mereka saling menyatakan perasaan. Arjuna gemas dengan Naya sampai tanpa sadar mencubit pipi Naya saking gemasnya.

"Pelukkan tadi cuma tanda perpisahan. Sama seperti yang kamu dan Wisnu lakukan. Anggap saja itu permintaan pertama dan terakhir Riska untuk saya." Jawab Arjuna kemudian.

"Ohh." Kata Naya ber 'oo' panjang.

"Saya nggak mungkin memilih untuk bersama dengan orang lain sementara dihati saya hanya ada kamu. Kanaya Pratesha Putri yang cantik, telaten dan gigih yang berhasil membuat saya jatuh hati dengan pesona yang dia miliki. Entah sejak kapan saya juga nggak tau. Jadi kamu jangan tanya. Tapi kalau kamu tanya alasannya, saya akan jawab dengan mengatakan bahwa saya mencintai kamu, Kanaya."

Simple tapi penuh makna.

Naya tersentak mendengar nya. Apakah ini sebuah pernyataan cinta dari Arjuna kepadanya? Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Seorang Arjuna yang setampan namanya itu mengatakan bahwa dia mencintai Naya

"Jadi apa jawaban kamu?" Tanya Arjuna.

"Jawaban? Memangnya bapak bertanya apa?" Tanya Naya balik.

Arjuna merasa dipermainkan "Kalau gitu saya tanya ke kamu, apa kamu juga mencintai saya?" Ujar Arjuna lantang.

Senyum merekah dibibir Naya. Setelahnya dia melangkah maju dan menghapus jarak diantara keduanya. Naya berjinjit kemudian mengalungkan kedua tangannya dileher Arjuna lalu mencium bibirnya. Kini giliran Arjuna yang dikejutkan oleh keberanian Naya.

"Apa ini cukup untuk menjawab pertanyaan bapak?" Tanya Naya yang baru melepaskan Arjuna.

Arjuna mengulum senyum. Ia menarik tubuh Naya untuk saling menghangatkan. Lalu setelahnya melanjutkan adegan romantis mereka semakin dalam. Bersama hujan yang masih setia menemani dan menjadi saksi terikat nya hubungan keduanya.

I love you, Arjuna Abimana.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now