Bab 27. Tamu Tak Diundang

331 17 0
                                    

Dihari senin yang indah nan cerah ini seharusnya Naya berada dikantor dan  duduk manis dimeja kerjanya sambil sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Arjuna. Namun pasca tragedi cheese cake semalam, Naya terpaksa mendekam didalam kamar, berbaring seharian diatas ranjang sambil menahan gatal disekujur tubuh. Dokter sudah memberikan obat alergi kepada Naya dan Naya rutin mengkonsumsi nya tapi rasa gatalnya masih saja menggangu keseharian Naya.

Menurut cerita yang Naya peroleh dari Adit. Semalam Naya dibawa kerumah sakit terdekat oleh Arjuna agar segera mendapat penanganan medis. Waktu mendengar bahwa Naya jatuh pingsan sebab memakan keju, Adit dan mamanya dibuat panik kemudian mereka bergegas pergi menghampiri Naya yang sudah berada dirumah sakit. Setelah dirasa sudah membaik, Naya diperbolehkan untuk pulang dan Naya ingat kalau Arjuna yang mengantarkannya sampai didepan rumah. Arjuna bahkan sampai meminta maaf kepada Ayudia sebab sudah gagal menjaga Naya. Namun dengan cepat Ayudia memaafkannya karena ini semua bukan sepenuhnya kesalahan Arjuna.

"Nay, ayo makan dulu. Udah waktunya kamu minum obat loh." Kata Ayudia dari balik pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Naya malas jika harus bangun dan turun dari tempat tidur. Ia sudah terlalu asik dengan dunianya bersama dengan ranjang dan drama korea yang ia tonton sejak subuh. Jujur Naya lapar dan badannya juga gatal tapi biarlah, nanti juga sembuh sendiri. Naya berguling diatas kasur sambil memeluk boneka teddy bearnya. Ia gemas sendiri menyaksikan adegan romantis yang sedang berlangsung didalam tontonan nya. Ingin rasanya punya pacar seperti oppa-oppa korea pasti hidupnya akan bahagia dan tentram tanpa ada hari-hari suram yang terus menggangu dan menghantui.

Terdengar kembali suara ketukan pintu namun suara Ayudia menghilang setelahnya. Dia tidak memanggil Naya dan memaksa nya untuk minum obat lagi. Mungkin mamanya itu sudah pasrah dengan sikap kekanak-kanakkan Naya yang susah sekali diminta untuk minum obat. Selang beberapa saat, pintu kamar Naya terbuka. Naya yang masih berada didalam selimut melirik sesaat dan tidak menemukan siapa-siapa didepan sana.

"Nanti aja ma, Naya belum laper. Nanti kalau laper, Naya sendiri yang kedapur ambil makan." Kata Naya tanpa melihat objek yang diajaknya bicara.

"Kanaya." Panggil seseorang lirih.

Dengan cepat Naya bangkit dari posisi tengkurapnya, mengedarkan pandangan ke arah pintu dan mendapati seseorang berdiri disana sedang membawa segelas air dan sepiring nasi. Seketika Naya terbelalak melihat siapa orang yang datang dan berdiri dihadapannya.

"Pak Arjuna?!" Pekik Naya heboh.

Arjuna tersenyum kemudian melangkah masuk kedalam kamar Naya. Ia meletakkan gelas dimeja nakas lalu menarik kursi dimeja belajar Naya dan duduk disebelah ranjang. Naya masih membatu setelah mengetahui Arjuna datang tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ia baru ingat kalau mukanya bengkak dan merah-merah. Naya langsung menarik selimut untuk menutup seluruh wajahnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Arjuna bingung.

"Malu, muka saya bengkak kayak kodok zuma. Nanti bapak ketawa ngeliatnya." Sahut Naya yang masih bersembunyi dibalik selimut.

Arjuna terkekeh, ia menyingkirkan selimut dari muka Naya. Memang benar wajahnya kemerahan dan bengkak dibeberapa tampat tapi menurut Arjuna Naya masih tetap cantik.

"Kamu lagi sakit, ngapain saya malah ketawa? Saya nggak sejahat itu." Ucap Arjuna.

Naya tersipu mendengarnya "Tapi bapak ngapain kesini?" Tanya Naya.

"Saya harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi sama kamu. Makanya saya kesini. Tapi saat saya sampai tadi saya liat mama kamu sedang membujuk kamu untuk makan. Ternyata kamu bisa manja juga kalau bersama mama kamu." Kekeh Arjuna diakhir kalimatnya.

Naya langsung cemberut dikatai manja oleh Arjuna.

"Kenapa kamu susah sekali disuruh makan? Kan ini juga demi kebaikkan kamu. Setelah kamu makan kamu bisa minum obat habis itu bisa istirahat supaya cepat sembuh." Ujar Arjuna heran.

"Obat pahit saya nggak suka." Balas Naya sambil bersedekap.

Arjuna geleng-geleng melihat Naya yang bersikap seperti anak kecil. Sejenak, Arjuna melirik kearah ponsel Naya yang masih menampilkan drama korea yang lupa Naya pause.

"Atau kamu mau diperlakukan seperti itu?" Tunjuk Arjuna kearah ponsel Naya.

Naya mencari tahu apa maksud dari perkataan Arjuna dan menemukan jawaban didalam ponselnya. Kini adegan berlanjut ke tokoh utama pria yang memasukkan permen kedalam mulutnya kemudian menarik tengkuk si wanita lalu memasukkan permen itu dari mulut ke mulut. Naya tersentak kemudian mematikan ponselnya lalu menyembunyikannya dibawah selimut.

Kembali Naya menoleh ke arah Arjuna yang sedang tersenyum mengejek. Naya sebal, ia mengambil alih piring ditangan Arjuna kemudian mulai memakan makanannya. Arjuna tertawa dalam hati dengan tingkah lucu Naya yang selalu berhasil membuatnya gemas.

Naya merinding setelah menelan obat pahit yang tidak ia sukai itu.

"Udah kan?" Tanya Naya sambil menyeka bibirnya dengan punggung tangan.

Arjuna mengangguk lalu mengambil gelas dari tangan Naya kemudian meletakkannya diatas meja disebelah ia menaruh piring kotor. Disaat suasana mulai mencair, terdengar suara gaduh dari arah luar. Naya bersama dengan Arjuna melangkah keluar dan menemukan Adit yang sedang digebukki oleh beberapa pria dewasa.

"Berhenti!!" Teriak Naya lalu berlari dan menghentikan perbuatan pria-pria itu.

"Kalian apa-apaan?!' Tegur Arjuna sambil menyembunyikan Adit dibelakang punggungnya.

"Kita kesini mau nagih hutang, tapi bocah itu menghalangi makanya kita hajar." Sahut salah satu dari mereka.

"Tapi dia itu anak saya, kalian nggak berhak memukulnya. Kalian memang nggak punya rasa kemanusiaan. Seenaknya memperlakukan orang seperti layaknya binatang." Ujar Ayudia sambil menunjuk kearah pria yang tadi bicara.

PLAK!

"Mama!!" Pekik Naya histeris.

Ayudia terjerembab ke tanah setelah menerima tamparan dari seorang pria yang dia kenal betul tampangnya. Dia adalah pemimpin dari para algojo penagih hutang itu. Naya menghampiri mamanya yang menangis sebab merasakan sakit dipipinya. Naya geram dengan perlakuan pria itu. Ia bangkit kemudian menendang area terlarang pria tersebut alhasil kini pria itulah yang terjerembab ke tanah.

"Rasain! Kalau kamu berani menyentuh mama saya lagi, saya akan pastikan kalau kamu nggak akan pernah bisa punya anak!!" Ancam Naya.

"Kenapa malah kamu yang marah? Kan kamu yang punya hutang." Kata pria itu terbata-bata.

"Tau! Tapi nggak perlu pakai kekerasan bisa kan?!" Sahut Naya meninggikan suara.

Naya pergi kekamarnya namun setelah beberapa saat dia kembali lagi dengan membawa amplop cokelat. Tidak segan-segan Naya melempar amplop itu tepat diwajah pria kurang ajar yang telah berhasil ia tumbangkan itu.

"Amplop itu berisi dua puluh lima juta, kalian bisa pakai itu sebagai jaminan. Sisanya akan saya lunasi secepatnya tapi jangan pernah datang kesini hanya untuk berbuat gaduh kalau nggak kalian bakalan tau akibatnya." Ancam Naya lagi.

"Jangan lupa sama bunganya!!" Teriak pria itu sembari melangkah pergi seusai menerima uang dari Naya.

"Kamu dapat darimana uang sebanyak itu, Nay. Bukannya kamu baru kerja dua bulanan masa udah dapat sebanyak itu?" Tanya Ayudia.

"Itu semua uang beasiswa ku, ma."

Semua orang kaget tak terkecuali Arjuna.

"Beasiswa?!"

To Be Continued.

Naya ArjunaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora