Bab 21. Rahasia Naya

445 16 0
                                    

Didalam ruangan kerja Arjuna hanya ada Naya dan pemilik tempat. Arjuna berdiri beberapa langkah didepan Naya dan membelakangi nya. Naya tidak tahu harus bagaimana. Dia membeku ditempatnya berdiri setelah melangkah masuk dan harus terjebak berdua bersama dengan Arjuna. Naya juga tidak tahu apa yang sedang Arjuna pikirkan pasalnya sejak mereka masuk Arjuna hanya diam saja tanpa ada niat untuk memulai pembicaraan.

Sikap itulah yang Naya takuti dari Arjuna. Jika dia sudah diam dan tidak bersuara menandakan bahwa dia sedang marah. Naya sudah beberapa minggu ini bekerja dengan Arjuna jadi dia mulai memahami cara Arjuna berpikir dan mengetahui bagaimana kepribadian dia. Saat ini Naya hanya bisa pasrah terhadap keadaan. Mungkin ini karma yang harus Naya terima karena menggunakan cara yang tidak benar untuk mendapatkan pekerjaan.

Arjuna membalikkan badan dan kini menatap Naya yang menunduk. Dia berjalan perlahan ke arah Naya yang berdiri ditengah ruangannya. Tangan Naya terlihat gemetar saat jarak diantara mereka semakin terkikis. Hanya tinggal beberapa langkah lagi Arjuna akan sampai dan berdiri dihadapan Naya.

"Saya nggak mau bertanya ke kamu. Selama ini saya sudah menunggu kamu untuk jujur dan mengatakan semuanya langsung dari mulut kamu sendiri. Jadi hari ini saya kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan semua yang terjadi." Ucap Arjuna sambil masih berjalan ke arah Naya.

Naya semakin menunduk. Dia mendesah resah kemudian dengan berani melepaskan rambut palsunya didepan Arjuna. Seketika langkah Arjuna terhenti sesaat setelah melihat rambut panjang Naya yang terurai indah. Naya menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya perlahan. Tekad nya sudah bulat. Sekarang semua orang sudah tahu jadi Naya tidak perlu lagi bersembunyi dibalik penyamaran nya.

Naya mengangkat wajah, menatap Arjuna tepat dimanik matanya dan sedetik kemudian tubuhnya tumbang kelantai. Arjuna terkejut melihat Naya yang sedang bersimpuh sambil memohon dibawah kakinya.

"Maaf pak, saya nggak bermaksud menipu bapak selama ini tapi saya benar-benar butuh pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga saya. Setelah papa meninggal kami harus berurusan sama renternir yang mengancam akan mengambil rumah kami. Dan saya mohon bapak jangan melaporkan saya ke polisi, saya nggak tau gimana nasib keluaraga saya nanti kalau saya sampai dipenjara. Saya nggak bisa bayangin kehidupan mama dan adik saya kalau saya harus dipenjara." Kata Naya panjang lebar diselingi dengan beberapa isak tangis.

Wajah Arjuna cengo. Namun setelahnya dia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar Naya mengeluhkan kisah hidupnya yang dia jelaskan sangat detail. Seketika tangisan Naya terhenti saat melihat orang didepannya yang seharusnya marah malah tertawa dengan keras. Naya masih terisak saat Arjuna menghentikan tawanya.

"Bapak kenapa ketawa? Kan nggak ada yang lucu." Ujar Naya sambil menyeka air mata dan ingusnya.

Naya membuat Arjuna tertawa sampai meneteskan air mata. Namun perlahan Arjuna berjongkok agar dirnya sejajar dengan tubuh Naya. Ia tersenyum melihat wajah polos Naya yang dibasahi air mata. Kemudian tiba-tiba saja Arjuna memegang kepala Naya sambil mengacak-acak nya gemas.

"Kamu yang lucu. Lagian kamu juga mikir nya kejauhan. Sampai bawa-bawa polisi sama penjara segala. Nggak akan ada yang melaporkan kamu, lagipula tanpa kamu bilang pun saya udah tau kalau kamu itu sebenarnya bukan laki-laki."

Naya terbelalak "Hah?! Bapak udah tau?! Kok bisa?! Sejak kapan?!" Teriak Naya.

Arjuna menurunkan tangannya dari kepala Naya dan mulai mengetuk dagu berpikir.

"Sejak kamu pingsan di toilet waktu itu. Karena kamu pingsan otomatis harus saya gendong buat dibawa ke mobil dan dari sana saya sadar kalau kamu itu sebenarnya perempuan." Sahut Arjuna menjelaskan.

Naya bengong. Dia mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang dimaksud oleh Arjuna. Saat dia sadar bahwa Arjuna sudah tahu selama itu Naya langsung menutup mulutnya tak percaya.

"Tapi kejadian itu udah lama banget. Kenapa bapak diam aja dan nggak menegur atau bahkan memecat saya?" Tanya Naya kebingungan.

Arjuna tidak menjawab. Ia membantu Naya untuk berdiri kembali lalu melangkah menuju mejanya untuk mengambil beberapa lembar tisu.

"Saya nggak mungkin memecat keryawan kompeten seperti kamu." Jawab Arjuna kemudian sambil ia memberikan tisu kepada Naya.

Naya menerimanya dengan senang hati lalu ia gunakan tisu itu untuk membersihkan kekacauan yang ada diwajahnya.

"Selama kamu bekerja dikantor ini kamu pasti pernah dengar rumor tentang saya yang selalu gonta-ganti asisten pribadi. Tapi untuk pertama kalinya ada yang sanggup bertahan dibawah tekanan saya sampai selama ini. Saya nggak sebodoh itu sampai mau melepaskan orang cerdas, telaten dan gigih seperti kamu." Lanjut Arjuna.

"Jadi maksud bapak saya nggak akan dipecat?" Tanya Naya dengan wajah penuh harapan.

Arjuna mendengus kesal "Setelah mendengar penjelasan saya yang panjang kamu masih bertanya soal itu?" Tanya nya.

Naya beteriak histeris saking senangnya "Jadi nggak dipecat nih?" Tanya nya sekali lagi.

Arjuna pun mengangguk membenarkan ucapan Naya. Sekali lagi Naya berteriak sampai membuat Arjuna menutup telinga nya. Karena terlalu senang Naya melompat-lompat kegirangan dihadapan Arjuna yang membuat pria itu tetawa geli melihat tingkah Naya. Namun tanpa sadar Naya tiba-tiba saja memeluk Arjuna dengan erat.

"Makasih pak, makasih banget." Kata Naya yang bicara tepat ditelinga Arjuna.

Naya tersentak setelah sadar dengan apa yang dia perbuat. Buru-buru ia melepas pelukkan tepat sebelum Arjuna yang berniat untuk memeluknya juga. Naya mundur perlahan sambil berdehem sedangkan disisi lain Arjuna menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa canggung.

"Maaf pak, nggak sengaja. Jangan dimaksukkin ke hati ya." Kata Naya merasa bersalah.

"Nggak masalah." Jawab Arjuna kemudian. "Jadi mulai besok kamu datang ke kantor seperti biasa tapi dengan identitas kamu yang sebenarnya. Nggak ada lagi penyamaran, mengerti?"

Naya mengangguk "Mengerti pak."

"Baik, kalau begitu masalah ini sudah tuntas. Kamu bisa melanjutkan hari liburmu." Ucap Arjuna.

"Kalau gitu saya permisi."

Naya pun keluar dari ruangan Arjuna dengan perasaan lega. Diluar Riska dan Restu menghampiri Naya. Mereka diminta untuk menunggu sementara Naya akan menyelesaikan sisanya. Dengan cepat Naya berjalan kearah Wisnu lalu...

PLAK!!

Sebuah tamparan mendarat dengan keras dipipi Wisnu bahkan sampai membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Naya menatap Wisnu dengan tatapan nyalang. Ingin sekali Naya menampar bahkan memukuli Wisnu ratusan sampai ribuan kali saking marahnya.

"Puas! Karena kamu, rahasia ini terbongkar! Sekarang apa mau kamu?!"

Semua orang terkejut namun tidak dengan Wisnu. Dia malah tertawa sambil menyeka darah segar dibibirnya. Wisnu menatap manik mata Naya yang berkobar api kemarahan.

"Aku nggak mau apa-apa. Karena tujuanku sudah terlaksana. Sekarang kalau kamu mau melamar kerja dihotel ku, aku akan dengan senang hati menerima kamu." Katanya.

Naya berdecih "Ngapain aku harus melamar ditempatmu selagi aku punya pekerjaan yang aku mau. Buang-buang tenaga aja." Ucap Naya.

"Maksud kamu?"

"Iya, ditempat ini sebagai asistennya pak Arjuna." Jawab Naya dengan lantang.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now