Bab 5. Identitas Baru

556 22 0
                                    

Sesuai rencana awal, Naya akan melamar pekerjaan di perusahaan tempat Restu bekerja. Dibantu oleh Riska yang membuatkannya identitas baru dan penyamaran untuk Naya. Walaupun semua dokumen lengkap dan tidak ada cacat sama sekali, Naya masih saja berpikiran negatif. Dia jadi panik sendiri, takut ada orang yang mungkin saja mengenali wajahnya. Namun ditengah kegelisahan nya seorang wanita masuk ke dalam ruangan dan segera duduk didepan Naya. Dia membawa secarik kertas yang entah apa yang tertulis diatasnya.

Tangan Naya mulai gemetar dan dia juga mulai berkeringat dingin. Detak jantung nya sudah tidak karuan menunggu kata apa yang pertama kali akan wanita itu ucapkan kepadanya. Apa mungkin dia akan langsung ketahuan dan dijebloskan kedalam penjara atas kasus penipuan? Naya berteriak dalam hati. Rasanya dia ingin pulang saja dan mencoba peruntungan lain. Siapa tahu ada perusahaan yang lebih waras mau menerima nya bekerja.

"Baik, setelah beberapa pertimbangan saya dapat mengucapkan selamat karena telah berhasil diterima bekerja diperusahaan kami. Selamat bergabung." Ucap HRD bernama Tias itu.

Naya membatu mendengar nya. Dia mengerjab beberapa kali mencoba untuk mempercayai bahwa ucapan Tias bukan lah mimpi belaka. Apa Naya sungguh-sungguh telah diterima bekerja disini? Apa ini hanya khayalannya semata?

"Besok kamu sudah bisa mulai masuk kerja." Lanjut Tias.

Lamunan Naya seketika pecah. Dia lalu menyalami tangan Tias yang membuat wanita itu terkejut sebab perlakuan tiba-tiba laki-laki dihadapannya ini. Iya, laki-laki. Naya dimata Tias adalah seorang laki-laki tulen begitu pula dimata karyawan lainnya nanti. Termasuk dimata bosnya, Arjuna Abimana yang besok akan Naya temui langsung dihari pertama dia bekerja sebagai asisten.

"Kalau begitu saya pamit, bu. Selamat siang." Ucap Naya kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Masih tidak dapat dipungkiri kalau ada rasa bersalah yang mengganjal dihati Naya setelah perbuatannya. Namun disisi lain, Naya benar-benar sedang membutuhkan pekerjaan dengan gaji besar agar dapat segera melunasi hutang kepada para renternir itu. Dengan lapang dada Naya melangkah keluar dari gedung kantor tersebut. Berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya yang berada disana.

***

Jam setengah tujuh pagi. Naya keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya. Ia melangkah menuju lemari dan mengeluarkan satu set jas abu-abu sertas kemeja putih lengkap dengan dasi yang Riska belikan untuk ia kenakan. Naya mengambil sebuah tote bag cokelat yang berisi barang paling penting untuk menyempurnakan penyamaran nya yaitu sebuah wig. Naya mengikat rambut panjangnya kemudian memasangkan jaring rambut dan terakhir memakai wig tersebut.

Setelah selesai, Naya menatap pantulan dirinya dari balik cermin. Agak sedikit aneh melihat dirinya mengenakan jas berukuran sedikit kebesaran dan wig cowok. Namun Naya cukup puas dengan hasil akhirnya. Sekarang dia seperti sedang melihat Adit dari masa depan. Walaupun dia merasa seperti orang-orangan sawah yang dipakaikan baju mahal dan rambut palsu. Siapa yang peduli asalkan dengan begini tidak ada yang bisa mengenalinya 'bukan.

Kembali Naya mengecek jam yang kini sudah bergerak ke angka tujuh. Bergegas ia keluar dari kamar setelah mengambil jaket dan kunci motornya. Naya sengaja mengenakan jaket untuk menutup pakaian serta rambutnya. Naya tidak ingin orang rumah mengetahui bahwa dia sedang melakukan sesuatu yang ilegal. Cukup Riska dan Restu yang tahu tentang rahasia ini. Satu orang lagi, pramuniaga yang waktu itu membantu memilihkan nya baju.

"Udah mau berangkat, Nay." Ucap Ayudia yang baru keluar dari dapur.

Gagal sudah rencana mengendap-endap Naya. Ia berdiri tegap kemudian berbalik lalu tersenyum kepada sang mama.

"Iya, ma. Naya berangkat sekarang ya. Hari pertama kerja jadi harus rajin." Jawab Naya kemudian.

"Nggak makan dulu?" Tanya Ayudia.

Naya menggeleng "Enggak ma. Takut telat. Naya berangkat ya."

Naya menancapkan kunci dimotornya dan menekan tombol starter. Tidak lupa juga ia mengenakan helm. Setelah lengkap, Naya buru-buru melajukan kendaraannya keluar rumah. Diluar ada beberapa tetangga yang menyapanya dan Naya membalasnya dengan menekan klakson. Naya lanjut mengendarai motornya menuju jalanan kota Badung yang sudah mulai padat. Tempat kerjanya ada didaerah Jimbaran dan membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan itupun kalau tidak terjebak macet.

Dengan lincah Naya menyelap-nyelip dimanapun ia menemukan celah untuk menyalip kendaraan didepannya. Walaupun sudah setahun kurang dia tidak berkeliling dijalanan kota, Naya masih bisa menemukan celuk beluk jalan pintas. Dari jalan kecil sampai gang tikus Naya ingat betul setiap rutenya. Itu juga yang memudahkannya untuk menghindari lampu merah ataupun kemacetan.

Setibanya dikantor baru, Naya langsung masuk namun sebelumnya ia menyempatkan diri untuk menyapa bapak satpam yang menjaga pintu masuk. Motornya ia lajukan menuju parking lot dan berhenti setalah sampai. Dengan perlahan Naya membuka helmnya agar tidak melepas rambut palsunya karena kalau sampai hal itu terjadi bisa berabe.

Naya melepas jaketnya lalu memasukkannya kedalam jok motor. Ia berkaca di spion jika dikiranya ada masalah yang terjadi dengan penampilannya ia akan langsung tahu.

"Selesai."

Naya menepuk-nepuk pipinya agar fokus dan tidak membuat kesalahan dihari pertamanya bekerja. Dengan percaya diri Naya mulai melangkah masuk menuju gedung kantor. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Tias yang sedang menunggu lift.

"Selama pagi, bu." Sapa Naya sambil tersenyum ramah.

Tias menoleh dan balik tersenyum "Selamat pagi. Eh! Kamu ternyata. Rajin banget jam segini udah datang." Ucap nya.

Naya menggaruk hidungnya yang tidak gatal lalu menjawab "Hari pertama jadi harus membuat kesan yang bagus buat atasan."

Tias tertawa mendengarnya. Setelahnya Tias kembali menjawab sapaan yang dilontarkan oleh seseorang yang juga baru tiba dan memiliki tujuan yang sama seperti mereka. Naya menoleh dan melihat Restu berdiri disampingnya.

"Kamu asistennya pak bos yang baru kan, kenalkan aku Restu." Kata Restu mengajak Naya bersalaman.

Naya berdiri kikuk namun kemudian menjabat tangan Restu dengan canggung. Pintu lift terbuka lalu mereka pun segera masuk. Sesampainya di lantai tujuh, pintu lift kembali terbuka.

"Kamu ke loker dulu terus balik lagi kesini. Karena pak bos belum datang saya mau meperkenalkan kamu dengan beberapa karyawan disini." Kata Tias.

Naya mengganguk dan menuruti perkataannya. Kini ia dan Tias berkeliling kantor dan sesekali Tias memperkenalkan dirinya kepada para pegawai yang tampak sudah memulai pekerjaan mereka. Begitupula Restu. Dia sibuk dengan pekerjaan nya sebagai kepala manajemen.

"Mungkin sebentar lagi pak bos datang, kamu tunggu dulu aja dia disini. Saya mau ke ruangan sebentar."

Setelah sepeninggal Tias, Naya hanya bisa duduk dimeja yang memang ditujukan untuknya.

"Jadi kamu asisten saya yang baru."

Naya tersentak mendengar suara berat yang seakan bicara kepadanya. Ia memutar kursi kemudian bergegas bangkit setelah melihat wajah asing yang berdiri dihadapannya.

"I--iya pak." Entah apa yang terjadi, Naya tiba-tiba jadi gugup. Aura pria ini memang benar-benar mengintimidasi.

"Saya Arjuna. Kamu?" Tanya pria tampan bernama Arjuna itu sambil menjulurkan tangan.

Naya membalas uluran tangan Arjuna "Saya Nay--Nata! Nama saya Nata." Sahut Naya kemudian.

Nata adalah namanya sekarang dan selama Naya masih ingin bekerja, dia harus terbiasa dengan nama baru nya itu.

N-a-t-a.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now