Bab 13. Sikap Tak Wajar

372 18 0
                                    

Menuruti perkataan Wisnu untuk ikut bersama, Naya kini duduk dimobil yang dikendarai oleh Arjuna. Untuk pertama kalinya Naya disopiri oleh Arjuna karena biasanya dia lah yang duduk dikursi kemudi dan mengikuti arahan kemana Arjuna berniat pergi. Di sebelahnya duduk Adit yang asik berbincang dengan Wisnu yang ada kursi depan. Mereka seperti kawan lama yang sudah lama tidak bertemu. Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara keduanya yang seperti tidak kehabisan topik pembicaraan.

Melirik ke spion tengah, Naya tanpa sengaja bertatapan dengan Arjuna yang juga melihatnya. Sontak Naya memutus kontak mata dan dengan cepat memalingkan wajah menatap keluar jendela yang kebetulan keadaan diluar sedang hujan gerimis. Entah kemana mobil ini membawa Naya. Sudah hampir setengah jam berjalan namun belum ada tanda-tanda kalau mereka akan sampai ditempat tujuan. Langit sore yang awalnya cerah kini berubah gelap akibat awan hitam yang menyelimuti.

Naya bersandar disandaran kursi sambil membalas pesan dari mamanya yang menanyakan keberadaan Naya dan Adit. Janjinya sebelum sore mereka akan segera kembali tetapi sesuatu yang tidak ada didalam rencana tiba-tiba saja berlaku dan menyeret Naya untuk ikut. Orang yang menjadi penyebab kemalangan ini terjadi sama sekali tidak merasa bersalah malah sebaliknya dia tampak senang akan keputusan yang ia ambil dan membuat Naya terjebak dengan Wisnu serta Arjuna. 

Selang beberapa saat, mobil berbelok dan masuk ke area parking lot. Arjuna mematikan mesin mobil setelah selesai memarkirkannya. Mereka semua keluar bersama dan mulai bergerak menuju pintu masuk cafe. Naya begitu familiar dengan cafe itu. Ada kenangan masa lalu yang ingin sekali Naya hapus dari kepalanya tentang tempat tersebut. Cafe itu adalah tempat dimana Naya dan Wisnu memulai dan mengakhiri hubungan mereka dimasa lalu.

"Kenapa harus kesini sih?" Gerutu Naya.

Wisnu tersenyum kemudian menoleh ke Naya "Kenapa? Berasa nostalgia ya?" Godanya.

"Enggak!" Sahut Naya sinis.

Mereka berempat melangkah masuk satu persatu untuk mencari tempat duduk. Ada satu meja kosong disudut yang berisikan empat kursi yang seperti diperuntukkan untuk mereka. Naya merasa sedang diamati oleh para pengunjung sebab dirinya yang berjalan beriringan dengan tiga laki-laki sekaligus walaupun yang satunya lagi adalah adiknya.

Ya sudahlah. Batin Naya.

Seorang pelayan datang menghampiri meja dan menanyakan apa pesanan mereka. Satu persatu mereka menyebutkan apa saja yang ingin mereka makan lalu setelah selesai mencatat semuanya pelayan itu pun pergi. Wisnu tampak celingak-celinguk mencari sesuatu dan tiba-tiba saja ia menghentikan seorang pelayan lainnya yang berniat untuk bersih-bersih. 

"Permisi mbak, stage nya kosong?" Tanya Wisnu kepada pelayan itu.

Mbak-mbak itu mengangguk "Kebetulan band nya belum datang, kak. Kakak mau pakai?" Tanya nya.

"Boleh." Jawab Wisnu.

Kembali mbak itu mengangguk "Baik, tunggu sebentar kak. Kami akan segera siapkan." Ujarnya kemudian beranjak pergi.

Beberapa saat setelahnya, mbak yang sama menghampiri meja mereka untuk menginformasikan bahwa stage yang dimaksud telah selesai dipersiapkan dan mempersilahkan Wisnu untuk menggunakan nya sementara. Wisnu bangkit dari tempat duduknya lalu menjulurkan tangan ke arah Naya.

"Ayo, Nay." Ajaknya.

"Kenapa aku ikut juga? Kamu sendiri aja sana!" Tolak Naya mentah-mentah.

"Tapi aku butuh pengiring dan kebetulan kamu jago main gitar. Ayo lah."

"Tapi..."

Tanpa mendengar jawaban dari Naya, Wisnu menarik tangan Naya untuk ikut dengannya menuju panggung berukuran kecil yang berada ditengah-tengah cafe sekaligus menjadikan keduanya pusat perhatian ditengah keramaian cafe. Sebuah mic telah ditancapkan distand nya serta tersedia satu kursi kayu yang disampingnya berdiri sebuah gitar acoustic.

"Kamu yang main gitar sedangkan aku yang akan menyanyi, gimana?"

Naya mengangguk kemudian duduk dikursi dan mengambil gitar lalu memangkunya. Naya mencoba untuk menyetel gitar itu terlebih dahulu dan setelah selesai ia memberi isyarat kepada Wisnu.

"Mau lagu apa?" Tanya Wisnu.

Naya mengindikkan bahu "Terserah." Sahutnya.

"Nggak ada judul lagu terserah, Nay." Timpal Wisnu kemudian. 

Naya berdecak kesal ditanggapi seperti itu oleh Wisnu "Yaudah, golden hour aja." Cetus Naya.

"JVKE?" tanya Wisnu dan dijawab anggukan oleh Naya "Kamu tau kuncinya?"

"Tau! Udah ah lama, buruan! Udah ditungguin tuh. Entar band nya juga keburu dateng." Tegur Naya yang terlihat tidak sabar.

Seusai menyelesaikan perbedatan mereka pun memulai penampilan mereka yang diawali dengan Naya yang memetik gitar dengan lembut lanjut dengan Wisnu yang mulai bernanyi. Perpaduan antara permainan gitar Naya dan suara Wisnu membuat seisi cafe terpukau dengan keduanya. Ditambah lagu yang mereka pilih dan suasana sore yang akan berganti ke malam memberikan kesan pas.

Ditengah petikkan gitarnya Naya memandang Wisnu yang sudah tenggelam dalam lagu yang ia nyanyikan seketika membuat Naya tersenyum dibuatnya. Naya tidak menyangka kalau bakat bernyanyi Wisnu masih sebagus dulu. Kalau sudah begini bukan hanya penonton yang dibuat terpukau melainkan Naya juga.

Penampilan mereka disambut baik oleh para pengunjung yang dengan senang hati memberikan tepuk tangan. Naya maupun Wisnu puas dengan hasil duet maut mereka dan keduanya memutuskan kembali ke meja mereka.

"Keren." Ucap Adit sembari mengajak Naya dan juga Wisnu tos.

Mereka menerima tos Adit sebelum akhirnya duduk dikursi masing-masing untuk menyantap makanan yang sejak tadi sudah datang. Naya melirik ke arah Arjuna yang kebetulan juga sedang menatapnya. Seketika Naya jadi kikuk sekaligus salting disaat yang bersamaan. Naya membalasnya dengan senyuman canggung kemudian lanjut memakan makanan yang dipesannya.

Arjuna menghentikan kegiatannya kemudian bersandar sambil tangannya yang bersedekap didada.

"Kalian mantan pacar?" Tanya nya sangat to the point.

Mendengar pertanyaan Arjuna membuat Naya tersentak akibatnya dia tersedak. Naya batuk-batuk sambil memukul dadanya. Secara bersama-sama Arjuna dan Wisnu mengambil minum mereka kemudian disuguhkan kepada Naya.

"Minum ini." Ucap keduanya serempak.

Situasi berubah jadi canggung bahkan Adit yang duduk ditengah-tengah mereka juga merasakannya. Naya menatap Arjuna dan Wisnu bergantian sebelum akhirnya mengambil minuman miliknya sendiri kemudian meneguknya sampai rasa yang mengganjal di tenggorokan nya hilang.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya kedua pria itu kembali kompak.

Kalau Wisnu yang bertanya Naya masih maklum tapi mengetahui Arjuna yang juga ikut mengkhawatirkan dirinya itulah yang aneh. Arjuna baru mengenal Naya beberapa menit lalu terlepas dari hubungan mereka dikantor tapi bagaimana bisa dia menunjukkan rasa cemas berlebih seperti yang ditunjukkan oleh Wisnu.

"Aku nggak apa-apa." Jawab Naya kemudian.

Semuanya kembali melanjutkan makan seolah tidak ada yang terjadi. Namun tiba-tiba saja Arjuna mengambil selembar tisu dan digunakan untuk menyeka saos yang belepotan disudut bibir Naya. Bukan hanya Naya yang menerima perlakuan itu saja yang terkejut melainkan Adit dan Wisnu juga.

"Kotor." Ucap Arjuna seakan tanpa beban.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now