Bab 10. Semanis Gula Aren

384 19 1
                                    

Kejadian kemarin membuat Naya kapok dan mulai hari ini membawa bekal yang disiapkan oleh mamanya. Ayudia cemas mendengar bahwa Naya sampai jatuh pingsan akibat terlambat makan yang membuat penyakit maag nya kambuh. Tidak ingin mamanya khawatir, Naya mengiyakan cetusan ide dari Adit yang menyarankan Naya untuk membawa bekal nasi dari rumah. Setidaknya Naya bisa tetap makan walaupun sedang sibuk mengerjakan pekerjaan nya.

Sebuah tas kain Naya keluarkan dari ranselnya. Berisikan satu kotak bekal dan sebotol air mineral. Lauknya cukup sederhana. Ada ayam goreng tepung dan telur gulung serta nasi putih. Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, Naya bergegas menyantap makanan nya sambil jari-jarinya yang masih sibuk bergerak diatas keyboard. Dia harus cepat sebelum telepon sialan itu berdering kembali dan membawa perintah dari sang baginda raja.

Tangan kanan nya menaik turun kan kursor mouse sedangkan tangan kiri menyuapinya nasi. Ditengah kesibukkan Naya membalas beberapa email masuk, Arjuna datang dan menghampirinya. Naya yang melihat wajah Arjuna dari balik pantulan monitor dengan cepat bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu lagi makan?" Tanya Arjuna setelah melirik ke arah kotak bekal Naya.

"Iya pak, biar maag saya nggak kambuh lagi. Bapak nggak makan siang?" Kini giliran Naya yang bertanya.

"Maunya sih gitu tapi kamu lagi makan." Sahut Arjuna terdengar kikuk.

"Emangnya bapak mau kemana? Mau makan diluar lagi kayak waktu itu? Mau saya temani?" Cecar Naya dalam satu tarikkan nafas.

"Enggak, saya mau makan dikantin sama karyawan yang lain. Apa kamu mau ikut?"

Jujur Naya terkejut mendengar tawaran Arjuna tapi yang lebih mengejutkannya lagi adalah cara bicara Arjuna sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. Sepertinya suasana hatinya sedang baik. Oleh sebab itu dia terdengar ramah bahkan lebih mengarah ke manis. Entah ini hanya perasaan Naya saja atau Arjuna memang sedang bersikap berbeda.

"Saya ikut aja pak. Lagipula makan sendirian nggak asik. Rame-rame lebih seru, ya kan." Jawab Naya.

Buru-buru Naya merapikan kotak bekalnya dan memasukkan nya kembali kedalam tempatnya namun sejenak Naya terdiam kemudian berbalik dan menemukan Arjuna masih berdiri dibelakang nya.

"Bapak masih disini?"

"Iya, katanya kamu mau ikut."

Tidak salah lagi. Ada sesuatu yang terjadi kepada Arjuna sampai membuat pria itu jadi aneh. Apa dia salah makan? Sejak kapan Arjuna mau menunggu bahkan sudi berjalan beriringan dengan Naya sebab dari dulu dia selalu saja meninggalkan Naya dibelakang dan membuat Naya berlari agar dapat mengejar langkah kaki Arjuna yang kelewat panjang.

"Ayo pak." Ucap Naya sambil membawa tas bekalnya.

"Tunggu. Itu... ada.." Arjuna menunjuk dagunya mencoba untuk memberi Naya isyarat.

"Hah? Kenapa? Dimuka bapak ada sesuatu?"

Arjuna tepuk jidat dengan respon lambat Naya. Mungkin dia sudah lapar makanya sudah tidak fokus lagi. Akhirnya Arjuna melangkah maju dan menghapus jarak diantara keduanya. Naya mendongak menatap tubuh Arjuna yang tinggi menjulang. Jantung Naya rasanya mau jatuh saat Arjuna tiba-tiba menunduk agar tinggi mereka sejajar kemudian membersihkan bibir Naya yang terdapat remah-remah makanan.

"Kotor." Ucap Arjuna menunjukkan remah yang ia temukan disudut bibir Naya.

Pria itu kembali berdiri tegap dan mulai melangkah pergi. Naya masih tertinggal dibelakang. Naya terpaku akan wajah tampan Arjuna yang ia lihat secara dekat serta perlakuan manis yang baru saja ia terima darinya. Naya mengatur kembali nafasnya yang tidak beraturan lalu memegang dadanya dan merasakan jantungnya yang berdegup kencang. Arjuna memang setampan namanya dan hal itu tidak dapat dipungkiri.

"Nata! Ayo!" Panggil Arjuna dari dalam lift.

Seketika Naya langsung tersadar mendengar panggilan tersebut. Bergegas ia berlari menghampiri Arjuna yang sudah menunggu nya dibalik pintu lift. Setibanya dikantin, semua pegawai terkejut mengetahui Arjuna yang tumben-tumbenan makan dikantin karyawan biasanya pria itu akan pergi keluar kantor dan makan diluar.

Naya yang berniat mengambilkan sepiring nasi untuk Arjuna dicegah olehnya. Naya diminta untuk duduk dan menunggu, ia pun menurut. Setelah mengantre cukup panjang dan lama, akhirnya Arjuna menghampiri Naya yang duduk sendirian sedang menunggu nya.

"Kenapa nggak dilanjutin makan nya?" Tanya Arjuna setelah ia duduk dikursi.

"Nggak enak, saya tunggu bapak aja." Sahut Naya kemudian.

"Yaudah, kalau gitu."

Naya kembali menyantap makanan di kotak bekalnya sesaat setelah Arjuna mulai makan. Mereka duduk dimeja yang sama tapi tidak terdengar ada aktfitas lain selain suara bising antara piring dan sendok. Semua orang asik mengobrol sedangkan Naya juga Arjuna tetap asik dengan dunia mereka sendiri.

Mengetahui suasana hati Arjuna sedang baik, tercetus ide cemerlang dikepalanya. Naya harus memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat menggali informasi mengenai Wisnu yang katanya sepupu Arjuna. Sekaligus Naya ingin mengulik masa lalu Wisnu setelah mereka putus dulu.

"Pak, saya boleh tanya sesuatu?" Tanya Naya memberanikan diri untuk membuka topik pembicaraan.

"Ya, silahkan."

"Kalau boleh tau, sepupu bapak yang namanya Wisnu itu selama ini ada dimana? Kok saya nggak pernah lihat sebelumnya?"

Sejenak Arjuna berhenti mengunyah selanjutnya ia mendongak dan menatap Naya.

"Dia di US. Beberapa hari lalu balik ke Bali untuk mengurus hotel papanya. Hotel Resil itu milik keluarga Wisnu. Kenapa kamu bertanya tentang dia?"

Naya menggeleng "Nggak apa-apa, cuma penasaran aja." Sahut nya "Tapi bapak nggak lagi sakit kan, soalnya bapak agak pucat." Ucap Naya mengganti topik.

Sontak Arjuna memegang wajah dan mengecek suhu tubuh dengan menyentuh dahinya.

"Enggak tuh, saya baik-baik aja. Apa saya sepucat itu?" Tanya Arjuna kemudian.

"Sedikit pucat tapi nggak banyak." Balas Naya sambil menunjukkan seberapa 'sedikit' yang ia katakan dengan jarinya.

Arjuna terkekeh melihat tingkah Naya. Namun tiba-tiba seisi kantin terkejut berjamaah melihat seorang Arjuna Abimana tersenyum. Sebuah keajaiban dunia jika ada orang yang dapat melihat senyum diwajah nya.

"Kamu coba ini, salah satu menu favorit saya di kantin ini." Kata Arjuna sembari meletakkan sepotong daging diatas sendok yang Naya pegang.

Sekali lagi Naya dibuat meleyot dengan sikap manis yang Arjuna tunjukkan kepadanya. Coba saja Naya sedang tidak menyamar, dia pasti akan berteriak histeris atau bahkan pingsan mendadak.

"Makasih pak."

Naya memakan daging ayam bersaus gurih pemberian Arjuna dengan suka cita. Ia tersenyum setelah lidahnya menyentuh sesuatu yang lezat didalam mulut.

"Enak."

"Kalau gitu saya boleh minta satu telur gulung dibekal kamu?" Tanya Arjuna dan senang hati Naya mengiyakannya.

Naya menggeser kotak bekal nya agar memudahkan Arjuna mengambil telur gulung pilihannya. Namun tiba-tiba saja sebuah tangan muncul diantara mereka dan mengambil semua telur gulung yang tersisa. Arjuna maupun Naya menoleh bersamaan dan melihat Wisnu yang sedang mengunyah keseluruhan telur gulung milik Naya yang sempat ia rampas.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Arjuna.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now