Bab 28. Air Mata Sahabat

303 17 0
                                    

Riska mengendarai mobilnya menuju rumah Naya. Ia mendengar kabar kalau Naya sedang sakit bahkan sampai membuatnya tidak masuk kerja. Riska mengenal Naya sangat baik bahkan melebihi diri Naya sendiri. Naya bukanlah tipe orang yang akan melepas tanggung jawab nya hanya karena terkena flu ringan. Jika Naya sudah memutuskan untuk ijin dari kantor, itu berarti Naya sudah tumbang dan tidak ada pilihan lain selain berdiam diri dirumah.

Mobil Riska berbelok kearah gang rumah Naya. Namun Riska melihat ada sebuah mobil lain yang terparkir didepan rumah Naya. Selang beberapa saat seseorang keluar bersama dengan mama Naya dan tampak orang tersebut sedang berpamitan. Riska meneliti orang itu yang ternyata adalah Arjuna. Jujur Riska terkejut mengetahui Arjuna datang kerumah Naya. Namun setelahnya, Riska kembali melajukan mobilnya sesaat setelah melihat mobil Arjuna berlalu pergi.

Setelah memarkirkan mobil, Riska melangkah keluar kemudian bergegas masuk kerumah Naya. Ayudia yang tidak tahu Riska datang, kaget melihatnya berlari tergopoh-gopoh menuju kamar Naya. Tanpa mengetuk pintu Riska langsung menerobos masuk dan menemukan Naya sedang terbaring diatas ranjang dalam keadaan mukanya merah dan bengkak. 

"Naya!!"

Sontak Naya terkejut mendengar suara Riska yang tiba-tiba muncul. Ia bangkit kemudian menatap kawannya itu yang menangis diambang pintu kamarnya. Riska berlari kemudian melompat keatas ranjang lalu memeluk Naya.

"Kamu sakit kenapa nggak bilang aku? Aku kan khawatir. Kalau kamu mati siapa yang mau temenan sama aku lagi." Ujar Riska ditengah isak tangisnya.

Naya mendorong tubuh Riska yang hampir saja membuatnya mati kehabisan nafas. Dia mengambi tisu dimeja sebelah ranjang kemudian memberikannya kepada Riska yang menerimanya dengan senang hati.

"Aku nggak bakalan mati cuma karena alergiku kambuh. Jadi kamu nggak perlu cemas dan menangis segala. Malu sama Adit disebelah." Kata Naya menunjuk kamar Adit yang kebetulan berada disebelah kamarnya.

"Kamu juga yang bodoh. Udah tau alergi keju masih aja maksain diri buat makan cheese cake, gini kan jadinya. Untung cuma gatel dan merah-merah aja." Kata Riska lagi sembari menyeka air matanya.

Naya mengindikkan bahu. Dia tidak tahu bagaimana menanggapi perkataan Riska karena Naya sadar kalau dirinya salah. Nekat membahayakan diri sendiri cuma karena tidak enak kepada Dewa.

"Tapi kayaknya itu semua rencana tante Maya. Dia yang sengaja suruh Dewa untuk kasih aku cheese cake. Dia tau aku punya alergi sama keju dan dia juga tau kalau aku nggak bakal nolak pemberian Dewa."

Riska manggut-manggut. Dia mengetuk dagunya berpikir. Dipikir-pikir yang dikatakan Naya ada benarnya juga. Karena Riska tahu kalau mamanya Wisnu sangat tidak menyukai Naya sewaktu mereka masih berpacaran dulu. Mungkin dia sengaja melakukan itu untuk mencelakai Naya sekaligus mempermalukannya didepan banyak orang.

"Kalau gitu dia udah keterlaluan sampai bikin kamu masuk rumah sakit segala cuma karena nggak suka kamu masih berhubungan sama Wisnu." Ucap Riska.

"Aku udah memutus hubungan dengan Wisnu dan kami setuju untuk berdamai dan sepakat memulai semuanya dari awal sebagai teman." Balas Naya.

Riska menganga mendengarnya "Oh ya?! Kok bisa?! Kayaknya aku udah ketinggalan banyak info tentang kamu sama Wisnu. Cerita dong, kepo nih." Desaknya.

Naya bercerita kepada Riska awal mula tercetus nya perdamaian antara dirinya dan Wisnu. Bagaimana, kapan dan dimana, semuanya Naya ceritakan lengkap tanpa ada satu bagian pun yang tertinggal.

"Dibantu Arjuna?!" Pekik Riska heboh.

Naya mengangguk "Kemarin dia juga yang anterin aku kerumah sakit, terus tadi dia kesini buat jengukin aku. Kamu jangan marah ya."

Naya gugup menunggu bagaiamana kah reaksi Riska setelah mengetahui bahwa orang yang ia taksir selalu setia membantu Naya dalam keadaan apapun.

"Bagus dong!" Kata Riska sedikit bersorak.

Wajah Naya seketika cengo. Tidak habis pikir dengan jawaban Riska yang bertolak belakang dengan perkiraannya. Sepertinya otak Riska memang benar-benar sudah konslet makanya tidak dapat digunakan untuk berpikir.

"Kok bagus?" Tanya Naya kebingungan.

"Ya bagus. Itu artinya dia orang yang gentlemen. Dia tanggung jawab atas apa yang terjadi sama kamu bahkan dia rela datang kerumah kamu dijam kerja cuma untuk melihat kondisi dan keadaan kamu. Aku jadi meleyot dengar semua sikapnya. Aku jadi makin suka deh."

Okey, pemikiran Naya soal Riska memang tidak salah.

"Aku pinjem toilet sebentar ya."

Naya mempersilahkan Riska untuk menggunakan kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Sesaat setelah mengunci pintu rapat-rapat, Riska menyalakan keran air di westafel lalu menatap dirinya dari balik cermin. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakkan lalu mengguyur wajahnya dengan air. Namun setetes air mata mengalir diantara bulir-bulir air diwajahnya.

Kenapa harus Naya? Batin Riska.

Nafas Riska memburu dan disaat yang bersamaan ia merasa dadanya panas seketika. Riska menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar oleh Naya. Dia tidak menyangka kalau keputusannya untuk menjadikan Naya mata-mata malah menjadi bumerang untuknya. Mendengar bagaimana Arjuna memperlakukan Naya, membuat Riska sakit hati. Hal yang Naya terima selama ini adalah hal yang Riska inginkan dari Arjuna.

Secara tidak langsung, Riska lah yang telah menjadi perantara keduanya untuk saling bertukar isi hati. Riska sadar kalau dirinya memang tidak sebaik Naya. Sahabatnya itu memiliki banyak kelebihan yang selalu membuat Riska iri, bahkan sejak duduk dibangku sekolah sampai mereka masuk di perguruan tinggi.

Riska merasa dunia ini seakan-akan hanya berputar mengelilingi Naya dan membiarkan Riska menjadi figura semata. Seonggok tokoh sampingan yang tidak ada fungsinya. Selalu hilang dipertengahan cerita. Hidup seolah mempermainkan nya dan senang melihatnya menderita. Riska hanyalah pajangan yang tak berarti dan akan dibuang jika sudah tidak dibutuhkan.

"Riska."

Suara Naya terdengar setelah suara ketukan pintu. Riska tidak menjawab. Dia tidak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata. Pintu digedor tapi Riska tidak berniat membukanya. Naya mendobrak pintu sebab sudah terlalu khawatir menunggu jawaban dari Riska.

"Riska!" Pekik Naya setelah melihat Riska terduduk dilantai sambil menangis.

Naya berjongkok lalu memeluk kawannya itu yang tangisannya semakin menjadi. Riska segera mendorong tubuh Naya dengan kasar sampai membuat Naya terjatuh dilantai.

"Kamu kenapa? Kenapa kamu dorong aku? Dan kenapa kamu nangis?" Cecar Naya masih berada dilantai.

"Kenapa harus selalu kamu, Nay. Kenapa selalu kamu yang menjadi tokoh utama didunia ini? Kenapa Arjuna lebih memilih kamu ketimbang aku? Memang apa kurangnya aku dimata dia?"

Naya menarik semua perkataannya diawal. Riska benar-benar sakit hati mendengar semua yang terjadi diantara Naya dan Arjuna namun dia memilih untuk diam dan menyimpannya sendirian.

"Maafin aku, Ris. Aku nggak tau kalau aku malah menyakiti kamu dengan menceritakan semuanya, maafin aku. Aku akan lakuin apapun biar kamu memaafkan aku." Ucap Naya yang ikut meneteskan air mata.

Riska menghentikan tangisannya setelah mendengar pernyataan dari Naya.

"Apapun?"

To Be Continued.

Naya ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang