Bab 18. Begadang

464 15 0
                                    

Mata Naya membelalak sejak tadi. Ia hanya menelusuri langit-langit kamar tanpa ada tanda-tanda kalau dirinya akan terlelap. Naya menarik keluar ponselnya yang dia simpan dibawah bantal. Sekarang sudah pukul dua dini hari dan sialnya lagi Naya belum tidur satu detik pun. Bagaimana mungkin Naya bisa tidur jika ada seonggok manusia asing yang juga menempati ranjang bersama dengannya.

Dengan perasaan ragu Naya menoleh ke sisi tempat tidur dimana Arjuna menempati nya. Disana Naya mendapati Arjuna yang tampak tidur begitu nyenyak menghadap kearahnya. Wajah bantal Arjuna tetap saja enak untuk dipandang. Naya akui kalau Arjuna yang setampan namanya itu memang akan selalu tampan dalam keadaan apapun tapi tetap saja mengetahui ada seorang pria yang tidur seranjang dengannya, Naya merasa kurang nyaman.

Naya mengusap wajahnya gusar. Ia bangkit kemudian pergi menuju kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci muka sekaligus untuk menjernihkan pikirannya. Siapa tahu dengan begitu Naya akan lebih mudah untuk tidur. Bergegas Naya keluar setelah merasa lebih baik namun saat melihat ke arah ranjang perasaan nya yang sudah baik jadi tidak baik. Arjuna memenuhi ranjang bahkan sampai ke bagian Naya.

Naya berkacak pinggang sambil melihat kearah Arjuna "Tamak sekali ya anda. Tadi siang ayam goreng dan sekarang ranjang. Nggak mikirin orang lain banget sih, dasar!!" Gerutu nya berbisik.

Dengan perlahan tubuh Arjuna Naya singkirkan dan pindahkan ke posisi awal setelahnya Naya pun kembali berbaring. Naya menarik bed cover sampai leher untuk menutupi seluruh tubuhnya dan beberapa saat kemudian Naya pun mulai terlelap. Tetapi belum genap lima menit Naya memejamkan matanya ia dikejutkan dengan tangan Arjuna yang tiba-tiba saja mendarat diwajahnya.

"Iihhh!" Desis Naya.

Naya menghempaskan tangan Arjuna yang membuat pria itu seketika menggeliat. Sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada, kembali Naya memejamkan mata nya agar segera masuk kedalam dunia mimpi. Namun sekali lagi niatnya itu harus diurungkan sebab kini Arjuna memeluk tubuhnya dengan erat. Kepala Arjuna bersandar dibahu Naya bahkan ia dapat merasakan hembusan nafas Arjuna dilehernya. Seketika Naya merinding.

Sudah tidak dapat terbendung lagi. Naya langsung berteriak histeris sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Arjuna. Setelah terlepas Naya cepat-cepat membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia bangkit lalu menoleh ke Arjuna yang masih tidur. Naya mendelik sambil berdesis geram. Bantalnya Naya lempar kebawah kemudian ia turun dari ranjang dan merebahkan diri dilantai.

Melihat Naya yang tidur dilantai Arjuna tersenyum puas. Ia bergeser untuk mengintip keadaan Naya dibawah sana, Arjuna menemukan Naya yang akhirnya berhasil terlelap namun tampak kedinginan. Senyum diwajahnya seketika luntur. Arjuna bangkit dari tempat tidur lalu menghampiri Naya. Sejenak ia menatap lekat wajah polos Naya yang sedang tertidur sebelum akhirnya mengangkat tubuh Naya kemudian membaringkan nya diatas ranjang.

"Makanya jangan main-main sama saya." Kata Arjuna sambil tersenyum mengejek.

Arjuna menyelimuti Naya yang masih terlihat kedinginan dan kini gilirannya yang akan tidur dilantai. Naya yang tidak mengetahui apa-apa menarik selimut sampai leher kemudian kembali terlelap.

Sebenarnya sejak tadi bukan hanya Naya yang tidak bisa tidur melainkan Arjuna juga. Ia hanya berpura-pura tidur untuk menutupi rasa gugupnya. Bahkan saat dirinya memeluk tubuh Naya dan merasakan kehangatan nya seketika itu juga jantungnya langsung berdegup kencang tidak beraturan. Tapi Arjuna tetap harus melanjutkan semua sandiwara ini agar Naya bicara dan mengatakan segalanya langsung dari mulutnya.

"Kita liat aja, mau sampai kapan kamu akan tetap bungkam."

***

Hari sudah pagi dan matahari juga sudah menunjukkan sinar keemasan nya. Naya terbangun setelah merasakan cahaya yang begitu menyilaukan menembus kelopak matanya. Ia menggeliat sebelum akhirnya bangkit lalu bersandar disandaran kasur. Tapi seketika Naya terbelalak mendapati kondisinya yang entah bagaimana bisa ada diatas ranjang. Ia menoleh ke samping namun tidak menemukan keberadaan Arjuna.

Dari arah kamar mandi Naya mendengar suara shower dan itu dapat diartikan kalau Arjuna sedang mandi. Naya mengecek jam diponselnya dan sekarang sudah pukul setengah tujuh pagi. Naya mengintip kebalik selimut dan melihat pakaian yang ia kenakan masih lengkap. Dia juga meraba-raba kepalanya dan merasa rambut palsunya juga masih terpasang dengan baik. Naya pun menghembuskan nafas lega.

"Eh! Kamu udah bangun?" Tanya Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi.

Kali ini Arjuna keluar sudah mengenakan kaos putih polos dan celana panjang. Tidak bertelanjang dada seperti terakhir kalinya. Ia terlihat sedang menggosok-gosok rambutnya yang basah menggunakan handuk. Sepertinya Arjuna habis keramas.

"U--udah pak." Sahut Naya.

"Buruan mandi. Kita harus segera berangkat sebelum seminarnya dimulai." Kata Arjuna.

Naya menurut. Dengan tergesa-gesa Naya berlari menuju kopernya untuk mengambil baju ganti serta beberapa barang lainnya. Kemudian Naya melesat masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk yang kemarin sempat ia gantung. Arjuna terkekeh melihat tingkah Naya yang begitu menggemaskan.

Dilain sisi, Naya yang sedang menggosok giginya menatap pantulan dirinya dicermin. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Bagaimana bisa pagi ini dia terbangun diatas ranjang setelah jelas-jelas semalam dia memutuskan untuk tidur dilantai. Apa mungkin karena merasa kedinginan tanpa sadar Naya merangkak naik keatas ranjang? Mungkin bisa juga jika dijelaskan seperti itu.

"Nata! Saya tunggu kamu di restoran. Kita sarapan disana." Suara Arjuna  terdengar setelah ketukan pintu.

"Iya pak." Jawab Naya kemudian. 

Seusai mandi dan merapikan diri, Naya bergegas pergi menuju restoran yang ada disamping lobby hotel. Ia mencari keberadaan Arjuna yang ternyata sedang duduk manis disebuah meja dekat jendela sambil menikmati secangkir kopi dan sepotong roti. Naya menghampiri kemudian duduk dikursi satunya.

"Kamu nggak sarapan?" Tanya Arjuna.

"Menu sarapan nya ada apa aja?" Tanya Naya balik.

Arjuna menggeleng sembari mengindikkan bahu. Tapi tiba-tiba Naya melihat Arjuna menutup mulutnya yang menguap. Sontak Naya yang berniat untuk bangkit mengurungkan niat nya dan kembali duduk.

"Bapak masih ngantuk?" Tanya Naya.

"Sedikit. Kemarin saya begadang karena nggak bisa tidur." Sahut Arjuna kemudian.

Naya mengernyitkan dahi. Dia tidak percaya dengan ucapan Arjuna yang mengatakan bahwa dirinya semalam tidak bisa tidur.

Nggak bisa tidur gimana? Kan kemarin dia tidurnya nyenyak banget udah kayak kebo. Batin Naya.

"Kamu gimana? Semalam tidur kamu nyenyak?" Giliran Arjuna yang bertanya sekarang.

Naya mengangguk "Lumayan. Kemarin saya tidur lumayan nyenyak. Mungkin karena ranjang nya empuk." Jawabnya.

Arjuna membulatkan mata "Oh ya?" Tanya nya terdengar terkejut.

"Iya."

Arjuna manggut-manggut "Baguslah kalau gitu." Ujarnya kemudian.

To Be Continued.

Naya ArjunaМесто, где живут истории. Откройте их для себя