Bab 4. Rencana Gila

596 27 0
                                    

Malam minggu yang seharusnya dihabiskan bersama kekasih tercinta malah Naya gunakan untuk bertemu dengan teman-teman seperjuangannya dulu. Disamping duduk seorang wanita elegan yang sedang menyesap minuman sedangkan dikursi depan duduk pria berkacamata yang asik menyantap dimsum yang ia peroleh setelah memohon kepada wanita disebelah Naya.

Riska dan Restu, dua teman baik Naya sejak SMK. Pertemanan mereka berlanjut terus sampai ke perguruan tinggi dan tidak pernah berakhir sampai sekarang. Buktinya ditengah kesibukkan keduanya, mereka rela bertemu dengan Naya yang masih saja menganggur. Lagipula sudah hampir setahun mereka tidak berkumpul bersama disebabkan keberangkatan Naya ke luar negeri membuat ketiganya tidak dapat bertegur sapa lagi. Tapi sekarang semuanya berubah dan sepertinya menjadi lebih baik.

"Jadi sampai sekarang kamu belum dapat pekerjaan?" Tanya Riska disela-sela dia menyedot minuman.

"Ya, begitulah. Kemarin hampir aja aku kerja jadi sales yang menjual diriku sendiri." Ucap Naya gundah.

Riska menyembur sedangkan Restu tersedak. Mereka terkejut bukan main mendengar ucapan Naya. Keduanya menatap Naya yang sudah berkali-kali membuang nafas resah. Wajahnya kusut seperti baju yang tidak disetrika. Mood nya juga naik turun seperti cewek yang sedang PMS.

"Makanya lainkali kalau mau melamar pekerjaan itu lihat dulu babat-bibit-bobot dari perusahaannya. Jangan main ngelamar aja. Untung aja kemarin bisa kabur kalau kamu ditangkap terus disekap dan dipaksa melayani pria-pria cabul itu, gimana?" Ucap Riska menasehati.

Naya menunduk lemas. Dia hanya bisa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia biasa sepertinya hanya bisa menunggu Tuhan berkehendak. Naya memang wanita cerdas dan ceria namun terkadang dia bisa berubah menjadi orang yang paling pesimis sedunia.

"Ditempatku ada lowongan sih." Ujar Restu setelah menghabiskan makanannya. Restu adalah tipe orang yang langsung silent mode jika sudah berurusan dengan yang namanya makanan.

Perkataan Restu berhasil mengembalikan semangat Naya yang berkobar. Ia mengangkat wajah, menatap Restu penuh harapan.

"Posisi apa?" Tanya Riska.

"Asisten direktur." Jawab Restu kemudian.

"Gajinya?" Tanya Riska lagi.

Restu berdehem panjang "Seingatku kayaknya diatas tujuh deh."

Wajah Naya sumringah seketika. Ia menatap Riska dan Restu bergantian sebelum akhirnya angkat bicara.

"Aku mau dong ngelamar ditempatmu, siapa tau diterima. Lagipula jadi asisten direktur doang aku pasti bisa." Kata Naya percaya diri.

Riska menjentikkan jari tanda setuju "Bener banget. Naya kan anaknya rajin, pintar dan masih banyak lagi kelebihan yang dia punya. Dan dengan kelebihan itu aku yakin kalau Naya cocok kerja jadi asisten direktur. Dilihat-lihat Naya juga cantik. Jadi nggak bakalan malu-maluin banget lah kalau dibawa ketemu klien." Dukung Riska.

"Itu dia masalahnya. Pak bosku mintanya sama HRD kalau asistennya itu harus laki-laki. Dia nggak mau kalau asistennya perempuan." Jelas Restu.

"Aneh. Dimana-mana asisten itu ya emang perempuan. Kayak papaku tapi karena asisten dia perempuan, dia jadi selingkuh sama jalang itu." Kekeh Riska mengingat masalah keluarganya "Bos mu masih single?"

"Single kayaknya. Itu masalah pribadi dia mana mungkin aku tau. Aneh-aneh aja pertanyaanmu."

"Gajinya lumayan padahal." Gumam Naya.

Kembali Naya lesu dibuatnya.

"Harus laki-laki ya." Riska mengetuk dagunya berpikir. Ia melirik ke Naya dan memperhatikan setiap inci tubuhnya.

"Gimana kalau kamu menyamar aja jadi laki-laki supaya bisa masuk diperusahaan tempat Restu bekerja." Lanjut Riska mencetuskan ide gila.

Untuk yang kedua kalinya Restu tersedak makanan sedangkan Naya kaget mendengar pemikiran tidak wajar Riska. Bagaimana bisa Riska mendapatkan ide segila itu? Kawan nya yang satu ini sepertinya sudah terlalu lelah dengan masalah keluarganya sampai-sampai lupa bagaimana caranya berpikir jernih.

"Nggak! Itu penipuan, Riska. Aku nggak mau menipu cuma untuk bekerja di perusahaan orang lain. Nanti kalau aku ketahuan terus dituntut dan dipenjara gimana?" Tanya Naya panik sendiri.

"Yaudah kalau kamu emang nggak mau. Sekarang kirim CV kamu ke aku, buruan!" Titah nya tiba-tiba.

"Buat apa?" Tanya Naya.

"Aku akan bantuin kamu masuk perusahaan papaku. Kalau udah aku yang merekomendasikan orang, HRD nggak akan menolak bahkan kamu bisa langsung kerja tanpa harus di wawancara."

"Itu aku makin nggak mau lagi. Kamu udah terlalu sering membantu aku waktu kuliah dulu bahkan sampai sekarang aku belum bisa membalasnya. Jadi aku nggak bisa menerima bantuan kamu lagi, aku nggak enak." Tolak Naya halus.

"Itu dia makanya kamu nurut aja. Aku jamin rencana ini bakalan sukses dan kamu nggak akan ketahuan. Jadi kamu mau ya."

"Riska! Jangan gila deh, nanti kalau sampai ketahuan aku juga pasti bakalan kena getahnya." Protes Restu tidak terima.

"Nggak akan. Kalau sampai ketahuan aku yang akan mem-back up kalian. Jadi tenang aja dan jangan khawatir. Lagipula aku ada tujuan lain kok. Jadi aku nggak akan membiarkan rencana gila ini terbongkar." Kata Riska kemudian.

Naya dan Restu saling pandang sejenak kemudian setelahnya Riska tiba-tiba menyeret Naya untuk ikut dengannya. Orang yang diseret hanya bisa berontak dengan hasil nihil. Kini mereka bertiga dengan mengendarai mobil Riska pergi untuk menuju mall.

"Kita ngapain kesini?" Tanya Naya yang masih saja ditarik oleh temannya itu.

"Mau beliin kamu barang-barang yang akan semakin meyakinkan orang kalau kamu itu memang seorang laki-laki." Jawab Riska.

Tangan Naya dilepas oleh Riska setelah mereka tiba disalah satu gerai yang menjual pakaian pria. Restu dan Naya mengikuti langkah Riska yang sudah lebih dulu masuk kedalam gerai tersebut. Tampak Riska yang asik memilih-milih jas dan kemeja di etalase toko ditemani oleh seorang pramuniaga wanita.

"Untuk pacarnya mbak?" Tanya si pramuniaga itu kepada Riska.

"Bukan. Tapi untuk dia..." sahut Riska sambil menunjuk kearah Naya.

"Aku?" Tunjuk Naya ke dirinya.

"Iya, kamu harus berpakaian seperti laki-laki jika ingin menyamar menjadi mereka." Kata Riska kembali mengeluarkan ucapan tidak warasnya.

Riska meminta Naya untuk memutar tubuhnya dan gadis itu menurut saja. Ia memperhatikan dengan detail setiap inci tubuh Naya. Dan akhirnya Riska menggeleng.

"Tolong ukuran yang lebih kecil lagi. Temanku ini punya badan ramping yang susah sekali dicari ukuran pasnya."

"Kamu lupa kalau ini adalah pakaian pria. Jelas saja kalau tidak ada yang pas buatku." Protes Naya.

"Udah jangan banyak omong. Sekarang ganti lagi. Sebelum kita menemukan pakaian yang pas untuk kamu, kita nggak akan beranjak dari tempat ini."

"Iya, nona Riska."

Dengan terpaksa Naya kembali masuk kedalam ruang ganti pakaian untuk mencoba baju yang dipilihkan oleh Riska.

"Sebenarnya apa tujuan lain kamu? Kenapa kamu bersikukuh untuk memasukkan Naya ke perusahaan tempatku bekerja?" Tanya Restu yang tampaknya mulai curiga.

"Aku mau Naya menjadi mata-mataku." jawab Riska.

"Siapa yang mau kamu mata-matai disana?"

Riska tersenyum lalu menoleh ke Restu yang duduk disebelahnya "Bosmu, Arjuna Abimana." Katanya.

To Be Continued.

Naya ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang