Bab 22. Hari Baru

386 16 0
                                    

Sejak tiba diparkiran, Naya seakan tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum. Perlahan Naya melangkah masuk kedalam gedung kantor masih dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. Ia menekan tombol lift dan selang beberapa saat pintu lift pun terbuka. Lift membawa Naya naik menuju lantai dimana tempat kerja nya berada. Setibanya disana, bergegas Naya keluar dan menyapa para pegawai yang sudah lebih dulu tiba.

Mereka semua saling pandang satu sama lain. Bingung dengan tingkah wanita asing yang baru saja tiba. Restu terkekeh melihat reaksi orang-orang kantor sebelum akhirnya membalas sapaan Naya kemudian menghampiri kawannya itu. Restu merangkul bahu Naya kemudian mengajaknya ber tos ala-ala.

"Widih. Kayaknya ada yang lagi seneng nih." Ungkap Restu.

Naya tersenyum "Iya dong. Akhirnya setelah sekian lama aku bisa balik jadi diri aku sendiri. Tanpa harus menyamar jadi orang lain, kalau gitu gimana nggak senang coba." Balas Naya.

Sementara itu, disisi lain Arjuna masih berada didalam ruangan menanti kedatangan Naya. Dia yakin kalau Naya pasti akan menghampirinya untuk sekedar berbasa-basi. Sejak tadi Arjuna sibuk memikirkan akan bagaimana dia menyambut Naya yang akan datang dengan penampilan barunya. Memujinya, biasa saja atau....

Tok tok tok

Sontak Arjuna menoleh kearah pintu. Dari balik pintu terlihat kaki seseorang yang Arjuna yakini adalah Naya. Benar tebakkan nya bahwa Naya akan datang ke ruangannya. Seketika itu juga pikirannya buyar, Arjuna membeku sesaat namun setelah itu kembali bersikap normal.

"Masuk."

Pintu pun terbuka dan menampakkan sosok Naya yang berjalan kearah meja Arjuna berada. Arjuna mencoba untuk mengendalikan diri dan berusaha sebaik mungkin agar Naya tidak mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang. Ia pura-pura acuh dengan menyibukkan diri membaca dokumen diatas meja.

"Pak." Suara Naya yang lemah lembut menembus telinganya.

Arjuna hanya berdehem menjawab panggilan sebelum akhirnya mengangkat wajah dan menatap Naya. Arjuna yang awalnya berniat mempertahankan kesan dinginnya dihadapan Naya seketika jadi gagal fokus saat melihat Naya yang tersenyum kepadanya. Arjuna tidak percaya kalau Naya bisa menjadi secantik ini. Ia sampai memandangi Naya dari atas ke bawah. Meneliti setiap inci penampilan Naya yang berhasil memukau nya.

Selama ini Arjuna selalu melihat Naya mengenakan jas kedodoran yang sangat tidak enak dipandang. Namun kini Arjuna dibuat terpaku seakan dia dipaksa untuk memandangi Naya yang memancarkan kecantikkan. Naya terlihat sangat manis dibalut kaos putih lengan pendek yang diberikan outer berupa vest warna kuning bermotif bunga. Kaki rampingnya sangat sesuai saat mengenakan celana jeans warna dark blue. Dan ditutup dengan pemilihan sepatu converse warna putih yang dirasa pas.

Pindah kebagian rambut. Biasanya Naya memasang rambut palsu dikepalanya namun kini Arjuna jadi tahu kalau Naya memiliki rambut hitam legam yang sehat. Rambut Naya dicepol rapi membuat rahangnya lebih berbentuk dan juga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Dahinya ditutupi poni tipis-tipis yang membuat Naya jadi lebih menggemaskan. Arjuna tidak menyangka kalau ia akan kehabisan waktu untuk menatap betapa cantiknya Naya.

"Pak?"

Suara Naya memecah lamunan Arjuna. Ia menggelengkan kepalanya mencoba untuk menyadarkan diri sendiri. Kemudian Arjuna menatap Naya yang masih berdiri ditempat yang sama dengan senyuman yang sama.

"Ada apa?" Tanya Arjuna.

"Saya cuma mau bilang terima kasih karena memberikan saya kesempatan untuk lanjut bekerja dengan bapak. Terima kasih banyak, pak."

Arjuna manggut-manggut "Sama-sama. Lagipula kamu nggak perlu berterima kasih. Kan saya udah bilang kalau kamu itu kompeten dan layak menempati posisi kamu sekarang." Ujar Arjuna.

"Tapi tetap aja saya harus bilang terima kasih ke bapak karena kalau bukan bapak yang bersedia menerima saya, nggak mungkin saya masih bekerja disini." Balas Naya lagi.

"Jangan memuji saya secara berlebihan gitu nanti setelah kamu mendapat tugas-tugas dari saya, saya yakin kalau kamu akan menarik semua kata-kata kamu barusan."

Naya menggeleng "Nggak mungkin."

Arjuna tidak lanjut menanggapi perkataan Naya. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Naya dan berdiri berhadapan. Arjuna tiba-tiba saja mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

"Saya Arjuna, kamu?" Pertanyaan yang sama saat Naya masuk pertama kali sebagai Nata.

Naya tersenyum geli sebelum akhirnya menjabat tangan Arjuna "Kanaya Pratesha Putri panggil aja Naya." Ujar Naya memperkenalkan diri nya yang sesungguhnya.

"Nama yang bagus, tapi akan saya panggil kamu Kanaya, keberatan?" Tanya Arjuna.

Sesaat senyum Naya luntur mendengar panggilan Arjuna untuknya namun setelahnya ia kembali tersenyum bahkan lebih lebar "Sama sekali tidak." Jawabnya.

"Selamat bergabung dan selamat bekerja."

***

Naya duduk di pantry sambil merebahkan kepalanya dimeja. Ia masih terdengar terengah-engah karena habis berlari kesana-kemari untuk mengantar kan segala macam kebutuhan Arjuna. Naya tidak tahu kalau ini semacam balas dendam Arjuna kepadanya atau dia saja yang baru sadar bahwa Arjuna memang tukang perintah.

"Kanaya buatkan saya kopi."

"Kanaya ambilkan berkas diruang file."

"Kanaya belikan saya makan siang."

"Mana berkas yang saya minta, Kanaya."

Dan masih banyak lagi perintah yang Naya terima dari Arjuna. Rasanya Naya ingin sekali berteriak didepan muka Arjuna dan meminta dia untuk berhenti memerintahnya dan membiarkan nya untuk beristirahat sejenak barangkali satu menit saja. Namun permintaan Naya seakan dihempas jauh-jauh bahkan sebelum dia sempat mengatakannya. Kalau begini, mau jadi Naya ataupun Nata rasanya sama saja. Tetap menderita.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya mbak Puput yang baru tiba di pantry.

"Aku baik cuma bos kita tuh yang kayaknya kenapa-napa. Hobi banget menyiksa orang lain." Gerutu Naya.

Mbak Puput terkekeh "Ternyata kamu mau jadi Naya ataupun Nata sama aja ya, sama-sama tukang protes." Ujar nya meledek Naya.

Mendengar ejekkan mbak Puput terhadap dirinya, Naya malah tertawa. Dia juga baru sadar kalau dia sama saja dengan dirinya yang kemarin. Naya dan Nata adalah dirinya sendiri jadi tentu saja memiliki kesamaan yang signifikan.

"Iya ya." Timpal Naya. 

Tanpa Naya sadari Arjuna memperhatikan nya dari kejauhan. Melihat Naya tertawa lepas membuat hatinya tentram dan hangat. Mungkin itu juga yang menjadi alasan mengapa Arjuna selalu saja merasa hampa jika Naya melangkah pergi dari ruangan nya. Arjuna sengaja memberikan banyak pekerjaan yang tidak masuk akal kepada Naya hanya agar Naya mendatangi ruangan nya. Walaupun Naya selalu datang dalam keadaan wajah nya yang ditekuk sebab menahan marah. Tapi membuat Naya kesal kini sudah menjadi rutinitas Arjuna setiap hari nya.

Mungkin Arjuna yang setampan namanya itu sudah jatuh cinta kepada seorang Naya yang cerdas, telaten dan gigih.

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now