Bab 11. Kopi Kesukaan

330 20 0
                                    

Seusai menyelesaikan makan siangnya, para karyawan kembali ke meja kerja mereka untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda dan tidak terkecuali dengan Naya. Dengan perut kenyang, Naya kembali menyibukkan diri menatap layar monitor yang terpampang file-file yang baru saja ia terima dari Arjuna. Atasannya itu meminta Naya untuk me-revisi beberapa dokumen dan tahu dengan tanggung jawabnya, Naya pun segera mengerjakan nya.

Dari dalam lift keluar sosok yang sudah tidak asing lagi bagi seisi kantor. Arjuna melangkah menuju ruangan nya dan diikuti oleh Wisnu yang berjalan dibelakang. Membiarkan kakak sepupu sekaligus bos-nya itu memimpin langkah. Kedua nya tiba diruangan Arjuna dan si pemilik tempat bergegas duduk dikursi singgasana nya. Wisnu cukup heran dengan Arjuna yang masih saja mempertahankan interior lama kantornya yang sudah ada sejak jaman bahula.

Terakhir kali Wisnu datang sekitar dua tahun lalu dan pemandangan nya masih sama seperti dahulu kala. Sedikitpun Wisnu tidak dapat menemukan perbedaan yang signifikan diruangan tersebut. Sepupu nya yang satu ini memang agak lain. Bisa dibilang sedikit unik dari orang kebanyakkan.

"Jadi, kamu ngapain datang kesini?" Tanya Arjuna sambil memandangi Wisnu yang masih berdiri ditengah ruangan.

Orang yang ditanya belum merespon. Sesaat kemudian ia bergerak kearah sofa sebelum akhirnya duduk disana.

"Gimana caranya kamu merawat semua barang-barang ini? Tapi memang nya kamu nggak bosen dengan pemandangan yang sama selama bertahun-tahun."

"Itu bukan jawaban dari pertanyaanku." Kata Arjuna sinis.

Wisnu yang sedari awal masih celingak-celinguk melihat seisi ruangan mendadak berhenti bergerak untuk sesaat setelah mendapati dirinya ditatap tajam oleh Arjuna yang minta diberi penjelasan. Bukannya takut Wisnu malah tertawa melihat wajah Arjuna.  Tidak ada yang lucu hanya ada ekspresi datar diwajahnya tapi itu jadi arti lain bagi Wisnu.

"Santai. Aku kesini cuma mau mentraktir karyawan kamu. Anggap saja sebagai perkenalan diri supaya ke depannya kamu dan para pegawai dapat menerimaku sebagai GM yang baru." Sahut Wisnu.

Pria itu melirik ke arah jam tangannya kemudian menarik keluar ponselnya dari dalam saku untuk mengecek sesuatu.

"Sepertinya pesanan ku sudah sampai. Ayo keluar." Ajak Wisnu sambil melangkah pergi.

Arjuna merengut kesal tapi ia malah menurut dan mengikuti Wisnu yang pergi keluar dari ruangan nya. Tampak Wisnu sedang berbicara kepada seorang pria berhelm yang membawa beberapa kopi pesanannya. Setelah menerima tip, pria itu pun beranjak pergi meninggalkan kantor dan menyerahkan barang bawaannya kepada Wisnu.

"Selamat siang semua."

Para karyawan seketika menoleh begitupula Naya. Arjuna ikut bergabung namun berdiri terpisah dengan semua orang. Menatap Wisnu penuh kecurigaan dari sudut ruangan.

"Sebelumnya perkenalkan saya Wisnu. Sebagaimana yang sudah kalian semua ketahui bahwa saya yang akan memegang posisi GM di Hotel Resil. Jadi saya minta tolong kerja sama dan bantuan semuanya supaya saya dapat menjalankan tugas ini dengan baik. Saya nggak bisa memberi banyak hanya segelas kopi untuk masing-masing orang."

Wisnu mulai membagikan kopi ke setiap meja dan para pegawai dengan senang hati menerimanya. Arjuna yang bos mereka saja tidak pernah melakukan hal semacam ini sedangkan Wisnu yang baru muncul sejak hilang selama beberapa tahun datang dan memperlakukan mereka seakan dia sangat membutuhkan bantuan mereka.

Meja terkahir yang Wisnu kunjungi adalah meja Naya. Dan sisa satu kopi yang dipesan oleh Wisnu yang khusus untuk Naya.

"Terakhir buat Nata, Moccacino."

"Makasih pak." Ucap Naya sembari menerima pemberian Wisnu.

Wisnu tersenyum "Sama-sama." Balasnya lalu mengedipkan sebelah matanya.

Naya yang menerima kedipan mata seperti itu jadi merasa aneh. Dia tidak tahu bagaimana laki-laki mengekspresikan perasaan mereka namun dengan mengedipkan mata bukanlah salah satunya. Melihat kepergian Wisnu, Naya jadi berpikir soal kopi yang baru saja ia minum. Rasa moccacino adalah rasa favoritnya.

Naya menoleh ke mbak Puput yang kebetulan duduk disebelahnya.

"Mbak dapat kopi apa?" Tanya Naya.

"Ekspresso, kenapa?" Tanyanya balik.

"Nggak, soalnya aku dapat moccacino makanya penasaran yang lain dapet apa?" Tanya Naya lagi.

Mbak Puput berdiri dan bertanya kepada rekan-rekan kerja yang lain mengenai rasa kopi yang masing-masing dari mereka dapatkan. Dan jawabannya sama seperti yang mbak Puput berikan kepada Naya yaitu Ekspresso. Kopi hitam yang Naya sangat tidak sukai sebab rasanya pahit.

"Kamu doang yang dapet moccacino. Yang lainnya sama kayak aku, ekspresso." Kata mbak Puput kemudian.

Okey, ini jadi semakin aneh. Bagaimana bisa hanya Naya yang mendapat rasa kesukaannya? Jika diingat-ingat lagi penyebab Naya mulai mencoba untuk menikmati kopi adalah Wisnu. Dia juga yang menyarankan Naya mencoba moccacino katanya rasanya sesuai dengan Naya yang tidak suka pahit.

Ditengah kegelisahannya tentang rasa kopi, Naya menerima panggilan dari Arjuna lewat telepon yang ada dimejanya.

"Dokumen yang saya kasih ke kamu kenapa belum dikirim juga?" Kata Arjuna di sebrang sana.

Seketika Naya mengingat tugasnya yang belum sempat ia selesaikan karena pembagian kopi dadakan dan kini pikirannya terganggu sebab alasan dibalik moccacino yang sampai ditangannya.

"Maaf, pak. Masih ada beberapa yang harus di revisi. Tapi sebentar lagi selesai dan segera saya kirim ke bapak." Sahut Naya kemudian. 

"Cepat!"

Arjuna menutup telepon secara sepihak bahkan tidak memberikan Naya kesempatan untuk melanjutkan pembicaraan. Dengan tergesa-gesa Naya membuka dokumen dikomputernya dan memilah yang mana yang akan dia revisi lebih dulu. Wisnu yang menatap Naya dari dalam ruangan merasa kasihan sebab dia yang harus memiliki bos kejam macam Arjuna.

"Perasaan tadi kamu baik sama Nata tapi kenapa sekarang jadi jahat lagi?" Tanya Wisnu sembari melangkah menuju meja Arjuna.

"Dia nggak mengerjakan tugas dengan benar tentu aja aku marah lagipula sikap baikku tadi hanya sebuah rasa bersalah. Kemarin aku membawanya pergi tanpa membiarkan dia makan terlebih dahulu dan itu juga yang menjadi penyebab dia pingsan. Aku cuma mau menebus kesalahanku tapi karena sekarang dia sudah baik-baik aja, aku akan kembali menjadi diriku sendiri." Jawab Arjuna panjang lebar.

Penjelasan yang baru saja Wisnu dengar membuat dia tercengang. Bukan karena ucapan Arjuna melainkan sebuah kejadian langka yang tidak pernah Wisnu lihat sebelumnya. Selama ini yang Wisnu tahu ialah Arjuna merupakan tipe orang yang sedikit bicara tapi hari ini untuk yang pertama kalinya Wisnu mendengar Arjuna bicara sebanyak dan sepanjang itu. Jika bisa, Wisnu ingin sekali memasukkan nya kedalam buku rekor.

"Masa?" Tanya Wisnu pura-pura tidak percaya.

Arjuna membungkam mulutnya. Namun melempar tatapan membunuh kepada Wisnu yang cekikikan.

"Iya, iya percaya. Kamu gampang banget tersulut emosinya. Ingat, jangan hobi marah-marah entar cepet tua kalau cepet tua kamu nggak akan dapat pacar. Emangnya mau jomblo sampai maut menjemput?" Ledek Wisnu.

"Terserah. Tapi aku masih belum percaya tujuan kamu jauh-jauh datang kesini cuma untuk membagikan kopi, kamu pasti punya tujuan lagi kan?" Tanya Arjuna curiga.

"Emang kamu satu-satunya orang yang mengerti aku. Sebenarnya aku datang kesini mau lihat seseorang." Jawab Wisnu kemudian.

Arjuna mengernyitkan dahi "Siapa?"

To Be Continued.

Naya ArjunaWhere stories live. Discover now