•11•

56 12 4
                                    

Rasa penasaran membuatnya berjalan menuju rumah kediaman Kim. Sepanjang jalan, pepohonan besar mengitari. Juga bunga delphinium berbagai warna berjajar rapi. Dan buah beri yang tumbuh liar.

Kakinya seketika terhenti. "Ini seperti di mimpi." Mendekati bunga itu dan mengelus kelopak kecil biru.

'Hyung !!' suara manis memanggilnya. Di tolehkan kepala ke arah suara.

Sebuah tangan memakaikan mahkota bunga delphinium biru. Tersenyum sangat indah.

"Bersyukur di setiap detiknya. Ikhlas setiap saat dan memaafkan setiap yang terjadi. Itu kunci dari kehidupan." Sebuah suara terngiang di pendengaran Chan.

Rasa sakit menjalar di kepala. Di pegang kuat-kuat ke dua sisi kepala. Sangat sakit tidak tertahankan.

"SIALAN !! BERHENTI SAKIT !!" Teriak Chan tanpa sadar sambil memukul-mukul kepala. Sakit luar biasa hingga jatuh berlutut.

Terdengar suara kaki belari-lari. Bahu Chan di pegang "Anda gak apa-apa ? Apa ada yang sakit ?" Tanya seseorang itu.

Penglihatannya memburam akibat sakit. Keringat dingin mengalir deras dari dahi. Di paksa melihat seseorang yang bertanya itu. Tapi, ia sudah jatuh tidak sadarkan diri.

"Gak bisa. Saya harus bawa Chan hyung pulang. Ini akibat ia terlalu memaksakan diri." Tegas Minho.

"Inilah kenapa aku tidak suka. Selain kamu tidak bisa setia pada Chan. Kamu juga suka mengatur. Hei sekretaris Lee, bekerjalah dengan baik." Cerca kakek.

Minho terkejut mendengar cercaan kakek Chan. Sebegitu jahatnya dia. Sampai kakek berucap seperti itu.

"Kamu tau segalanya. Tapi pilih untuk diam. Karena ingin setia pada mantan direkturmu !? Lebih baik jelaskan sebelum hancur karena Chan mengetahui segalanya." Kakek lalu meninggalkan Minho yang terdiam.

Menggenggam erat ponsel yang terus bergetar. Tertulis 'Tuan Bang' di layar. Bukan tanpa alasan kakek tidak menyukai Minho. Setiap gerakan dan perlakuan Chan selalu di pantau oleh Minho. Sedikit ada yang aneh, langsung di laporkan ke Ayah Chan.

Seperti sekarang ini, Chan di bawa pulang oleh seseorang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Saking terlalu panik, Minho langsung memberikan laporan ke Tuan Bang atau Ayah Chan untuk di beri solusi.

Tuan Bang meminta Chan untuk di pulangkan. Tetapi di tolak oleh Kakek Chan. Karena itulah mereka beradu mulut. Minho langsung mendapatkan cercaan dari kakek.

Sakit tapi harus bagaimana.

"Bilang sama ayah. Aku masih ingin disini." Ucap Chan tiba-tiba.

"Tapi hyung-"

"Keluarlah. Aku mau istirahat."

Minho mendengus kasar dan meninggalkan lelaki lemah itu terbaring.

Chan sudah membalik badan. Menatap lurus arah jendela lalu menutup wajah dengan bantal. Perasaannya saat ini merasakan rindu luar biasa pada seseorang yang masih menjadi bayangan. Tak tahu harus bagaimana, sangat ingin bertemu langsung.

Hampir dua jam Chan bergelung di kamar. Sampai terdengar suara ketukkan. Pintu kamarnya di buka, terlihat kakek masuk ke dalam.

"Turun, ayo kita makan malam." Ajak kakek dan jawab anggukan oleh Chan.

belle àmeWhere stories live. Discover now