•24•

65 17 2
                                    

Chan menjatuhkan ponselnya kala mendengar ucapan dari Minho. Berlari keluar meninggalkan rapat yang sedang berlangsung. Masuk ke dalam mobil yang sudah di sediakan. Memberi perintah supir untuk melaju kecang menuju bandara.

"hyung, caffe Seungmin terbakar. Mereka di serang orang. Sekarang Seungmin di rumah sakit gak sadarkan diri." Terngiang ucapan Minho lewat telepon.

Meremas rambutnya, cemas luar biasa di rasa Chan. Merapalkan segala doa berharap terbaik untuk Seungmin si kekasih hati. Berlari masuk ke dalam bandara, rasanya mengapa begitu jauh walaupun sudah berlari. Merengek di dalam hati bagai anak kecil yang kesal.

Chan membeli tiket lalu harus menunggu 45 menit keberangkatan. "Kenapa harus menunggu lagi." Gerutu Chan.

Ponselnya bergetar

"APA KAMU GILA CHAN !! KENAPA MENINGGALKAN RAPAT DI SAAT ITU RAPAT PENTING INVESTOR !!" Pekik Ayah lewat telepon.

"BAGAIMANA KAMU BISA DI SEBUT PEMIMPIN BERTANGGUNG JAWAB !!"

"AKU GAK MAU TAU !! KALAU SAMPAI ANGKA INVESTASI PERUSAHAAN TURUN. HABIS KAMU." Ancam Ayah.

"Maaf ayah. Aku tidak bisa melakukan pekerjaan ini lagi." Ucap Chan penuh sesal.

"Apa karna Seungmin ? Aku rasa dia sudah mati." Sarkas Ayah.

Chan mendelik marah menggengam kuat ponsel. "Apa ini perbuatan Ayah ?"

"Cih. Gak ada gunanya aku mengotori tangan untuk lelaki lemah penyakitan begitu." Hina Ayah.

Chan menarik nafas "Kalau dalang di balik ini terbukti ayah. Siap-siaplah Ayah akan ku habisi." Ancam Chan dengan membalikkan kata.

"SIALAN !! BERANINYA !! Teriak Ayah dan langsung diputus.

Chan menunggu dengan tidak tenang. Berharap semuanya baik-baik aja. "Seungmin . . . kamu harus bertahan sayang."

Akhirnya panggilan untuk keberangkatan menuju Jeju di umumkan. Chan bergegas menuju Gate.

"Ku mohon tunggu aku, Sayang. Tunggu aku." Chan terus-terus berdoa.

Kenapa semuanya berjalan lambat. Penerbangan satu jam terasa lebih tiga jam. Jantung Chan terus berdebar tidak karuan. Ia terus menginggit jari sampai menggoyangkan kaki.

Chan mendarat dengan selamat. Buru-buru mengambil ponsel mengaktifkan kembali. Begitu banyak telepon masuk. Termasuk Minho. Chan kembali menelpon balik, tidak di angkat.

Hati Chan merasa tidak enak. Berlari memanggil taksi dan masuk. Benar-benar kesal, di saat seperti ini lalu lintas macet akibat ada kecelakaan beruntun. Chan membayar taxi dan turun. Lagi-lagi ia berlari menuju rumah sakit.

"Aku sampai, Sayang." Chan bergegas masuk ke dalam. Di lihatnya, ada Minho memeluk Jisung dan kakek yang menepuk bahu Paman Kim.

TIIT .....

TIIT

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
belle àmeWhere stories live. Discover now