Yang terjadi di Pengadilan Agama

120 13 4
                                    

Setelah membuang muka dan memberi jarak duduknya, Sheena tidak mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab permintaan Kala. Perempuan itu memilih memainkan ponselnya, membuka tutup kunci layar, dan sesekali menatap keruang sidang yang baru saja keluar mantan sepasang suami istri. Terlihat si perempuan tersenyum bahagia, sedangkan si laki-laki keluar dari ruang sidang dengan wajah lesu.

Terdengar nama Kala dan Sheena dipanggil untuk memasuki ruang sidang. Ayah Kala yang duduk tidak jauh dari mereka pun beranjak dan memberi kode kepada Kala dan Sheena untuk segera masuk.

Kala sedikit melirik kearah Sheena yang sudah berdiri dengan mantabnya, seolah tidak ada keraguan sama sekali dihatinya. Berbeda dengan Kala yang saat ini berubah menjadi orang penakut.

"Ayo, Mas.." Sheena melangkah lebih dahulu memasuki ruang sidang, disana sudah ada hakim dan panitera, mereka tersenyum ketika melihat Sheena dan Kala memasuki ruangan dan mulai duduk dikursi sisi kanan dan kiri, yang disekat oleh pintu setengah badan.

"Saudara Azkala Wafa Albarkawi, dan saudari Dilara Afsheena, ini sidang ketiga dan menjadi sidang terakhir sebelum anda sah bercerai. Sebelumnya saya bacakan lagi surat keputusannya, penggugat Saudari Dilara Afsheena dan tergugat Saudara Azkala Wafa Albarkawi pada tanggal 3 Maret 2023 resmi bercer...."

"Pak," Sheena berdiri, suaranya menginterupsi hingga menghentikan Hakim membacakan surat putusan, termasuk Kala. "Pak, boleh saya mencabut gugatan cerai saya?" Ucapnya membuat semua orang yang ada didalam ruangan tersebut terperangah.

 ***

Sheena berjalan mendahului keluar dari ruangan sidang, setelah ia mencabut gugatan cerainya dan membatalkan semua putusan-putusan. Kala yang berada dibelakangnya berusaha menjangkau langkah perempuan itu.

"Terima kasih, Sheen. Sudah memberiku kesempatan." Ucap laki-laki itu sembari menggandeng pergelangan tangan Sheena.

Namun hal tidak terduga terjadi, Sheena menghempaskan genggaman itu dan mengalihkan pandangannya kearah Kala.

"Ini bukan untuk kamu, Mas. Tapi untuk Rere.. Setelah benar-benar kehilangan Mbak Sera, aku nggak mau Rere kehilangan aku juga." Ucapnya dengan tatapan yang tak tersentuh.

"Dan selama itu, kamu nggak akan menemukan sosok seorang istri didalam diriku." Ucapnya lagi, lalu berbalik menatap lurus kedepan. "Mari kita pulang." Tambahnya sembari melangkah meninggalkan Kala yang masih tertegun dengan sikap perempuan itu.

Kala mengerjap lalu mengusap wajahnya, ia memaklumi sikap Sheena seperti ini. Tidak ada seorang istri yang bisa dipermainkan hatinya itu. Meski keras kepala dan menunjukkan sikap yang tidak bersahabat, Kala tidak peduli itu. Kini yang menjadi tujuannya adalah membahagiakan Sheena sebagai istri dan ibu dari anaknya.

"Kita mampir cari makan dulu, ayo." Kala mensejajari langkah Sheena dan menggandeng tangan perempuan itu agar ikut bersamanya, tanpa persetujuan terlebih dahulu.

Ayah dan paman Kala yang ada dibelakang mereka tersenyum melihatnya.

"Meskipun sikapnya dewasa dan tegas, Kala masih seperti anak kecil yang tidak bisa menerka perasaannya sendiri." Ucap Ayahnya.

"Ya Alhamdulillah, setidaknya mereka mengambil keputusan diwaktu yang tepat." Sahut paman Kala.

***

"Kenapa kamu jadi memaksaku, Mas?" Ucap Sheena yang kini sudah ada didalam mobil, tepatnya disamping Kala yang sedang menyetir. Ia memprotes sikap Kala yang masih seenaknya sendiri.

"Mas nggak maksa, cuma kita memang perlu mengisi perut. Jaga kesehatan kamu." Jawab Kala mengganti kata 'aku' menjadi sebutan 'Mas'. Yang membuat siapapun pendengarnya menjadi meleleh. Tidak terkecuali si Sheena, hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now