Pergi tidak semudah datang

2.2K 274 23
                                    

"Mama," ucap Rere saat melihat siapa perempuan yang sedang kesakitan didepannya.

Begitupun dengan Kala, "Seraa.." laki-laki itu segera mengangkat motor yang menindihi tubuh Sera, dan perempuan itu dibantu berdiri oleh Kala.

Sheena yang ada disana seperti sedang menyaksikan adegan dalam sinetron. Pertemuan yang tidak pernah terduga, bahkan terbilang tidak mungkin, karena Sera yang selama ini diketahuinya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mata perempuan itu pun teralih dari Kala dan Rere, kemudian kembali lagi ke Kala, wajah mereka sangat khawatir.

"Tolong bukakan pintunya, She." ucap Kala meminta tolong setelah membopong Sera dipelukannya. Rere pun mengikuti laki-laki itu dari belakang. Sheena yang sadar dimintai bantuan segera berlari menuju mobil dan membukakan pintu penumpang.

"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit Sayang, kamu bertahan ya." ucap Kala pada perempuan itu.

Pemandangan yang benar-benar membuat Sheena jadi sesak dada.

"Aku gapapa, Sayang. Kenapa kamu khawatir seperti itu. Aku sangat merindukanmu dan Rere." ucap perempuan itu dengan mata berbinarnya. Kemudian beralih melihat Rere yang terduduk disamping kursi pengemudi.

"Sudahlah. Yang penting kamu harus tertolong dulu." ucap Kala. "Sheena, tolong kamu jaga Sera ya." Kala keluar dari mobil dan meminta tolong lagi pada Sheena, perempuan itu pun mengangguk.

"Terimakasih." dan Kala berputar untuk menjangkau kursi kemudi, tancap gas tanpa memperdulikan apapun.

Sheena begitu canggung didalam mobil, diliriknya perempuan yang ada disampingnya, Sera meringis kesakitan tiap kali coba menggerakkan kakinya.

"Mbak Sera gapapa kan? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Sheena pelan.

Sera pun menggeleng sembari tersenyum, "Tidak, terimakasih yaa." jawabnya. Tidak lama kemudian dia menatap Sheena yang masih belum beralih memperhatikannya. "Kamu siapa nya Mas Kala dan Rere?" tanya Sera pada akhirnya. Itulah yang ditakuti oleh Sheena.

Sheena tertunduk sebentar, apa dia harus jujur? Dengan kenyataan yang sejak awal hubungan mereka disembunyikan.

Sheena tersenyum canggung, kemudian memegang tangan Sera. "Mbak Sera jangan terlalu banyak berpikir, Mbak Sera harus kuat sebelum sampai di rumah sakit." ucap Sheena mengalihkan pembicaraan.

***

"Tolong rawat istri saya dengan baik Dokter." ucap Kala pada Ahkam yang menjadi dokter umum sekaligus yang merawat Sheena.

"Istri?" tanya Ahkam pada Kala kemudian beralih ke Sheena dengan pandangan yang penuh pertanyaan. Sheena memberi kode agar laki-laki itu berpura-pura tidak tau. "Baiklah, saya masuk dulu." ucap Ahkam yang sudah hilang dibalik pintu berwarna putih.

Sheena melihat Kala begitu khawatir, gadis kecil digendongannya pun sama halnya dengan laki-laki itu. Sheena yang masih lemas karena baru keluar dari rumah sakit juga memutuskan untuk duduk dikursi tunggu, dan kemudian baru kedua orang yang berdiri itu tersadar lalu memperhatikan Sheena.

"Mama gapapa?" tanya Rere pada Sheena, gadis itu pun meminta turun dari gendongan Kala lalu menghampiri Sheena.

Perempuan itu tersenyum sembari mengusap pipi Rere. "Tante gapapa kok." ucap Sheena yang sadar bahwa dia tidak berhak lagi dipanggil dengan sebutan Mama, karena sebutan itu hanya untuk perempuan yang ada didalam ruangan UGD. "Tante permisi mau sholat maghrib dulu ya, Rere dan Papa jaga Mama, nanti gantian biar Tante yang jaga dan kalian sholat." ucap Sheena sembari berdiri dan beranjak pergi, meninggalkan Rere termasuk laki-laki yang hanya diam melihatnya.

Semenyakitkan ini rasanya memiliki seseorang yang hanya bisa kurengkuh bayangannya saja.

Sheena berjalan dengan keadaan yang belum stabil betul. Ingin dia menangis, tapi menangisi apa? Bukankah ini sudah takdirnya? Dan kenapa tiba-tiba dia jadi perempuan lemah?

Memeluk BayangNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ