Menemukannya

3K 286 19
                                    

Sheena sudah bersiap dengan tas dilengannya, tidak lupa ponsel ditangannya yang selalu digunakan menghubungi orang suruhannya mencari Rere. Yah, dia masih dalam pencarian untuk menemukan Rere, rasa bersalahnya tidak akan bisa hilang, apalagi saat Kala juga ikut menyalahkannya.

"Mau kemana?" tanya Kala saat melihat Sheena keluar dari kamar.

"Mencari Rere." jawab perempuan itu, lalu melewati Kala.

"Dia akan datang, tidak perlu dicari." ucap Kala lagi yang membuat Sheena berhenti melangkah, lalu berbalik untuk melihat Kala.

"Apa itu benar? Artinya kamu sudah tau Rere ada dimana? Dan siapa yang menemukannya?" cercah Sheena.

Kala menggeleng, "aku tidak tau."

"Tapi, yang kamu bilang tadi?" kini Sheena dibuat bingung oleh Kala.

"Sudahlah, lebih baik kamu pergi ke kantor saja." ucap Kala sembari mengangkat panggilan masuk diponselnya.

Sheena mengernyitkan alis sembari berdecak.
Sering bertemu, tidak menjamin mengenalnya hingga dalam. Hingga kini, Sheena bingung dengan sikap Kala yang kadang lembut dan memperhatikannya, namun dilain waktu bisa keras dan kaku. Sheena ingin mencari tau tentang sifat Kala yang sebenarnya, tapi dia takut dikira perduli, dan takut juga hatinya akan luluh.

"Kenapa masih disini?" tanya Kala lagi setelah selesai mengangkat telpon.

"Aku harus apa?" tanya Sheena.

Kala menarik bibirnya sebelah, berusaha menahan tawa ketika melihat wajah bingungnya si perempuan berhati keras itu.

"Hei, Pak urat tawa putus, kamu tertawa?" sentak Sheena yang mengetahui dirinya sedang ditertawakan.

"Tidak. Sudah pergi kerja sana." perintah laki-laki itu.

Tiba-tiba Sheena menjadi kesal, merasa dirinya sedang diusir dan disuruh bekerja. Ayolah, hakikatnya perempuan itu berada di rumah, bukannya disuruh kerja. Sheena mencebik perilaku suaminya itu.

"Itu pakaian kotor di keranjang numpuk." tambah Kala.

Sheena mendelik. Tunggu sebentar, jadi yang dimaksudnya kerja itu membersihkan rumah?

"Lalu buatkan aku kopi susu, dan camilan." ucap Kala lagi, meski tubuhnya sudah hilang. laki-laki itu tersenyum sumringah dibalik tubuhnya, dia membayangkan bagaimana ekspresi Sheena.
"Kalo nggak mau, kamu bisa pergi kerja ke kantormu." tambahnya lagi, belum ada puasnya menggoda Sheena.

Dan perempuan itu pun bergegas keluar, tidak menghiraukan si Kala yang mulai aneh.

Hingga sampai diambang pintu, suara melengking terdengar.

"Mamaaaaa..."
Teriak gadis kecil yang ternyata Rere sembari berlari kearahnya.

"Reree.."
Sheena juga berlari untuk meraih putrinya yang hilang tanpa kabar satu hari yang lalu.

Setelah mereka saling bertemu, perempuan itu akhirnya memeluk Rere dengan begitu erat.

"Alhamdulillah."
Suara lirih terdengar dari depan tubuhnya yang sedang memeluk Rere.

Seperti yang dikatakan oleh Kala, Rere akan kembali sendiri. Dan sekarang benar terjadi. Sheena pun melepaskan pelukannya dari Rere, dan menggandeng putrinya untuk menghampiri dua orang yang sudah mengantarkan Rere pulang.

"Terimakasih Mbak, dan..."
Ucapnya sembari memperhatikan seorang perempuan, dan tiba-tiba tercekat saat beralih menilik laki-laki yang berdiri dibelakang perempuan itu, wajah laki-laki itu tak terlihat.

Setelah melangkah dan mensejajarkan tubuhnya disamping perempuan itu, laki-laki dengan wajah familiar itu menatap Sheena. Begitupun Sheena, dia tidak berkedip dan terus melihatinya.

"Kakaak..."
Seru Sheena akhirnya.
Dia pun langsung menghamburkan tubuhnya untuk memeluk laki-laki itu.

Ini terasa seperti sebuah mimpi, harapan yang pernah dipupuskannya tiba-tiba muncul tanpa terduga. Bahkan Sheena belum sempat mempersiapkan hati dan dirinya.
Ayaz, kakaknya yang pernah melarikan diri dan memutuskan hubungan kekeluargaan, akhirnya bisa ditemui, meski saat dipeluk laki-laki itu tak membalas sebelum benar-benar memeluk erat adiknya itu.

"Kaak, akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi, setelah kejadian itu, keluarga juga aku adikmu berantakan sekali hidupnya, kita sekeluarga sangat merindukanmu." Ucap Sheena dengan nada seraknya karena menahan isakan.

Tidak terdengar jawaban apapun, tapi Sheena merasakan jawaban itu lewat pelukan kakaknya yang begitu erat.
Hingga dia merasa, jurang pun tidak lagi dapat memisahkan mereka.

***

"Yasudah, aku kesana."
Ayaz berdiri, tanpa basa-basi dia langsung melangkahkan kakinya keluar. Setelah mendengar semua cerita tentang keluarganya, perihal ayah-ibu nya yang meninggal dan dimakamkan di TPU terdekat, juga tentang keluarganya yang beralih agama menjadi muslim.

"Tunggu Tuan, aku ikut."
Ucap perempuan yang diketahui bernama Tira. perempuan yang lembut namun tegas. Tapi, ada yang menjadi pertanyaan, kenapa sejak tadi perempuan itu memanggil Ayaz dengan sebutan tuan.

"Kak."
Panggil Sheena dibalik tubuh Tira.

"Iya?"

"Jaga Kak Ayaz, kamu orang yang baik."
Ucapnya, dan dibalas dengan senyuman oleh Tira. Dia yakin, perempuan itu mampu merubah Ayaz yang sekarang. Mungkin, Ayaz memang pernah terjatuh karena cinta, tapi bukan berarti Ayaz tidak bisa bangkit karena cinta.

"Insyaallah, Assalamualaikum."

Tira pun segera melangkahkan kakinya cepat, agar bisa menjangkau Ayaz, dan sebelum dia ditinggal. Hanya perempuan tegar yang bisa menghadapi Ayaz.

Sheena tersenyum dengan bahagianya, dia melangkah menuju kamar Rere tempat gadis kecilnya beristirahat.

Kala melangkah keluar dari kamar Rere. Kemana saja laki-laki itu saat Ayaz ada dirumahnya? Apa dia bahkan tidak mau bertemu dengan kakak iparnya?

"Mmm, Mas." Sheena memanggil Kala, dan laki-laki itu pun berhenti.

"Ya?"

"Boleh aku bertanya?"

"Ya, tentu."

"Bagaimana bisa kamu tau Rere akan pulang?" tanya Sheena.

"Kamu bertanya pada orang yang telah bersamanya selama ini." jawab Kala. "Kenapa aku harus menjawabnya?"

Sheena mencebik, lagi-lagi menyebalkan. "Aku hanya ingin tau."

Kala kembali melangkah, dia tidak memperdulikan Sheena.

"Eh Mas, tunggu dulu." Sheena masih belum selesai berbicara.

"Apa lagi?" tanya Kala.

"Kamu dari tadi dimana?" tanya Sheena pelan. "Tadi, yang mengantarkan Rere adalah kakakku yang selama ini sedang aku cari. Sebenarnya, aku ingin memperkenalkanmu padanya." ucap Sheena jujur. Meski sebenarnya hubungan itu disembunyikan, tapi setidaknya kakak kandungnya sendiri berhak tau.

"Aku ada urusan dibelakang. Oh ya, masuklah, Rere mencarimu." Kala kembali melangkah meninggalkan Sheena.

Setelah menjauh dari Sheena, Kala mengangkat telpon yang masuk diponselnya.

"Iya, halo?"

"...."

"Kerja bagus, ada pekerjaan lain lagi. Tunggu saja."

Kemudian Kala sudah memutus sambungannya.

***
Quote of the day

Ketika cinta membuatmu jatuh, bukan berarti cinta tidak bisa membuatmu kembali bangkit.

Meski bersama, aku belum bisa mengenalimu dengan benar.

Terkadang aku ingin mengenalimu, tapi aku takut akan jatuh dan tidak bisa bangun saat kamu memutuskan untuk pergi.

Pada dasarnya, kita bertemu dan bersatu hanya karena perjanjian, bukan karena prinsip berkomitmen.

Halo semuaaa, ada yang kangen nggak? Huehehe maafkeun ya baru muncul.

Regards
Umi Masrifah

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now