Sheena dan Sera Menghilang 2

2.6K 276 30
                                    

Ketiga laki-laki tersebut sampai disebuah gedung tua yang sudah tidak berpenghuni, sekelilingnya ditumbuhi tanaman liar, dan temboknya terlihat rapuh. Entah apa yang terjadi dengan gedung tersebut, tapi yang dilihat banyak bekas tembakan di tembok-temboknya.

"Apa kamu yakin mereka ada disini, Kala?" Tanya Ayaz melihat keadaan tempat itu. Pertanyaannya pun dijawab anggukan oleh Kala dengan sangat yakin.

"Eh tunggu, saya melihat ada bayangan dibalik ruang itu," ucap Ahkam setelah menelisik seluruh tempat itu dengan seksama.

"Kita harus berhati-hati." Ucap Kala sekarang, dia menginstruksikan untuk melangkah lebih pelan, dan mengecilkan suara.

Mereka pun mendekat kearah ruangan yang dimaksud, tapi belum sempat sampai ditempat itu, sebuah tembakan terdengar dan pelurunya menembus dinding tepat disamping Kala. Mereka berbalik untuk melihat siapa pelakunya, alarm bahaya langsung menginterupsi diotak mereka masing-masing.

"Tetap berhati-hati." Kala terus memperingati. Sedangkan kedua orang yang bersamanya selalu bersiaga.

Didepan matanya ada seorang pria paruh baya, "Selamat datang keponakanku. Akhirnya kamu mengunjungi tempat ini ya." Ucapnya.

Ayaz dan Ahkam mengernyitkan alis, siapa yang dimaksudnya? Dan pria itu, terlihat seperti orang yang punya gangguan psikis.

"Dimana istriku?" Tanya Kala.

"Istri yang mana? Oh ya, aku baru mendengar kabar kalo kamu menikah lagi?" Pria itu mendekat, matanya berubah penuh dendam saat mengucapkan kata yang terakhir. "Kurang ajar sekali kamu, mengkhianati Sera yang selalu setia." Dia mengarahkan pistolnya lagi kearah mereka bertiga, mungkin tepatnya hanya kearah Kala.

Ayaz dan Ahkam terhenyak, mereka waspada. Tapi Kala terlihat biasa saja, padahal pria itu mengarahkan pistol kearahnya.

Dan suara tembakan pun terdengar, bau timah panas pun tercium melewati Ayaz dan Ahkam.

"Kala." Keduanya berteriak secara bersamaan, matanya langsung tertuju kearah Kala. Dan yang dilihat, laki-laki itu sudah berpindah tempat, peluru tersebut kembali mengenai dinding.

Ayaz dengan berani melumpuhkan pria itu yang sedang lengah karena menyesal tidak mengenai sasaran. Tangannya diplintir, dan pistol pun jatuh. Kala mengambil benda tersebut.

"Dimana Sheena, katakan!" Ayaz sudah muak dengan sikap pria itu.

"Siapa dia?" Tanya pria itu.

"Lepaskan!" Ucapan itu muncul dibalik tubuh Ayaz, seseorang sudah menghadiahinya dengan pistol di kepala belakang. "Lepaskan dia!" Ucapnya lagi memperingati Ayaz. "Kamu salah bermain-main disini."

Tapi Ayaz enggan melepaskan lengan pria itu yang mulai kesakitan. Ayaz bisa berhati batu jika itu mengenai orang yang disayangnya, bukan hanya Ayaz tapi semua orang. Akan melakukan apapun untuk bisa melindungi orang yang disayang.

Kala pun dengan sigap menarik laki-laki yang menodong Ayaz dengan pistol, dia membanting tubuh laki-laki itu dengan kuat hingga pistol tersebut terjatuh.

Disini, yang menjadi kejanggalan adalah mengapa semua orang yang ada dalam gedung tersebut memiliki pistol, sedangkan untuk memiliki benda tersebut harus ada ijinnya.

"Tolong." Suara itu terdengar diruangan paling ujung, ketiganya langsung berlari kesana, setelah Ayaz bisa melumpuhkan pria yang ada ditangannya.

"Itu suara Sheena." Ucap Ayaz.

"Kita harus tetap berhati-hati, Kak." Timpal Kala.

Dan benar, kini banyak orang berlari kearah mereka, terpaksa mereka melawan. Baku hantam pun tak terelakkan, Ayaz pun tidak menggunakan pistol yang didapatnya tadi, tidak ada hak untuk merenggut nyawa seseorang menurutnya, untuk memberi peringatan saja cukup.

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now