Kejadian di cafe

2.5K 327 25
                                    

"Apa maksud kamu sih Mas? Kenapa kita nyari Ahkam?" Sheena masih bingung dengan sikap Kala, dia tidak pernah bisa mengerti maksud dari laki-laki itu. Banyak yang disembunyikan.

"Kamu akan tau." Ucap Kala lagi. Sudah beberapa kali Sheena bertanya, dan jawabannya tetap sama.

"Kenapa jawaban kamu selalu gitu? Kenapa kamu tidak menjelaskan dulu. Aku bosan Mas. Cukup, aku gak mau ikut kamu. Aku bukan Mbak Sera yang paham tentang kamu. Ada banyak hal yang harus aku urusi, dan hal ini sepertinya tidak penting untuk aku." Perempuan itu berusaha mengelak, dia ingin menjauh dari Kala mulai sekarang, tapi laki-laki itu seperti ingin menunjukkan sesuatu.

"Kamu masih emosi." Ucap Kala tidak meladeni dengan suara keras seperti halnya Sheena.

"Besok aku mau ke pengadilan. Ini sudah keputusan akhir, Mas." Sheena tidak peduli dengan yang dibicarakan oleh Kala.

***

"Dokter Ahkam, selamat pagi." Sepagi itu Kala sudah ada di rumah sakit. Dan akhirnya bisa menemui Ahkam, meski tanpa Sheena.

"Pagi, Pak Kala. Silahkan duduk." Ucap Ahkam yang sudah tau Kala akan menemuinya.

"Apa saya bisa menemui wanita yang dirawat dirumah anda, Dokter?" Tanya Kala pelan. Wajah Ahkam langsung berbeda.

Sudah beberapa tahun laki-laki itu menyembunyikan wanita itu. Tapi bagaimana mungkin Kala bisa mengetahuinya?

"Mmm, maaf. Tidak ada wanita dirumah saya Pak Kala." Ucap Ahkam. Dia mulai waspada dengan laki-laki didepannya, Ahkam tidak pernah menceritakan pada siapapun tentang wanita itu. Tidak pernah.

Kala merogoh sesuatu di sakunya, dan menunjukkan sesuatu. Yang akhirnya membuat Ahkam terkejut.

"Anda bisa ikut saya sekarang, Pak." Ucap Ahkam langsung bergegas bersama Kala ke rumahnya.

***

Kala dan Ahkam masuk kedalam rumah mewah disuatu perumahan elite. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk mereka.

"Terimakasih, Bi." Ucap Ahkam dengan senyumnya.

Kemudian mereka terus berjalan, hingga berada dibelakang rumah. Disana ada taman yang cukup luas, dengan air mancur ditengah-tengahnya. Mereka pun mengedarkan pandangan, Ahkam mencari seseorang. Dan akhirnya mereka melihat wanita paruh baya sedang asyik memetik bunga, dan meletakkannya di vas bunga.

Kala mendekat, dengan wajah yang memerah. Dari dekat dia bisa memperhatikan wanita itu dengan jelas. Wanita yang bertahun-tahun telah dicarinya.

"Ibu." Kala memanggil wanita itu, dan yang dipanggil akhirnya menoleh. Matanya nanar, airmatanya jatuh bercucuran, saat melihat Kala ada didepannya.

Wanita itu pun mendekat, "Kamu menemukanku, Nak." Dna dipeluklah Kala dengan sangat erat. Hingga membuat Ahkam ikut terharu.

***

"Jadi, Bu Indah adalah mertua Pak Kala?" Tanya Ahkam saat mereka sudah berada diruang tengah, Kala yakin untuk menceritakan semuanya pada laki-laki itu.

"Benar. Saya berterima kasih sekali karena anda mau merawat ibu selama ini." Ucap Kala yang sedari tadi mengucapkan terima kasih.

"Saya sudah menganggap Bu Indah seperti ibu saya sendiri. Setelah menemukan beliau tidak sadarkan diri di tempat yang tidak jauh dari kejadian penggerebekan para mafia tersebut, saya melihat sosok ibu bagi saya. Dan, Alhamdulillah Bu Indah mau tinggal dirumah ini." Jelas Ahkam. "Bu Indah selalu mengingatkan saya satu hal, yaitu menyembunyikan keberadaannya. Dan, ini.." Ahkam menunjukkan bross berbentuk bintang, seperti yang ditunjukkan oleh Kala sebelumnya.

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now