Memeluk Bayangan 3

3K 328 11
                                    

"Sheena," suara itu yang pertama kali didengar oleh Sheena saat tersadar. Laki-laki dengan jas putih, dan senyumnya yang simpul.

Sheena mengedip-ngedipkan matanya, karena cahaya yang ada diruangan putih itu membuat matanya buram. Dipegangi kepalanya yang sedikit pusing.

"Siapa kamu?" tanya Sheena melihat seorang dokter yang wajahnya tidak asing dalam hidupnya.

"Aku Tio, dokter sekaligus teman SMA-mu dulu dengan Emre." jawab laki-laki itu, yang akhirnya baru diingat oleh memori Sheena.

Sheena diam sebentar, "Hai, lama tidak bertemu. Kamu dokter yang merawatku?"

Tio mengangguk, "Benar, benturan keras terjadi dikepalamu saat kecelakaan mobil 3 hari yang lalu, dan mengakibatkan kamu tidak sadarkan diri. Pemeriksaan menunjukan terjadinya gegar otak ringan, tapi jangan khawatir ya. Semuanya sudah normal." jelasnya diakhiri senyuman.

"Terimakasih Dok." ucap Sheena sembari mengedarkan pandangan, mencari sosok yang ada dalam pikirannya. Kala, dimana dia? Laki-laki yang menjadi suaminya, tapi bagai orang asing dalam hidupnya. Bahkan disaat Sheena sedang membutuhkannya sekalipun.

"Cari siapa?" tanya Tio yang melihat gerak-gerik Sheena.

"Tidak." elak Sheena.

"Oh ya, kamu telah menjadi mualaf ya?" Tanya Tio lagi, sepertinya dia rindu mengobrol dengan Sheena.

Sheena tersenyum, dan mengangguk singkat.

"Alhamdulillah." ucap Tio.

"Assalamualaikum," suara itu terdengar dari ambang pintu.

"Waalaikumsalam." Sheena dan Tio membalas salam tersebut, kemudian seorang perempuan datang sembari membawa buah-buahan.

"Ya Allah, Alhamdulillah. Lo udah sadar Sheena." Alesha sedikit berlari untuk menghampiri Sheena, Tio sedikit mundur.

Sheena hanya tersenyum singkat, dia mengira Kala yang datang, tapi ternyata Alesha. Namun, dia bersyukur, masih ada Alesha yang memperdulikannya hingga sekarang.

"Kalo begitu saya tinggal, jika ada sesuatu bilang saja." ucap Tio pamit undur diri, dia melihat Sheena sudah ada yang menemani. "Cepat sehat ya Sheena, senang sekali bisa ketemu lagi denganmu."

Alesha tiba-tiba heran dengan keakraban mereka, setelah kepergian Tio, perempuan itu langsung mengalihkan perhatiannya dengan mata yang menagih penjelasan.

"Apa?" Sheena sudah menduga sahabat super keponya itu akan bereaksi.

"Gue jadi bertanya-tanya dengan ucapan dokter Tio 'senang sekali bisa ketemu lagi denganmu'. Sepertinya ada bau-bau gagal move on." ejek Alesha.

"Apaan, gue gak pernah punya perasaan ke dia ya." Sheena tidak terima.

"Bukan lo, tapi noh- si dokter cakepnya." Alesha akan jengah jika sahabatnya itu suka tidak peka.

"Sok tau lo." gerutu Sheena. "Eh, bentar deh, gue mau tanya, tapi jangan bilang siapa-siapa ya?"

Alesha mengangguk, "Apa?"

"Mas Kala kemana ya?" bisik Sheena. Yang malah mendapat tertawaan dari Alesha, perempuan itu tertawa dan menepuk-nepuk pinggiran ranjang tempat Sheena terbaring.

"Lucu tau nggak sih lo, asli LUCU banget. Mas Kala itu kan suami lo, kenapa harus bisik-bisik buat nanyain keadaannya. Aneh." Alesha masih belum bisa berhenti tertawa. Namun, bibirnya tiba-tiba terkatup seiring sebuah tangan membungkam mulutnya.

"Gue serius!" gerutu Sheena.

"Hehe oke oke," Alesha menetralkan suaranya, meski bibirnya masih berkedut. "Lah lagian lo kenapa aneh gini sih? Mas Kala itu suami sah lo, tapi kenapa untuk tanya keadaannya saja sampai bisik-bisik."

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now