Rantai Kejombloan

2.4K 286 55
                                    

"Sayang, lebih baik kamu dirumah saja. Biar Sheena yang mendampingi Rere dikegiatan study tournya." ucap Kala mensejajari Sera diranjang.

"Mas, lihat." Sera menyodorkan undangan untuk wali murid. "Ini ditujukan untuk orang tuanya Rere, dan aku Mamanya Mas. Sheena bukan siapa-siapa kita, dan gak seharusnya dia ikut dalam kegiatan itu bersama Rere." jawab Sera yang naluri egois keibuannya muncul.

"Iya iya, baiklah. Kamu bisa menemaninya, tapi kamu harus janji untuk jaga kesehatanmu dan Rere. Lagian kamu juga baru sembuh." ucap Kala sembari menggenggam tangan Sera dengan lembut.

Pemandangan yang cukup menyakitkan. Namun tidak sepantasnya dia melihat. Ya, Sheena berdiri dibelakang pintu yang sedikit terbuka, menatap lurus dimana Kala dan Sera yang sedang berbincang.

Seperti ada luka tak kasat mata dihatiku, yang berbentuk goresan dan rasanya perih. Itu saat, aku melihatmu dengannya.
Sheena mengusap wajahnya gusar, tidak sepantasnya dia menyaksikan ini, tidak sepantasnya juga dia memiliki perasaan yang membuatnya semiris ini.
Perempuan itu berbalik, namun ibu Kala sudah ada dibelakangnya dan ikut menilik apa yang dilihat oleh Sheena tadi. Wajah wanita itu penuh penyesalan. Dan Sheena yang menyadari hal itu segera mengembangkan senyum, berusaha kuat meski dibuat-buat.

"Ibu ada disini? Dengan Ayah juga? Kok nggak ngabarin bu?" tanya Sheena.

Wanita itu tidak menjawab, dia hanya menatap Sheena dengan mata nanarnya.

"Mmm, kita kedalam yuk Bu.. Rere lagi sibuk siap-siap untuk besok study tour."

"Denganmu Nak?" tanya Dila.

Sheena menggeleng, "Dengan Mbak Sera, Bu. Mbak Sera kan orang tuanya... Mari bu kedalam." ajak Sheena mengalihkan pembicaraan.

***

Keesokan harinya.

"Kenapa kamu gak ikut nganterin mereka?" tanya Ahkam.

"Lah, siapa aku? Nanti malah Mbak Sera curiga."

"Seharusnya. Sudah seharusnya dia curiga, apalagi kehadiranmu yang tiba-tiba dirumah setelah kepergiannya. Tapi, dia biasa saja kan? Itu aneh, Sheena." jelas Ahkam kemudian menyecap cappucinonya.

"Mungkin saja Mas Kala sudah ngasih alasan kenapa aku dirumah itu."

"Tanpa berkompromi denganmu?"

"Yaa," Sheena tidak bisa menjawab. "Nanti, mungkin." ucapnya asal-asalan.

"Sheena, Sheenaaa.." Ahkam tertawa tiba-tiba, membuat Sheena yang tadinya bingung jadi semakin bingung karena laki-laki didepannya.

"Hei, ada badut dimana?" Sheena mengedarkan pandangan, mencari obyek yang dianggap lucu oleh Ahkam, namun tidak mungkin yang dimaksud dia ada ditempat itu.

"Ini. Badut nya didepanku." ucap Ahkam.

"Aku?" tanya Sheena yang tiba-tiba jadi polos.

"Siapa lagi?" balas Ahkam.

"Eh, asal ngomong aja." gerutu Sheena.

"Lah kamu sendiri kan yang bilang badut."

"Ya tapi bukan aku."

"Kan kamu yang lucu, artinya kamu badut dong."

"Lucunya apasih?" kini Sheena benar-benar dibuat polos karena sikap Ahkam.

"Mukamu yang lucu. Kalo kamu gak percaya diri, jangan ngomong yang kamu anggap itu belum pasti."

"Ya, kan... Biar nanti, aku.. Apa ya, ya mungkin aja terjadi. Kita nggak boleh buruk sangka sama orang kan?"

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now