Danau

2.6K 273 27
                                    

Sheena sudah cukup lama tertidur dipundak Kala yang saat itu sedang berada dibawah pohon, dekat danau. Mereka tidak tau bahwa ada tempat senyaman seperti itu diseberang jalan raya yang penuh polusi dan hiruk pikuknya kendaraan.

Kala sesekali memandang Sheena tiap perempuan itu bergerak, takut ada yang membuatnya terganggu. Tapi, sepertinya Sheena begitu nyaman oleh sandarannya kali ini, hingga dengan posisi duduk saja dia tertidur pulas.

Andai saja, Kala menjadi laki-laki biasa, yang tidak terikat oleh pemerintah dan segala tugas negaranya, mungkin dia akan mencintai perempuan itu dengan begitu tulus dan tanpa ada ketakutan sedikitpun.

Laki-laki itu mengusap wajahnya, bicara apa dia tadi? Tidak seharusnya dia menyesali semua yang sudah terjadi. Yang perlu dia lakukan sekarang hanya membuat Sheena aman. Hatinya kali ini tidak bisa berbohong, apalagi saat melihat wajah polosnya Sheena ketika tidur. Kenapa Kala tidak menyadari bahwa selama ini Sheena mau menerimanya dengan segala resiko, bahkan kejadian tadi, yang hampir saja membahayakan nyawa perempuan itu, dan ketika Kala menyuruhnya berhenti, jawaban perempuan itu sangat mengejutkan. Sheena masih kekeh untuk tetap bersama Kala, meskipun Kala sudah bersedia melepaskannya.

"Ada apa, Mas?" Tanya Sheena yang terbangun dan melihat Kala sedang memperhatikannya. Laki-laki itu pun terhenyak dan langsung mengalihkan pandangan.

"Sudah bangun?" Tanya balik Kala.

"Hmmm." Sheena mengangkat kepalanya. Dia mengucek-ucek matanya yang sedikit kabur karna dengan paksa dibuatnya terbuka. "Maaf, aku tertidur dipundakmu, Mas." Ucapnya lagi.

"Gak apa-apa. Kamu kecapekan?" Tanya Kala berbasa-basi, baru kali ini dia lakukan.

"Enggak. Hanya saja pundakmu terlalu nyaman." Ucap Sheena tanpa terkendali. Dia segera menutup mulutnya, mengetahui kesalahan fatal yang dia lakukan. "Maksudnya, aku gak sadar kalo ketiduran. Hmm, iya itu maksudku." Perempuan itu jadi salah tingkah.

Kala berusaha menahan tawanya, melihat Sheena yang salah tingkah. "Kalo gitu terusin aja tidurnya." Ucap Kala.

"Lah, apa kita gak pulang Mas?" Tanya perempuan itu dan Kala langsung menjawab nya dengan gelengan.

"Kita tetap disini untuk sementara." Ucap Kala antara waspada dan tidak mau secepat itu berakhir waktu berduanya dengan Sheena.

"Kenapa? Apa masih tidak aman?" Tanya Sheena mulai waspada juga, dia melihat sekitarnya yang sepi. Sampai matanya lurus kearah danau dan melihat senja bersama matahari yang terbenam dengan warna jingganya yang memenuhi langit. "Subhanallah indahnya.."

Kala pun mengalihkan pandangannya searah dengan yang dilihat Sheena. Dia tersenyum. Sebenarnya dia sudah melihat itu sejak tadi. Bayangkan, pemandangan seindah itu kalah dengan wajah Sheena saat tidur, Kala lebih memilih melihat wajah Sheena daripada pemandangan itu.

Wajah polosmu ketika tidur lebih indah dari warna jingganya senja saat matahari terbenam.

"Aku sudah melihatnya sedari tadi." Dan aku lebih suka melihat wajahmu. Kala terlalu naif untuk mengatakan itu.

"Kenapa kamu tidak membangunkanku Mas? Harusnya aku bisa melihat pemandangan ini lebih lama kalo kamu membangunkanku." Ucap Sheena menggerutu.

"Aku salah?" Tanya Kala yang langsung membuat Sheena kicep.

"Enggak kok. Aku yang salah. Kenapa harus tidur." Kini perempuan itu menyalahkan dirinya sendiri, daripada mendapat intimidasi dari suaminya itu.

"Sheen."

"Iya Mas?" Tanya Sheena sembari melihat Kala. Dia langsung mengalihkan pandangan saat Kala melihatnya juga.

Kala menimang untuk niatnya berkata jujur. Tapi, apa yang dilakukannya itu benar? Kala takut, Sheena akan mundur, dan berhenti menemaninya.
Laki-laki itu merasa takut kehilangan kali ini, bahkan lebih dari rasa takut ketika kehilangan Sera sewaktu dulu.

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now