Azkala Wafa Albarkawi

5.3K 413 55
                                    

"Papaaaa,"
Seorang gadis kecil berlari sembari merengek kearah laki-laki yang sudah berada diambang pintu hendak pergi. Laki-laki itu segera berhenti dan mengurungkan niatnya. Membalikkan tubuhnya agar bisa sekali lagi melihat anak gadis kecilnya dan membujuknya agar bisa ditinggal.

Kala, itulah nama laki-laki itu. Kolonel Azkala Wafa Albarkawi, seorang perwira TNI Angkatan Udara yang sudah mengabdikan diri selama hampir 8 tahun pada Negara. Harus mengabdikan diri pula pada keluarganya. Namun sepeninggal Sera Wardah, sebagai istrinya, semakin menambah tugasnya dalam rumah tangga. Itu mungkin hal mudah, karena sejak kecil Kala memang sudah dididik menjadi orang yang mandiri, hidup sebagai anak dari anggota TNI pula mengharuskannya bisa mengurus diri sendiri dan tangguh dari apapun. Yang membuatnya sulit adalah kenangan. Dimana meninggalnya Sera adalah pukulan terbesar dalam hidupnya, namun Rere juga ada dalam masalah itu. Kala berpikir dia masih sangat kecil untuk tidak lagi mendapatkan kasih sayang seorang ibu, bagaimanapun juga didikannya tidak sama dengan didikan seorang ibu.

"Iya Nak? Papa harus pergi bertugas, kamu harus tetap dirumah. Jangan cegah Papa ya?"
Ucap Kala sembari duduk mensejajari Rere.

"Iih, siapa yang mau cegah Papa juga? Lele mau nitip."
Elak gadis kecil itu. Menggemaskan sekali.

"Nitip? Apa?"
Tanya Kala.

"Nitip mama buat Lele."
Jawab Rere yang sontak membuat Kala mendelik, dia menelan ludahnya dengan susah.

"Napa Pa?"
Tanya Rere melihat ekspresi Ayahnya yang ganjil. Laki-laki itu tidak bisa menjawab, karena mencari seorang ibu untuk anaknya, bukan seperti mencari gula untuk semut.

"Nggak apa-apa, ayo Re kita masuk, Papamu nanti telat."
Seorang wanita paruh baya muncul dari belakang, dan menarik lembut tangan gadis kecil itu, mengajaknya untuk masuk kedalam rumah. Dia ibu dari Kala, itu lah kenapa laki-laki itu bisa tenang meninggalkan putrinya dirumah, karena keamanan Rere sangat terjamin, ada Ayah dan Ibunya yang siap menjaga gadis kecil itu nonstop.

"Tapi, Papa halus janji dulu, Uti."
Rengek Rere.

"Iya, Papamu udah janji kok. Ayolah, kita masuk."
Wanita itu terus membujuk Rere yang malah melingkarkan tangannya dilengan Kala. Sedangkan laki-laki itu hanya terdiam. Bagaimana cara menjawab permintaan anak gadisnya itu? Sedangkan untuk melupakan Sera adalah hal paling sulit dalam hidupnya.

"Papa nggak jawab, Utiiii."
Gerutu Rere melihat Ayahnya hanya diam.

"Kala, jawab!"
Wanita bernama Dila itu melotot kearah Kala yang terus diam.

"Iya, Re."
Jawab Kala sekenanya. Lalu dia berdiri, meninggalkan Rere sendiri lagi tanpa seorang ibu. Apa salah? Jika Kala masih belum ingin mencari pengganti perempuan lain sebagai istrinya, apa salah? Jika Kala masih ingin menyimpan rasa cintanya pada Sera, meski istrinya itu sudah meninggal.

Ketika langkah membawa tubuhnya keluar dari rumah, dan berjalan dipekarangan, seorang pria bertubuh kekar dan tegap menghampirinya.

"Sudah mulai bertugas lagi?" Tanya Pria itu, yang bernama Kahfi, seorang Ayah yang telah mendidik Kala menjadi seperti sekarang, menjadi laki-laki yang tangguh. Meski sampai sekarang, untuk masalah hati, laki-laki itu tidak bisa bersikap tangguh.

"Iya, Yah. Tolong jaga Rere."
Ucapnya sembari mencium tangan pria itu.

"Jangan diambil hati dengan perkataan Rere, dia hanya anak kecil. Dan sebaiknya, kamu harus lebih menyikapinya dengan tenang."
Sepertinya pria itu tau apa yang tadi sedang terjadi.
"Namun, lambat laun kamu juga harus mencari sosok ibu untuk Rere."

Kala menunduk sebentar, lalu kembali mendongakkan wajahnya, menatap lagi mata Ayahnya yang ternyata setuju dengan permintaan Rere.

"Sera, adalah yang pertama dan terakhir. Jika memang nanti ada sosok ibu yang bisa menggantikan Sera, tapi Kala pastikan, selamanya dia tidak akan bisa menjadi pengganti Sera sebagai istri Kala."
Ucapannya membuat Kahfi meringis sedih. Seterpuruk itu kah putranya? Sampai harus menyiksa dirinya sendiri dengan mencintai orang yang sudah tidak lagi ada bersamanya.

Kahfi menepuk pundaknya,
"Pesan Ayah hanya satu, jangan sakiti siapapun atas keputusanmu itu."

Kala tersenyum kecut, lalu mengangguk.
"Kala berangkat dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

---

Aje gile, bapak TNI-nya ganteng get, orang indo loo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aje gile, bapak TNI-nya ganteng get, orang indo loo. Semoga ngena dihati yak, untuk ceritanya maksudku hehe.

Regards💕
Umi Masrifah

Memeluk BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang