Sheena sembuh

2.4K 267 24
                                    

"Sudah lebih baik?" tanya Kala setelah sekian hari tidak mengunjungi Sheena. Laki-laki itu meletakkan sekeranjang buah diatas nakas. Andai kalimat itu diucapkan dengan nada lembut dan wajah yang manis, mungkin Sheena akan menyahutinya dengan manis pula. Namun lihat, Kala berbicara dengan wajah datar nya lagi.

"Alhamdulillah. Dokter Ahkam merawat ku dengan telaten." jawab Sheena.

"Sudah kewajibannya." sahut Kala. Dia duduk disamping ranjang Sheena sembari menatap ponselnya.

Kemudian hanya hening dalam ruangan yang dihuni dua orang itu. Kala sibuk dengan ponselnya, dan Sheena? Dia hanya mengketuk-ketuk tepi ranjangnya yang terbuat dari besi, sembari menatap ke langit-langit berwarna putih. Sheena merasa berada dalam ruangan itu sendiri, persis sebelum Kala datang.

"Assalamualaikum, permisi Sheena." Dokter yang beberapa hari ini merawat Sheena datang. Dengan senyum sumringah perempuan itu melihat laki-laki bernama Ahkam.

"Waalaikumsalam." jawab Sheena dan Kala.

Ahkam menyadari ada Kala diruangan itu, "Oh Pak Kala ada disini juga, saya kira Sheena masih sendirian. Saya ingin memeriksanya, bisa kah anda..."

"Tentu." Kala sudah menjawabnya terlebih dahulu sebelum Ahkam menyelesaikan ucapannya. Laki-laki itu berdiri sembari memasukkan ponselnya kembali ke saku, kemudian beranjak untuk keluar. Saat sudah memegang daun pintu dan hendak mengungkitnya, namun Kala tiba-tiba berhenti. Dilepasnya pegangan pada daun pintu tersebut, lalu berbalik, berjalan dan kembali dimana posisinya tadi. Ahkam yang sudah mulai memeriksa dan mengecek kesehatan Sheena jadi berhenti.

"Saya akan tetap disini." ucap Kala.

"Itu lebih baik Pak, agar anda tau keadaan Sheena yang terbaru. Saya tadi cuman mau minta bantuan Pak Kala untuk mengambilkan catatan kesehatan yang ada diatas nakas dibelakang Pak Kala agar bisa saya cek. Tapi sepertinya ada miss." jelas Ahkam yang mengundang tawa untuk Sheena, namun perempuan itu berusaha menahannya. Sedangkan Kala? Dia ingin menenggelamkan wajahnya dibawah ranjang saja. Betapa malunya.

Kala pun mengalihkan perhatian dengan tetap bersikap datar sembari duduk lagi, menunggu Ahkam sedang memeriksa Sheena.

"Wah, kondisimu cukup membaik Sheena. Kemungkinan sore hari ini jika aku periksa dan kondisinya tetap stabil, artinya kamu sudah diperbolehkan pulang. Tapi ingat, jangan terlalu banyak gerak dulu." ucap Ahkam pada Sheena yang terdengar sangat akrab, Kala bisa mendengarnya itu.

"Siaap Dok. Terima kasih ya." balas Sheena dengan senyum sumringahnya, menyebabkan Ahkam ikut tersenyum.

"Baiklah, saya permisi dulu. Nanti sore akan saya cek lagi kesehatan Sheena. Assalamualaikum." Ahkam keluar. Kembali meninggalkan dua orang itu satu ruangan.

Sheena masih ingin tertawa saja mengingat kejadian tadi.

"Kalo pengen tertawa, tertawa saja." ucap Kala menatapnya.

Sheena yang merasa ketahuan pun akhirnya cuma bisa nyengir. Yakin mau tertawa? Meski sudah dipersilahkan, tapi rasanya aneh banget menertawakan si Kala yang lempeng itu.

"Siapa juga yang mau tertawa."

Hening. Ini yang tidak di suka oleh Sheena. Selalu berakhir garing. Perempuan itu jadi berpikir, bagaimana nasib istri Kala yang dulu, setiap hari menghadapi Kala yang super garing dan lempeng, bahkan mencintainya.

Mencintainya? Memangnya Sheena tidak mencintai Kala?

"Kamu terlihat akrab dengan Dokter Ahkam." ucap Kala.

"I-ya, dia sangat baik dan friendly. Mungkin pasien lainnya juga akan bersikap sepertiku."

Bukan itu yang aku lihat dari Ahkam. Kini Kala berbicara dalam hatinya.

Memeluk BayangWo Geschichten leben. Entdecke jetzt