Jangan pergi

3K 279 37
                                    

"Sejak kapan kamu berteman dengan dokter Ahkam?" tanya Kala setelah sekian lama saling diam didalam mobil tersebut. Mereka sekarang sedang menuju rumah. Entah bagaimana caranya, laki-laki itu bisa tau bahwa Sheena dan Ahkam berada disebuah cafe. Dan alhasil dijemput paksalah Sheena oleh laki-laki itu.

"Sejak aku sakit, dan tidak ada yang peduli." Sheena tersenyum miris. "Mengenaskan ya? Orang lain sampai kasihan sama aku."

Kala terdiam, dan Sheena sudah menebaknya. Dia sangat hapal. Setiap kali mereka mengobrol, pasti segera diakhiri dengan cara Kala diam.

"Maaf, bukannya tidak peduli. Sera baru datang, dan aku tidak bisa meninggalkannya."

"Tidak masalah, Mas. Aku harusnya sadar atas hal itu." ucap Sheena. "Loh, kenapa terus?" tanya perempuan itu saat Kala mengarahkan mobilnya tidak memasuki kompleks perumahan mereka, melainkan terus melaju dijalan raya.

"Aku hanya ingin bicara denganmu." ucap Kala dengan seriusnya. Ah ayolah, selama ini laki-laki itu memang selalu serius.

"Dirumah kan kita bisa bicaranya mas?" Ucap Sheena.

"Sudahlah. Jangan mendebatku." Sergah Kala yang langsung buat kicep Sheena.

"Hmm baiklah."

"Bagaimana denganmu?" Tanya Kala tiba-tiba, Sheena dibuat bingung olehnya.

"Ada apa denganku?" Tanya Sheena bingung.

"Mmm, tidak. Lupakan saja lah." Ucap Kala meralat ucapannya.

"Baiklah." Sheena kembali menatap lurus jalanan. Dia tidak tau akan diajaknya Kala kemana.

"Mas," ucap Sheena kemudian, ada unek-unek yang akan diungkapkannya, yang selama ini membuatnya semakin bimbang. "Boleh aku tanya?"

"Tentang Sera?" Tanya Kala langsung, yang menohok. Sesuai dengan apa yang akan ditanyakan Sheena.

"Dia sudah tau." jawab Kala.

Sheena terkejut, "Haa? Seriously?"

"Hmmm." Jawab Kala dengan gampangnya.

Ini Sera sudah tau loh. Dan Kala biasa saja? Sebentar, bukan hanya Kala, tapi Sera, perempuan itu sudah tau, namun tidak ada reaksi apapun pada Sheena. Aneh bukan?

"Benarkah? Tapi, sikapnya kok..."

"Dia perempuan yang baik. Dia tidak akan marah kalo tidak salah." ucap Kala.

Kini Sheena setuju dengan Kala, seperti yang dikatakan laki-laki itu, Sheena merasa Sera adalah sosok istri sekaligus ibu idaman, bagaimana mungkin Kala akan semudah itu melupakannya.

"Lalu aku harus gimana? Apa aku mundur saja ya Mas? Dengan adanya aku, keadaan jadi tidak baik. Mbak Sera kan sudah kembali. Dan semuanya pun akan kembali seperti dulu, kalo aku pergi." Saran Sheena. Bagaimana bisa aku pergi? Aku saja masih berharap sikap Kala berubah lebih lembut, meski sekarang laki-laki itu sedikit hangat, tapi tidak sehangat oven. Hm.

"Terserah kamu." Jawab Kala sangat singkat. Menyebalkan, benar-benar menyebalkan. Sheena harus mencabut ucapannya tadi yang mengatakan Kala sedikit hangat, karena baru saja laki-laki itu berubah dingin lagi.

"Tapi, jangan mengambil keputusan kalo kamu tidak benar-benar memikirkannya." Ucap Kala. "Lagian tidak ada yang berubah sebelum atau sesudah kamu hadir dihidup kita." Tambahnya. Sekarang Sheena benar-benar labil. Dia ingin mengatai Kala adalah orang yang super dingin, tapi sekarang laki-laki itu berubah menghangat lagi.

"Aku yang memintamu hadir dihidupku sebagai ibu pengganti untuk Rere, dan aku tidak bisa memintamu mundur. Karena menjadi ibu, bukanlah seperti pekerjaan, yang kamu bisa masuk, dan mengundurkan diri begitu saja." Ucap Kala yang menyadarkan Sheena kali ini.

"Aku ingin bicara dengan Mbak Sera, aku ingin meminta maaf ke dia, bukan maksud aku menggantikan posisinya, aku..."

"Tidak perlu." Potong Kala yang membuat Sheena langsung diam. "Kamu tidak perlu melakukannya."

"Kenapa?" Tanya Sheena. "Aku ingin berhubungan baik dengannya, sebagai seorang ibu untuk Rere." Tambahnya.

"Aku bilang tidak perlu." Ucap Kala.

"Baiklah." Jawab Sheena.

"Kamu mau kemana ini?" Tanya Kala.

"Loh, entah. Kan kamu yang ngajak aku, Mas." Ucap Sheena.

Duar...

Kedua orang dalam mobil itu terkejut. Begitupun dengan Sheena yang langsung panik karena mobil yang disetir Kala oleng dan tak terkendali.

"Jangan panik." Ucap Kala pada Sheena. Perempuan itu pun melihat Kala tidak panik sama sekali, dia hanya fokus dengan menyetirnya, coba menyeimbangkan mobil. Tapi itu tidak akan bisa, karena salah satu ban mobil itu pecah. Akhirnya mereka berhenti.

"Kamu bisa ikut aku?" Tanya Kala sembari memegang tangan Sheena.

"Ha?" Sheena masih belum bisa berpikir karena rasa paniknya.

"Sudahlah, ayo keluar." Ucap Kala. Laki-laki itu pun keluar namun berjalan dengan setengah merangkak, kemudian sampai dipintu Sheena. "Berjalan dengan merangkak." Perintahnya. Dan Sheena pun mengikuti perintah itu. Seperti sedang latihan apa saja ini, pikir Sheena.

Mereka pun berjalan sembari masih setengah merangkak, menuju semak-semak yang ada disamping mobil.

"Ada apa sih?" Tanya Sheena.

"Kamu diam dulu." Itu bukan jawaban. Tapi rangkulan laki-laki itu membuat Sheena merasakan kenyamanan.

Beberapa orang tiba-tiba datang, dan menghampiri mobil Kala. Mereka semua tidak seperti orang biasanya. Tubuh besar dan kekar, tidak lupa dengan penutup wajah, sampai orang lain pun tidak akan bisa mengenali mereka.

Sheena ingin bertanya, namun segera dibungkam oleh Kala. Kemudian laki-laki itu mengajak Sheena kembali merangkak, masuk lebih dalam ke hutan yang ada didekat sana.

"Kita bisa jalan biasa sekarang." Kala melepaskan rangkulannya. "Kamu tidak apa-apa kan?" Tanyanya saat melihat Sheena yang sedikit ketakutan.

"Maaf, Sheen."

"Untuk apa Mas?" Tanya Sheena.

"Semua ini." Ucap Kala. "Kali ini, kamu harus tetap denganku. Tapi nanti kalo kita sudah aman, kamu bisa memutuskan untuk pergi dariku. Selamanya." Tambahnya yang buat Sheena terhenyak.

"Apa maksudmu Mas?" Sheena tidak habis pikir bagaimana mungkin Kala mengatakan seenaknya itu. "Bukannya tadi kamu yang bilang, kalo aku adalah ibu untuk Rere. Lalu kenapa aku harus pergi?"

"Kamu lihat apa yang terjadi sekarang? Kamu selalu tidak aman."

"Aku tidak peduli itu." Sahut Sheena yang teguh pendiriannya, seperti yang dikatakan oleh Kala awalnya.

---

Udah up yaaa. Maaf cuman dikit banget hehe.
Kapan-kapan aku tambahin lagi deh.

Ayo tebak, sebenarnya ada apa sama keluarga Kala sih?

Regards

Umi Masrifah

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now