Berharap dan tidak diberi harapan

2.3K 271 20
                                    

"Aku- aku lari dari mereka, Mas. Mereka membuat permainan dan membohongi Mas Kala kalo aku sudah meninggal, aku selama ini masih hidup Mas." perempuan itu terisak, suaranya terputus-putus, air matanya mengalir tanpa henti, dan hanya genggaman Kala lah yang mampu menguatkannya. "Aku- disekap mereka selama bertahun-tahun, dan aku coba lari dengan motor salah satu anak buah mafia itu.. Aku takut Mas, aku takut. Karna usahaku untuk lari selama ini selalu gagal."

Dan akhirnya perempuan itu terengkuh oleh pelukan Kala, laki-laki itu terlihat tidak tega melihat dan mendengar cerita istrinya yang selama ini ternyata masih hidup, dan dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik.

"Sudah Sayang, sudah.. Yang terpenting kamu bersamaku sekarang. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Aku janji. Maafkan aku yang selama ini tidak berusaha mencarimu, dan menganggap mu benar-benar meninggal. Maafkan aku, Sayang." suara Kala begitu lembut, seperti nyawanya kembali setelah sekian tahun bersama ketidakadaan Sera dalam hidupnya.

Sheena yang ada dibelakang mereka berdua, seperti menyaksikan luka yang sudah siap menjemputnya. Dia mengutuk dirinya sendiri kenapa berada disana, mendengar semua perbincangan yang malah menyakitinya.

"Sekarang kamu istirahat ya, aku ambilkan minum untukmu."

Lihatlah betapa kelembutan Kala yang selama ini tidak pernah dilihat oleh Sheena muncul kepermukaan. Dan sayangnya kelembutan itu bukan untuknya.

Kala hendak berdiri, namun tangannya dicegah oleh Sera. "Aku takut. Aku mau kamu disini, Mas."

"Iya, baiklah." Kala menoleh kebelakang dan masih ada Sheena disana. "Tolong ambilkan minum untuk Sera, Sheena." ucap Kala.

"Aku?" pertanyaan yang malah bisa menyulut emosi Kala.

"Disini yang namanya Sheena siapa?" tanya balik Kala akhirnya. Sikap yang jauh berbeda dari sebelumnya.

"Baiklah." jawab Sheena akhirnya, dia melangkahkan kaki keluar kamar dengan pelan. Keadaannya sendiri belum membaik total. Ingat kan? Dia baru saja mengalami kecelakaan, dan pesan dokter agar dia harus banyak beristirahat. Ah sudahlah. Mungkin kekhawatiran Kala terhadapnya tidak berarti apapun dengan kekhawatiran Kala terhadap Sera.

"Nggak usah, Nak.." ucap Ibu Kala yang baru datang dengan Ayahnya.

"Tapi,"

"Kamu istirahat saja ya, kamu pun baru keluar dari rumah sakit." ucap Dila, ibu Kala. Wanita itu mengalihkan pandangan sebentar kearah Kala dengan tatapan sinis bercampur kesal, lalu kembali memperhatikan Sheena sembari tersenyum. "Ayo, Ibu anter istirahat dulu. Biar nanti Bibi yang mengantarkan minum."

Sheena pun mengiyakan, dia menoleh kearah Sera dan Kala, namun laki-laki itu tidak sedikitpun melihatnya.

"Tanpa kehadirannya saja, aku sudah tak dianggap. Apalagi dia datang kembali? Entah bagaimana sikap Kala terhadapku nantinya." Sheena tiba-tiba merasa iri.

Perempuan itu pun melangkah dengan dituntun Dila, sedangkan Kahfi (Ayah Kala) menghampiri Rere yang sedang ada dikamarnya.

***

"Nak," Dila memegang jemari Sheena setelah berada dikamar dan perempuan itu merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.

"Iya Bu?" tanya Sheena.

"Maafkan ibu ya? Kamu harus melihat tadi." ucapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Tadi yang mana bu? Mas Kala dan Mbak Sera?" Sheena tersenyum kecil saat Dila mengangguk membenarkan. "Maaf untuk apa bu? Bukankah kita harusnya bersyukur, istri sekaligus ibu kandung Rere masih hidup dan tidak kurang apapun." tambahnya.

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now