Kala peduli

2.5K 262 8
                                    

Kala segera membopong Sheena yang sudah tidak sadarkan diri ke dalam mobilnya, tidak peduli pada beberapa orang yang berusaha ikut menyelamatkan. Setelah membaringkan Sheena dikursi belakang, Kala kembali keluar, dan melihat kerumunan orang menatapnya khawatir, laki-laki itu tau bagaimana perasaan mereka melihat Sheena yang terluka cukup parah.
Kemudian Kala segera berputar dan masuk ke kursi pengemudi, lalu tancap gas begitu saja. Sekarang, yang terpenting Sheena harus terselamatkan.

Kala mengambil ponsel disaku celananya, lalu menekan tombol call setelah menemukan nomor Aditio.

"Halo,"

"Segera temukan orangnya."

Kemudian panggilan sudah diputus oleh Kala, tanpa mendengar jawaban dari orang yang di telfon nya.

Kala mempercepat mobilnya setelah mendengar Sheena terbatuk.

"Bertahanlah, tolong." Meski Kala tidak yakin Sheena mendengarnya, tapi dia berharap perempuan itu baik-baik saja hingga sampai dirumah sakit.

***

Kini Kala sudah ada didepan pintu, yang terdapat kaca ditengahnya. Menatap dokter dan perawat yang sibuk menolong Sheena.

Kala memejamkan matanya, "Allahuma Rabbannasii Adzhibil Ba'sa Wasy Fihu. Wa Antas Syaafi, Laa Syifaa-a Illa Syifaauka, Syifaa-an Laa Yughaadiru Saqomaa."

Pundaknya terasa disentuh oleh seseorang, dan sosok laki-laki muncul disampingnya dengan seorang perempuan.

"Bagaimana keadaan Sheena?" wajahnya terlihat khawatir.

Beberapa waktu yang lalu, saat Sheena dibawa kedalam ruang ICU, Kala menghubungi Ayaz, kakaknya Sheena yang baru bertemu setelah sekian tahun.

"Masih dalam penanganan, Kak." ucap Kala.

Laki-laki itu yang tadinya menatap kedalam ruangan berwarna putih itu mengalihkan pandangan kearah Kala.

"Kamu siapa nya?" tanya Ayaz. Kala terdiam. Dia tidak bisa jujur untuk sekarang. Hingga beberapa detik, Ayaz masih menunggu jawaban dari Kala.

"Kita duduk dulu saja, Tuan. Kita doakan untuk kesembuhan Sheena." ucap perempuan disampingnya. Ayaz mengikuti apa yang dikatakan oleh perempuan bernama Tira, yang dikenalnya sebagai asisten rumah tangga Ayaz.

Kala masih memperhatikan kedua orang itu. Perempuan yang mampu membawa laki-laki nya dalam kebaikan, menurut Kala.

"Tuan, yang sabar." tanya Tira yang jadi perhatian Kala, setelah mereka berdoa.

Ayaz hanya diam, dia terlihat gusar.

"Nanti, saat Sheena sudah sadarkan diri, jangan pernah tinggalkan dia. Dia membutuhkan keluarganya, dan kamu satu-satunya keluarga yang dia punya." ucap Tira sembari melirik kearah Kala, laki-laki itu pun segera mengalihkan pandangan, sedangkan laki-laki disampingnya hanya diam.

Ucapan Tira membuat Kala berpikir ulang "Satu-satunya keluarga?" Lalu bagaimana dengan Kala yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Apa dia tidak dianggap?
Kala mengusap wajahnya, dia berpikir lagi, sejak kapan hubungan itu dianggap? Bukannya dia dan Sheena bertemu hanya untuk Rere, lalu keluarga mana yang nyata untuk perempuan itu? Sekali lagi Kala berpikir, selama ini apa yang dilakukannya sudah benar? Membiarkan perempuan itu masuk dalam keluarganya, namun hanya sebagai orang asing.

Kala masih memperhatikan sembari dengan pikirannya yang berkecamuk. dia menatap kedalam ruangan, berharap dokter keluar dan memberi hasil yang baik.

"Sabar sabar,"

Kala melihat Tira bisa mencairkan keadaan. Dia jadi ingat Sheena.

Ponsel Kala tiba-tiba bergetar. Dan dilihatnya dari Aditio.

Memeluk BayangWhere stories live. Discover now