Hari itu datang

2.8K 254 14
                                    

Bau harum bunga menyengat ketika Sheena memasuki kamar pengantinnya. Ditelusuri setiap bagian ruangan yang cukup luas itu, dia tidak pernah membayangkan kamarnya akan disulap sebegitu indah. Langkahnya membawa perempuan itu ke ranjang tidur yang disetiap sisinya terdapat bunga-bunga sedang mengitari.
Namun Sheena kembali berdiri, lalu mengibaskan sprei agar seluruh bunga yang ada diranjangnya terjatuh, dan merapikannya kembali. Selanjutnya, dia beralih ke dinding-dinding yang sudah dibalut kain berwarna silver-gold, sebenarnya indah- namun Sheena tidak suka, hingga pada akhirnya seluruh kain yang mengitari ruangan itu dijatuhkannya juga kelantai. Kamar itu sekarang tak terlihat indah lagi, seperti saat dirinya Baru masuk.
Dan yang terakhir, Sheena melangkah ke tempat rias yang digunakan untuknya berdandan setiap hari sebelum keluar rumah, didepannya sudah ada cermin besar, ditatapnya pantulan dirinya sendiri itu, berdandan selayaknya seorang pengantin, dengan mahendi ditangan kanan-kirinya, wajahnya terlihat cantik dengan make-up oleh MUA terkenal, tapi semua itu membuat Sheena semakin gusar, dia masih menatap dirinya sendiri dicermin.  Untuk apa semua itu? Kenapa dirinya berdandan begitu cantik? Tersenyum dan menangis haru ketika Kala mengucap ijab qabul? Dimana kesadarannya waktu itu, bahwa semua itu hanyalah manipulasi belaka yang dilakukan Kala, dan disetujui oleh dirinya sendiri. Harusnya, kebahagiaan, ijab qabul, dan kamar pun ada hanya untuk orang yang "saling mencinta".

Tapi Sheena juga tidak lupa, bahwa semua itu demi Rere. Pernikahan itu dilakukannya hanya untuk lebih leluasa menjaga Rere.

Dilepasnya mahkota kecil diatas kepala yang membuatnya terlihat semakin cantik, bak putri raja yang baru saja menikah. Kemudian, dia melepas kerudungnya dan diletakkan ke keranjang pakaian kotor, tapi suara pintu terbuka membuatnya terhenyak dan buru-buru mengambil kerudungnya lagi yang ada ditumpukan pakaian kotor.

Itu benar Kala, laki-laki itu sudah masuk ke kamar, dan tanpa mengetuk. Ah, ayolah ini sudah kamarnya, untuk apa dia mengetuk.

Kala melihat sekilas kearah Sheena sembari berusaha menahan tawa.

"Kenapa?" tanya Sheena masih berusaha membenarkan kerudungnya yang terasa tidak nyaman.

"Berbalik lah, dan lihat dirimu dicermin." ucap Kala sembari mengambil handuk dilemari, lalu berjalan kedalam kamar mandi.

Sheena segera berbalik, dia merasa ada yang tidak beres dengannya, hingga ditertawakan oleh Kala. Itu saja, Kala sudah berusaha menahannya. Dan betapa terkejutnya dia, saat sebuah handuk kotor sudah ada diatas kepalanya, dan sisi-sisinya ditarik satu-sama lain seperti membuat kerudung. Sheena menepuk keningnya, lalu meringis. Ingin sekali menertawakan dirinya sendiri yang tiba-tiba menjadi aneh. Dia melirik ke keranjang kotor itu, dan melihat kerudungnya masih disana.

"Gile lu keranjang, saat kayak gini lo buat gue malu!" gerutunya pada benda mati itu.

"Lagian kenapa malu? Bukankah, aku sudah halal untukmu." suara itu tiba-tiba terdengar.

Sheena mengernyitkan alisnya, lalu berbalik dan mengawasi sekitar, mencari sosok yang bersuara tadi, apa Kala sudah keluar dari kamar mandi? Tapi nihil, tidak ada siapapun. Ah, mungkin keranjang pakaian kotornya lah yang menyahuti tadi.

"Mencari apa?" suara itu datang dari sampingnya, ada Kala disana, sedang melempar handuknya kedalam keranjang pakaian kotor.

"Tadi ada suara yang menyahutiku, tapi tidak ada siapa-siapa, oh eh- apa itu kamu?" Sheena baru sadar.

"Tentu, siapa lagi. Kenapa masih berdiri, cepat mandi, dan ayo kita sholat." ucap Kala.

Sheena diam, tidak bergerak dari tempatnya sedikitpun.

"Kenapa masih disini?" tanya Kala bingung.

"Aku sudah sholat isya' tadi." jawab Sheena berjalan kearah kamar mandi.

Memeluk BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang