Tak Mau Kalah

249 40 36
                                    

— PERAHU KERTAS —

Situasi di lapangan basket SMA Cakrawala benar-benar sedang ramai. Di tempat penonton hampir diisi oleh seluruh siswa perempuan, menyaksikan pertandingan dua kelompok basket dari kelas dua belas dan sebelas. Hal ini dilakukan untuk melatih kelompok basket kelas sebelas yang akan bertanding dengan sekolah lain, para senior turun tangan memberikan perlawanan agar mereka terbiasa.

Di sana Abian berdiri, menggiring bola sambil sesekali mengecoh lawannya. Di jam istirahat seperti sekarang ini memang jadi kesempatan terbaik bagi para siswa untuk menonton, terlebih untuk menyaksikan kelompok Sekala Adhitama yang pada masanya sering mengharumkan nama baik sekolah. Tapi sekarang kelas dua belas sudah di tahap persiapan ujian, jadi para siswa kelas dua belas dibebaskan dari ekstrakulikuler.

"Kalo yang menang tim Abian, lo harus putusin Kak Sekala. Tapi kalo Kak Sekala yang menang, lo harus tetap putusin dia."

Bita mencomot mulut temannya yang tiba-tiba saja menaruhkan hubungannya. Meskipun Bita dan Sekala sepakat untuk backstreet, Bita tetap memberitahu orang terdekatnya, biar bagaimana pun penting agar mereka bisa membantunya jika suatu saat ada masalah.

"Eh, itu udah selesai, tuh!" seru teman Bita sambil menunjuk ke lapangan.

"Kala!"

Jerit histeris beberapa siswi menyambut tatkala Arin berseru dan berlari menghampiri Sekala, cewek itu mengulurkan lap kecil juga sebotol air mineral.

Dua teman Bita yang berdiri di kedua sisinya kompak merangkul lengan Bita. Bita mendengkus-dengkus melihatnya, jika dalam komik di kepalanya sudah timbul dua tanduk serta asap-asap yang muncul dari lubang telinga juga hidung. Jihan dan Jiah kompak mengusap lengan Bita menenangkan, menjaga sahabatnya dari amarah yang pasti akan menyeramkan.

"Sabar~" kata Jiah.

"Ingat, Ta?" tanya Jihan. "Kalo sampai orang-orang tahu lo pacarnya Kak Sekala, lo bisa dihujat."

Bita mengembuskan napas panjang, ia melepaskan rangkulan Jihan dan Jiah. Demi apapun, Bita naik pitam karena orang-orang begitu kesenangan melihat pacarnya diperlakukan manis oleh Arin yang katanya hanya sebatas sahabat itu.

Bita tidak mau kalah, dong.

"Bin!" seru Bita. "Ya ampun, keringet lo banyak banget, sih!"

Abian terkejut dan terheran-heran, dia ingin berkomentar tapi Bita kini sedang mengelap wajahnya, beberapa kali lap itu hampir menyumpal mulutnya.

"Heh!" Abian mencekal lengan Bita. "Pelan-pelan, kek!"

Bita mencebikan bibirnya. "Uh, semangat ya, Bin. Gue dukung lo dari sana."

Abian menoleh ke arah jemari Bita menunjuk, di sana Jihan dan Jiah bersorak memberi semangat. Lalu, Abian menoleh ke arah Sekala yang menatapnya tak bersahabat, tapi saat Arin menyapanya raut wajah itu berubah menjadi ramah.

"Gila lo?" Abian bertanya dengan nada bisikan.

Bita memegangi kedua pipi Abian. "Ya ampun, Bin~ lo pasti capek, ya?"

Abian melotot tidak habis pikir.

"Uh, kalo kalah juga ngga apa sekarang, mah. Nanti kalo ngelawan musuh beneran baru harus menang," tutur Bita. "Oh! Iya lupa, lo pasti belum minum, ini minum dulu."

Sebenarnya Abian tahu niat Bita datang padanya dengan perhatian ini, ingin memberi paham pada Sekala kalau dia juga bisa lebih dekat dengan lawan jenisnya. Abian menahan dorongan tangan Bita saat memberinya minum, beberapa air mineral itu sampai mengalir membasahi lehernya yang berotot itu.

"Buset, kesambet apa ini anak?" sahut cowok berpipi gembul nan lucu itu—Sandi.

"Gue mau dilap juga, dong!" sahut cowok satunya lagi sambil mengulurkan lapnya pada Bita—Liam.

Abian mendorong uluran tangan Liam tak suka, lalu dia mengusap pucuk kepala Bita yang berhasil membuat cewek itu melotot. Kini berbalik, Bita yang terkejut dan terheran-heran mendapatkan balasan dari Abian.

"Makasih banyak, Bie!" serunya.

Akh!

Bita memekik ketika Abian merangkul kepalanya, menariknya kepalanya hingga merapat ke tubuh Abian yang penuh dengan keringat. Bita mau marah, Bita mau pukul Abian sekarang, tapi Bita tidak mau jika sampai orang-orang menilainya jelek.

"Lepasin, Bin!" Bita berucap pelan namun menekan. "Lepas, lo bau!"

"Biar makin panas, lho," bisik Abian.

"Lepasin!"

Abian tertawa garing sambil melepaskan kepala Bita dari ketiaknya, dia benar-benar puas sekali. Sementara itu Bita menggeram dalam diamnya, menatap Abian bengis seperti siap untuk membunuhnya. Bukannya takut atau merasa bersalah, Abian malah menyengir.

Kalau bukan karena panas hati melihat Sekala dan Arin, Bita mana sudi memperhatikan Abian di depan banyak orang begini. Memalukan. Apalagi dapat bonus keringat Abian yang menempel di rambutnya, harus segera keramas Bita sepulang dari sekolah ini.

Pertandingan akan dimulai kembali, Bita langsung bergabung dengan Jihan dan Jiah. Dia bersedekap dada kesal karena tak bisa memukul Abian sebagai pelampiasan, sedang dua temannya itu kini tertawa renyah sambil mempraktekan bagaimana wajah Bita saat Abian merangkulnya barusan.

"Awas aja lo, Bin. Gue ngga bakalan ngebiarin lo hidup tenang!"

"ABIAN!" jerit Jiah melengking ketika bola basket itu masuk ke ring dengan sempurna.

BRUKH!

Sekala menyenggol kasar dada Abian, membuat cowok itu kontan memegangi dadanya yang terasa nyeri. Tapi wasit tidak melihat adegan tersebut, pertandingan berlanjut dengan rasa nyeri yang bertahan lama itu.

"Wah, Ta," bisik Jihan. "Kak Sekala marah pasti."

"Duh, gue takut Bian kenapa-kenapa, si," sahut Jiah cemas.

"Kok, wasitnya diem aja, sih?!" Bita menyahut sewot. "Woi!!! Pelanggaran tadi, itu Abian kesakitan!" bela Bita tanpa peduli jika nanti dia akan bertengkar dengan Sekala.

"Ta!" Jiah menyenggol lengan Bita memastikan.

Sorot Bita menajam pada Sekala yang kini menatapnya geram, Bita juga punya batas kesabaran, Bita juga mulai sadar kalau Sekala terlalu egois kepadanya.

BUGH!

Terlalu fokus pada Sekala yang memendam amarah di sana, Bita sampai tak menyadari kalau bola basket melayang ke arahnya. Bola itu jatuh di atas kepalanya, membuat Bita sedikit lag untuk beberapa detik, kemudian dia mengerjap karena pandangannya memburam. Dari kedua sisi dia merasakan sentuhan, dia pun mendengar suara orang-orang walau tak begitu jelas.

"Anjir!" Bita berseru sambil mengusap wajahnya. "Apaan itu tadi?"

"Ta, lo dengar gue?" tanya Jihan.

Jiah memiringkan kepalanya. "Ta, lo ngga apa-apa, 'kan?"

BUKH!

Abian sengaja menyenggol lengan Sekala saat berlari ke arah Bita, dia mengesampingkan mengambil bola untuk memastikan kondisi Bita.

"Bie?" tanya Abian sembari mengusap surai hitamnya. "Ngga apa, 'kan?"

"Tadi apaan, ya?" tanya Bita linglung.

Abian memegangi kedua pipi Bita, mengguncang kepala cewek itu agar otaknya berfungsi seperti biasanya.

"Heh!"

"Oh, iya iya." Bita menganggukan kepalanya. "SIAPA SIH YANG NGELEMPAR BOLA SAMPE KE KEPALA GUE, HAH?"

Abian memejamkan matanya mendengar jelas teriakan Bita, pun dengan Jiah dan Jihan yang kompak menutup telinga mereka.

"A-ampun, Ta. G-gue, gue ngga sengaja!"

"SANDI!" jerit Bita melengking, ia mendorong Abian dari hadapannya dan langsung berlari siap menyerang Sandi. "KE SINI LO COWOK CEREWET, KEPALA GUE BISA BENJOL KARENA ELO, YA!"

Pada akhirnya Bita tidak bisa jaga image juga. Sekali galak ya tetap galak.

— PERAHU KERTAS —

Perahu KertasWhere stories live. Discover now