Jihan Salah Tingkah

188 31 38
                                    

— PERAHU KERTAS —

"Jihan."

"Eh? Iya, Kak?"

Bita menggigit jarinya gemas melihat interaksi romantis di antara Jihan dengan salah satu kakak senior—Yuda. Pun dengan Jiah yang mengerjapkan matanya cepat tak sabar ketika Jihan dengan dongkolnya menatap sebatang cokelat yang diulurkan oleh Kak Yuda itu.

"Buat kamu."

"Oh? Ma-makasih, Kak."

Yuda makin tersenyum. "Kamu suka cokelat, 'kan?"

"Iya."

"Nanti saya sering-sering bawain cokelat buat kamu."

"E-eh, ngga usah, Kak. Itu ngga perlu, takut ngerepotin, hehe."

Bita dan Jiah saling berpelukan, betapa mereka ingin tertawa ketika melihat kegugupan yang kentara pada diri Jihan saat ini. Mantan ketua osis satu ini memang selalu pandai membuat anak orang tergugup, dahulu dia banyak yang suka, tapi yang selalu dia sukai katanya hanya Jihan.

"Ngga, siapa bilang saya repot?" Yuda mengusap pucuk kepala Jihan sekilas. "Dimakan cokelatnya, ya. Saya harus ke kelas sekarang."

Jihan mengangguk cepat, matanya mengerjap beberapa kali lebih cepat dibanding biasanya untuk menghilangkan rasa gugup. Demi apapun, usapan di pucuk kepala hampir membuat jiwanya melambung tinggi terbang jauh ke angkasa. Jihan dibuat meleyot ketika Yuda meninggalkan kelasnya, ia duduk terkulai di meja karena saking lemasnya.

"Eh!"

Takut Jihan kenapa-kenapa, Bita dan Jiah pun segera menghampirinya dan memeluknya dari kedua sisi. Jihan tertawa kecil mengingat kembali bagaimana Yuda tersenyum kepadanya dan bagaimana cowok itu mengusap pucuk kepalanya. Dari kelas sepuluh, Jihan memang sudah curiga sama kakak seniornya itu, tatapannya terasa berbeda.

"Tinggal nunggu ditembak aja, sih," kata Jiah.

"Mati dong nanti," sahut Jihan sedih.

"Ya ngga mati juga, Han!" pekik Bita gemas sendiri. "Maksudnya itu kayak gue ditembak sama Kak Sekala waktu itu, jadi pacarnya."

Jihan manggut-manggut paham sambil ber-oh ria baru paham maksudnya. Maklum, jiwanya masih melayang, otaknya masih belum bekerja dengan baik, jadi sedikit lemot Jihan sekarang ini.

"Ih, mau cokelatnya~" ujar Jiah memelas.

"Ngga boleh." Jihan memeluk cokelat itu posesif. "Ini dari Kak Yuda, ngga mau bagi-bagi."

"Nah, bulolnya nempel langsung, nih!" sahut Bita sambil terkikik. "Gue harap lo ngga sampe bulol, ya, Han."

"Argh, ngga bisa!" seru Jihan tak karuan, ia mengusap wajahnya sendiri menepis segala rasa salah tingkah itu. "Ngga, lo harus bisa jual mahal sedikit!"

Nathan mengangkat kepalanya dari lipatan kedua tangan, cowok itu menatap bingung ke arah tiga temannya yang tersisa di kelas ini. Tak beberapa lama murid lainnya berdatangan ke kelas, menambah ramai kelas 11-C ini.

"Nathan!" seru Bita heboh. Kemudian dia berlari ke arah cowok itu. "Lo tahu? Secara ngga langsung Kak Yuda menunjukkan rasa sayang dia ke Jihan tadi."

"Ngga, gimana emang?"

"Ish, lo tidur mulu, sih!" Jiah menyahut geram sendiri. "Nih, ya. Lo sebagai cowok, harus bisa mencontoh Kak Yuda, supaya lo ngga jomblo terus dan pergaulan lo ngga itu-itu aja!"

"Tapi ... kalian aja udah cukup buat saya," katanya dengan disertai cengiran kikuk.

"Ah, lo ngga asyik," kata Jiah.

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang